FEVER

235 20 2
                                    

SCII - 'JOMPO'

Entah sudah keberapa kali Alarm ponsel Rosé berbunyi. Keningnya berkerut dan langsung mematikannya dengan sekali usapan jempol tanpa mengubah posisi tidurnya yang meringkuk disisi kasur tanpa selimut

“Jen, rapat dengan investor pukul 10 pagi, kau harus segera bangun” ucap Rose mengusap lengan Jennie dari belakang tubuhnya. Dia sendiri belum benar-benar terbangun.

“Beri aku waktu 20 menit untuk tidur rosie..” jawabnya dengan suara serak, menggulung diri dalam selimutnya, menutupi wajahnya dari sinar matahari yang sudah meninggi.

“Jen..” Rose berbalik masuk kedalam selimut lalu berbisik di telinga Jennie sambil memeluknya dari belakang. Terasa hangat tubuhnya ketika bersentuhan dengan tubuh Jennie, tidak Terasa bagian dada Rose  yang menonjol menggesek punggung nya sambil mengecup pundaknya.

“Hm..?” gumam Jennie, tanpa membuka matanya, berusaha tetap diam saat tangan nakal Rose bermain di perutnya. Ia menahan tangan Rose lalu menuntunnya ke kedua dadanya. 

“apa kau tidak pernah mendapatkan protes dari karyawan dan klien-klien mu saat kau terlambat?” Bisiknya, mendekatkan bibirnya di telinga Hingga Jennie dapat merasakan nafasnya mengenai kulitnya. 

Tanpa meminta ijin, Rose mulai mengusap puting yang sudah menegang karena ulahnya. Jennie berbalik mengubah posisinya menjadi terlentang.

“Mereka tidak berani melakukannya Rosé, Saat ini aku pemimpin utamanya” menatap Rosé yang sudah kembali merangkak di atas badannya. Tapi Jennie menutupi badannya “Rose, jangan lagi aku sudah lelah..” 

Rose menunduk untuk bisa melihat wajah Jennie mengangkat tangannya yang menutupi wajah Jennie untuk melihatnya lebih dekat.

“semalam tidak akan terlupakan”. Ucap Rosé mengusap pipi hingga perut rata Jennie. Jennie terlihat malu tanpa mengatakan apa apa.

Tadi malam setelah berhasil menidurkan Baby JR mereka memiliki waktu bersantai menikmati wine sambil menonton series anime terbaru dan melakukan hal yang menyenangkan lainnya.

Dari pintu depan tiba tiba saja bell berbunyi sangat keras berkali kali. Menghentikan kegiatan mereka. 

“Bisa turun dari atas perutku?” usir Jennie pada Rose yang duduk diatas perutnya. Cepat cepat Rose turun dari tempat tidur untuk membuka pintu. Karena dari keduanya hanya dia yang masih berpakaian lengkap.

Rosé membuka pintu dan langsung berhadapan dengan Wanita usia 60 tahunan di hadapannya.

“Pagi…, Ahjumma” Sapanya. Rose menggaruk ujung kepalanya yang tidak gatal tersenyum mempersilahkan wanita itu masuk kedalam rumah.

“selamat pagi Nona Rosé. Kau terlihat panik setiap kali melihat ku muncul di depan rumah” candanya tertawa memperhatikan kepanikan tertangkap di wajah Rose masih kusut dengan rambut yang menjuntai kesana kemari. 

Ahjumma sudah dianggap seperti orang tuanya Jennie yang sudah merawatnya sejak lahir agak sedikit grogi untuk Rose bertemu dengannya.

“haha.. baru bangun tidur. Ahjumma hari ini menemani Moon di rumah?” ujarnya menutupi sebagian wajahhnya.

“Nona Jennie menelepon kemarin, jadi saya menaiki bus untuk datang kesini pagi pagi sekali” ceritanya memperlihatkan kerut di sisi pipinya saat tertawa.

“begitu rupanya. Bepergian menggunakan bus bukankah itu melelahkan?.” Rose merasa sedikit tidak enak. Ia mengulurkan tangan membantu membawa beberapa barang masuk kedalam.

“gwenchana…, Ahjumma senang bisa bertemu kalian lagi, kalian sudah seperti anak cucu ku sendiri” ahjumma menyentuh lengan Rose sembari tersenyum senang. “Dimana nona Jennie dan anak bayi itu, aku membawa ubi dan labu untuk dari desa, bagus untuk pertumbuhan dan gizi bayi” 

SECOND CHANCE : Love will [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang