SHOULD WE ?

241 22 2
                                    

SCII 31 - SHOULD WE?

Sembari menunggu Jennie bangun Rose menonton drama terbaru sambil menjaga Baby JR di pangkuannya. Selama lebih dari 3 bulan hidup berdampingan Rose sudah bisa mengurus bayi ia juga diam diam mempelajarinya dari internet di sela sela kegiatannya ia juga membeli beberapa buku tentang membesarkan seorang bayi yang selalu ada di ruang kerjanya. 

Da-eog Ahjumma sudah sejak tadi meninggalkan rumah atau lebih tepatnya Rosé yang memintanya pulang dan kembali besok pagi agar tidak kelelahan.

Maka dari itu Rose sudah lebih tenang mengurus bayi itu, bisa di bilang ia menjadi sangat dengan bayi itu ketimbang Jennie karena sering bergantian menjaganya saat Jennie sibuk.

“Geugeo ara? Kenapa aku memanggilmu Moon? Itu karena kau seperti bulan yang bersinar di atas sana, kepalamu bulat tapi matamu sipit” Rose mencubit ujung hidung bayi laki laki yang ada di pangkuannya sedang tertawa karena tingkah batita itu. “Sekarang pipimu semerah strawberry” Rosé terkekeh. Ia kembali memangku bayi itu dalam pelukannya sambil menonton televisi.

“Mommy mu punya kharisma yang swag, keras dan cool yang menonjol membuat setiap orang yang melihatnya tidak akan lepas dari pandangannya. Tapi di balik itu semua dia seorang yang lembut, baik hatinya dan dulunya periang. Berbeda ketika orang lain melihatku mereka akan melihatku seperti gadis yang lembut baik hati ceria dan riang walaupun sebenarnya aku lebih suka melakukan hal hal extrem dan olah raga meski bukan dalam hal ekstrim seperti bela diri tapi jika itu menyangkut fisik aku setingkat lebih baik diatas mommy mu” ia berbicara seakan anak itu mengerti apa yang Rosé ucapkan.

“Jiroo ya aku janji ketika kau besar sedikit akan ku ajarkan kau bagaimana caranya naik sepeda, mengendarai motor, aku juga yang akan mengajarimu boxing atau olahraga lainnya..” ujarnya kedua tangan Rose berada di pinggang bayi itu mengangkatnya setinggi wajah saat berbicara padanya. Dari wajahnya bisa dilihat ia sangat menyayangi anak itu seakan ia adalah bayinya sendiri.

Jennie terbangun terbangun dari tidurnya ketika ia merasakan badannya sudah lebih enak. Ia duduk sisi kasur dengan pelan melepaskan sisa kantuk yang ia rasakan. Untuk beberapa saat ia seperti mendengar suara televisi yang masih menyala dan bau wangi masakan dari dapur di lantai bawah. 

Perlahan ia memakai sandal beruang lalu keluar dari kamar menuruni tangga hanya dengan masih memakai tank yang di balut jubah tidur melekat di tubuhnya. Dari perjalanannya menuruni tangga ia bisa mendengar suara Rosé diiringi suara dialog dari sebuah drama sedang berbicara dengan Bayi kesayangannya. 

Langkahnya terhenti di ujung tangga Jennie terdiam begitu lama memandang kedua manusia manis dan menawan itu saling bercengkrama. Melihat punggung gadis berambut kuning emas panjang itu menjaga bermain dan menjaga buah hatinya. Ada mainan karet berbentuk bintang laut, kuda laut dan beberapa bentuk binatang lain disana. Dia tidak menyangka keduanya bisa sedekat itu satu sama lain

Sedangkan di meja makan mereka sudah terhidang berbagai jenis makanan disana yang sepertinya sengaja di persiapkan belum disentuh sedikit pun. Jennie memandangi area dapur dan membayangkan gadis berusia 27 tahun itu membuat pertunjukan sirkus dengan spatula dan peralatan dapur lainnya sambil menggendong buah hatinya. Namun ternyata bayangannya kali ini salah. Kali ini tidak ada kekacauan seperti kemarin tidak ada panci yang hitam ujung serbet yang terbakar ataupun lantai yang penuh dengan tepung melainkan daput dalam keadaan bersih dan peralatan berada pada tempatnya ada sedikit sisa air menetes dari sana tanda beberapa diantara telah di pakai dan di bersihkan sebelum di kembalikan pada tempatnya.

Jennie berjalan mendekati mereka. Merasakan sentuhan di pundaknya Rose menyadari kedatangan Jennie, yang sebenarnya sudah sedari tadi memperhatikan mereka.

“Jennie? Sudah bangun? Apa badanmu sudah membaik?” Ucapnya sedikit terkejut tapi ia mengatur nafasnya dan bicara pada Jennie. “Aku baru menyelesaikan lauk terakhirnya” Menyadari Jennie sudah duduk di sebelahnya. 

SECOND CHANCE : Love will [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang