LIKE DEJAVU

243 28 0
                                    

SCII 26 - LIKE DEJAVU (Short story)

Cahaya lampu temaram dari balik kaca jendela kaca. Kamar yang hangat di pertengahan musim dingin di pagi hari.

Perlahan kedua matanya terbuka. Jennie merenggangkan otot lalu mengusap matanya. Ia menoleh ke sisi tempat tidurnya sudah kosong tanpa penghuni begitu juga tempat tidur bayinya.

Terasa bau wangi daging dan sayuran mengudara di seluruh ruangan dari dapur. Diiringi suara seperti air mendidih. Dengan matanya yang masih setengah menutup Ia berjalan menuju dapur.

“kau sudah bangun..” sapa Rosé nampak lega satu tangan nya menggenggam spatula dan tangan yang lain mengaduk bubur.  Tidak jauh dari sana Baby JR duduk di kursi khususnya memandang dengan ceria. Bayi kecil itu bersuara riang ketika melihat ibunya.

“Good morning, Rose” Jennie mengusap wajahnya yang masih bengkak. Rose tampak sedikit kewalahan karena sejak tadi bayi itu menarik lengan bajunya tampak hampir menangis

“mau ku bantu..? Kau kelihatan kesulitan..” Jennie mengulurkan kedua tangannya mengambil Baby JR dari kursi itu lalu menggendongnya.

“Fyuhh…” Rose mendesah “sejak aku mengganti popoknya tidak berhenti uring uringan” Rose memperhatikan Jennie mengecek bayinya.

“tidak biasanya dia menangis seperti ini meskipun bersamamu. Apa kau sudah memberinya susu formula?” 

“Kupikir dia masih minum susu langsung dari sumbernya”  Rose menoleh sekilas.

“Aigoo pantas saja.. kau pasti lapar ya, Mommy menyelamatkan mu pagi ini hmm” ujar Jennie pada bayi itu tapi ia membuka kancing piyamanya dan membiarkan bayi itu mendapatkan apa yang ia butuhkan.

Pagi ini menjadi pemandangan yang tidak biasa di rumah baru mereka. Saat gadis berusia 27 tahun itu bangun pagi pagi sekali niatnya ingin membuat sarapan namun bayi pintar ini tiba tiba saja terbangun di tengah prosesnya membuat semua menjadi berantakan.

Akibatnya meski sudah menggunakan seluruh kemampuan yang dimilikinya, tidak dapat dihindari bau telur gosong, susu yang tumpah, dan kompor yang mengepul menjadi satu pertunjukan yang sajikan olehnya pada akhirnya ia hanya bisa membuat sandwich isi telur tadi dan sedikit mayonise

Jennie sedari terduduk di depan meja dapur terkejut dengan keadaan dapur yang sudah berantakan mirip kapal tenggelam.

“Kurasa ambidextrous mu engga berguna kali ini” Jennie mengomentari kerja Rosé.

“Setidaknya aku sudah berusaha membuatkan sarapan untuk mu. tadinya...” Rose menggigit roti lapis miliknya. Jennie tersenyum sambil meringis menatapnya. Dia tersenyum.

Cuma Rosé yang dengan lahap menyantap sandwich gosong buatannya sendiri. Jennie memandangnya dengan perasaan bahagia, Hari normalnya telah kembali dan berharap ini bukan hanya mimpi.

Rosé menoleh sambil menikmati sandwichnya seperti anak kecil kelaparan tiga hari tidak makan. Ya sih anak ini nafsu makannya besar tapi berat badannya tidak pernah bertambah.

Seminggu yang lalu sepulang dari rumah sakit Jennie memutuskan untuk menjual rumah lama orang tuanya dan membeli rumah yang tidak terlalu besar dengan desain lebih modern dan minimalis berikut dengan pemandangan kota dari balkon yang jaraknya tidak jauh dari tempat kerja mereka.

Tadi mereka menghabiskan malam mengenang kebersamaan mereka. Rose memberitahu alasannya meninggalkan Jennie di rumah sakit waktu itu dab banyak menceritakan tentang mimpinya bagian bagian dari kenangan mereka di masa lalu meski ada bagian bagian lain yang tidak ia mengerti.

Berbicara empat mata sambil menyesap wine hingga larut malam. Baby JR baru bisa tertidur lepas pukul 10 malam karena belum terbiasa dengan ranjang barunya.

SECOND CHANCE : Love will [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang