Di pagi hari yang sedikit mendung menghantarkan hawa dingin merasuki ruangan kamar. Rosé terbangun, Ia sedikit mengerang merasakan sakit kepala sisa mabuknya semalam, salah satu tangannya memijit kepalanya.
Ketika krsadarannya mulai penuh ia terkejut melihat seorang gadis tertidur pulas disampingnya, setengah badannya tertutupi selimut. Sosok yang akhir akhir ini muncul dalam ingatanya, sosok yang menarik perhatiannya tidak pernah ia bayangkan berada di dekatnya.
Ia ingat bagaimana semalam ia tiba tiba berada di depan pintunya, mengecup bibirnya, membuka semua baju tidurnya lalu mencumbunya melepaskan kerinduan hingga ia kini tertidur cukup pulas di sampingnya, secara ajaib ia mengingat semuanya.
Wajah gadis itu berkilau terkena sinar matahari yang berpendar dari tirai kaca jendela kamar. Rosé mengamati dengan seksama sosok wajah yang damai bernafas dengan pelan dan teratur meringkuk seperti seekor anak kucing yang jinak.
Rambut coklat panjangnya tergerai diatas bantal, sebelah lengan dengan pundaknya sedikit terbuka. Tangannya tergerak menyingkirkan sedikit rambut yang menutupi wajah polosnya.
Tidak terasa sebuah perasaan hangat muncul dalam hatinya menghantar seulas senyum simpul di bibirnya, mengagumi kecantikan wajah gadis yang tertidur pulas tanpa riasan. Dalam hati ia berkata apa benar ia dari masalalu? Sungguh tidak bisa mengingat sedikitpun tentangnya.
Matanya kemudian mengamati bagian lain dari tubuh gadis itu. Rosé baru menyadari adanya beberapa bekas luka di bagian di tubuhnya sampai di bagian perutnya namun, cukup bersyukur luka itu tidak berbekas wajahnya.
Beberapa saat kemudian tidak sengaja Rosé memperhatikan bagian perutnya yang sedikit menonjol meski belum begitu kelihatan. Sinar dimatanya mendadak redup tergantikan rasa sakit yang membekas di hati. haruskah Rosé menerima keberadaan bayi ini? Begitu sulit menerima kenyataan ituHingga Jennie terbangun merasakan dingin dari ruang diantara mereka. Jennie memandang Rosé yang memandangnya.
"Rosé..?" Panggil Jennie dengan suara khas bangun tidur.
"Aku harus segera pergi dari sini" menyadari Jennie baru saja bangun Rosé segera turun dari ranjang menjauh dari Jennie. Jennie buru buru mengejarnya. Setelah apa yang ia lakukan semalam lalu akan meninggalkannya begitu saja.
"R-Rosé tunggu Jangan pergi" Jennie turun dari tempat tidur menarik tangan Rosé membiarkan selimut yang menutupi tubuhnya merosot begitu saja.
Rosé terdiam sesaat ketika lengannya di tahan oleh Jennie. Matanya kembali memerah menyimpan air mata menahan tangis "Please.. jangan tinggalkan aku seperti ini"
Perlahan Jennie mendekat lalu memeluk badan Rosé membenamkan kepalanya di ceruk dadanya, tubuhnya hangat menempel pada kulitnya Rosé masih terdiam tidak bergerak enggan menerima kenyataan.
"Aku tahu ini semua salahku. Aku mau kehilangan mu, aku harusnya mengatakannya saat itu juga" suara Jennie terdengar bergetar diantar tangisannya. Air matanya menetes di baju Rosé. "Maafkan aku"
Rosé mendesah memejamkan mata, ia memang menyayangi Jennie tapi menerima keberadaan bayinya masih sulit untuknya, tapi ia tidak ingin melihat Jennie menjadi lemah seperti ini.
Rosé mengulurkan tangannya perlahan tergerak membalas pelukan Jennie.***
"Jaehyun-ssi apa kau bersedia menerima tamu?" Seorang penjaga tahanan menemui Jaehyun di ruang tahanan sementara.
Jaehyun langsung di bawa ke ruang khusus untuk menerima tamu. Ia membersihkan jas dan bajunya yang sudah sedikit lusuh sebelum mengikuti petugas ke ruang menerima tamu.
Jaehyun tersenyum begitu melihat siapa yang mengunjunginya. Raut mukanya datar cekungan matanya tampak gelap menyiratkan kesombongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND CHANCE : Love will [✓]
FanfictionFinish : May 31, 2024 Discription : Tiga tahun masa pernikahan Jennie dan Jaehyun ternyata tidak berjalan lancar. Jaehyun sama sekali belum pernah menyentuh Jennie dan 'mengurungnya didalam rumah mewahnya tanpa di beri nafkah yang layak seakan ingi...