Five

48 15 29
                                    

"Kau menyusun ini hanya dalam seminggu?"

Rhea mengangguk kaku. Dalam hati mengutuk kemampuan bicaranya yang tiba-tiba lenyap lantaran ditatap serius dari balik lensa kacamata profesor Raymond. Meski sang profesor tidak memarahinya, dalam pandangannya tetap saja menakutkan dan mengintimidasi.

"Alur kerjamu sudah bagus, juga sudah mengutip beberapa penelitian yang sukses." Profesor Raymond membolak-balikkan proposalnya seraya mengangguk kecil. "Untuk langkah sintesis, ada baiknya menggunakan jumlah yang lebih sedikit sebagai uji coba. Apa kau sudah memastikan bahan yang kau gunakan ada di inventori?"

Rhea mengangguk lagi, membasahi bibir sebelum bicara. "Sudah saya cek dan bahan-bahan untuk mensintesis kumarin yang akan digunakan sudah tersedia, Profesor."

Profesor Raymond berdehem pelan, menelisik bagian dasar teori dengan cermat.

Rhea mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan rapat kecil yang ada di laboratorium kimia organik itu tidak lebih dari sepuluh meter. Hanya muat empat meja yang digabung dengan empat kursi, mengingat tidak banyak yang menggunakan ruangan ini. Ada satu layar putih yang menggantung dari langit-langit untuk keperluan presentasi seperti sekarang dan satu jendela besar yang mengarah ke laboratorium. Kadangkala, ruangan ini juga digunakan sebagai tempat istirahat untuk mereka tanpa harus turun ke lantai bawah.

Ia bersitatap dengan Ian dan Kathleen yang duduk di kursi paling belakang. Keduanya memberi semangat seraya mengacungkan kepalan tangan mereka dengan tidak mencolok. Kemudian, ia bertemu pandang dengan Lucien yang duduk berhadapan dengan profesor Raymond. Lucien tersenyum tipis dan mengangguk kecil seolah menenangkannya.

"Ada sedikit kesalahan penulisan pada bagian dasar teorimu," ujar profesor Raymond setelah beberapa menit terdiam. "Tapi itu bisa diperbaiki nanti. Dasar teorimu cukup luas, tapi lebih baik diperdalam lagi. Ada beberapa bagian yang bisa kau telusuri lebih lanjut."

"Baik, profesor."

Profesor Raymond mendongak, meletakkan proposal di meja dengan senyum yang lebih lembut. "Kerja bagus, Crawford. Berhasil menyusun proposal yang baik seperti ini dalam satu minggu membutuhkan dedikasi yang luar biasa. Aku senang kau bergabung dengan tim ini."

Kelegaan yang dahsyat membasuh batinnya. Ia membungkuk sopan pada profesor Raymond, tidak bisa menyembunyikan seringai lebar. "Terima kasih banyak, Profesor. Saya berusaha untuk tidak mengecewakan Profesor."

Profesor Raymond memutar kursi, kali ini untuk menatapnya, Ian dan Kathleen bergantian. "Kalian bertiga bisa mulai untuk melakukan sintesisnya besok. Aku yang akan mengurus perizinan peminjaman alat jika diperlukan, tapi Lucienlah yang akan mengawasi keseharian kalian. Kalian bisa bertanya padanya kalau kesulitan."

"Baik, Profesor!"

"Aku senang dengan semangat kalian untuk segera memulai penelitian. Dengan motivasi kalian untuk menyelesaikan studi dengan menghasilkan sesuatu yang berguna." Profesor Raymond mengulas senyum yang lebih lembut. Lenyap sudah persona killer yang sering disematkan dalam imej Profesor Raymond. "Aku berharap kalian bisa bersenang-senang dengan penelitian yang akan dijalani. Untuk ke depannya, mungkin aku akan meminta bantuan kalian untuk hadir dan berpartisipasi dalam beberapa acara."

Kathleen mengangkat tangan. "Acara seperti apa, Profesor?"

"Seminar yang akan diadakan di Edinburgh, konferensi ilmiah yang mungkin diadakan oleh Cambridge atau mungkin penelitian gabungan dengan universitas lain," jawab Profesor Raymond.

"Jadi, selain melakukan penelitian pribadi, kami juga akan terlibat dengan acara di luar kampus?" tanya Ian memastikan.

Profesor Raymond mengangguk. "Sangat berguna untuk kalian setelah lulus nanti, kan?"

The Painter and The ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang