5

3.4K 235 7
                                    

Sudah tujuh bulan usia kandungan Megan, itu berarti sudah dua bulan kejadian ngidam mangga itu berlalu. Sejak saat itu juga Rai membatalkan pertemuannya dan selalu melarang Sekar berkunjung ke rumah yang terdapat istrinya.

Rai menatap hamparan halaman belakang rumah megah itu, rumah yang ia jadikan tempat berlindung sejak 7 tahun lebih ini.

Rai memikirkan lagi sejak kejadian itu, saat ia yang tidak sengaja terlelap dikasur Mega, membuat wanita itu kini selalu menegaskan bahwa hubungan mereka terikat dalam pernikahan.

Sikap Mega berubah, ia jadi sangat manja dan benar-benar menganggap Rai sebagai istrinya, istri sahnya.

“aku cariin kamu juga”

Rai kaget. mendengar suara Mega, dengan cepat dia mematikan rokoknya yang masih sisa setengah, ia membuang rokoknya jauh-jauh “kamu tuh, aku lagi ngerokok juga. Ngapain nyamperin aku”

“lagian kamu ngerokok terus, ga kasian sama anaknya kalau hirup asep rokok?” Mega mengelus perutnya yang mulai membesar.

Rai tersenyum lembut, menerima saja lengannya mulai digelayut manja oleh Megan.

“aku hari ini mau keluar sama Shaly” ucap Mega setelah duduk disofa keluarga.

“mau kemana emang? Hati-hati loh, perut kamu udah besar gini”

“hem, kan ada Shaly, kamu tenang aja ya”

Percakapan yang terdengar nyaman, seperti pasangan yang sudah terikat janji suci pada umumnya. Namun kini salah satu wanita itu merasaan perasaan yang sulit digambarkan. Keresahan menyelimutinya belakangan ini.

Aku harus apa tuhan, mereka bukan untuk pilihan, batinnya.

Rai memarkirkan mobilnya, diparkiran fakultas Sastra Inggris. Menatap lekat para mahasiswa yang mulai menggerumuni parkiran, sedangkan sebagian terlihat berbelok kearah kantin.

Sampai matanya menangkap sosok jelita nan ayu, rambut sepinggangnya dibiarkan tergerai bebas, bibir yang nampak penuh dan seksi tengah tersenyum lebar saat melihatnya, mata hitam pekat yang tersorot sinar mentari mulai menunjukan warna asli mata itu, coklat jernih.

Wanita itu kini telah berdiri dihadapan Rai, ia menyisir rambut panjang yang nampak halus itu kesebelah sisi membuatnya nampak sangat cantik dengan rambut indahnya.

“natap aku tuh kedip kali sayang” Sekar menggerakan tanggannya melambai didepan wajah Rai

Terlihat oleh mata jernihnya jakun Rai yang naik turun, menandakan kekasihnya itu tengah menelan ludahnya sekarang.

Sorot mata Rai tidak pernah berubah menatapnya, sejak dulu. Sorot mata penuh kagum dan kasih. Bahkan sorot mata itu menunjukan rasa sayang yang hangat. Tidak pernah berubah sedikitpun saat binar memuja hanya Rai tunjukan untuk seorang, Sekar Arum Dewi Purnama.

Rai menarik dan menggenggam lembut tangan Sekar, membawanya masuk kemobil lalu segera beranjak meninggalkan kampus kekasihnya.

Perjalanan yang seharusnya 15 menit dari kampus ke kost Sekar, menjadi 40 menit, karna tak henti-hentinya Rai berhenti dikedai jajan, untuk ngemil di kostan katanya.

Sejak dulu Sekar hanya menurut saja dengan kekasihnya, dia sangat tau betul proses kekasihnya menjadi boros untuk dirinya sekarang. Sangat berbalik dengan dahulu, dimana lebih sering Sekar yang mengeluarkan biaya untuk kencan mereka atau bahkan untuk sekedar jajan dikantin sekolah.

Bangga? Tentu saja Sekar bangga, siapa yang tidak bangga melihat kekasihnya menjadi lebih baik, bahkan menemani proses seseorang yang dikasihi sampai detik ini, menimbulkan rasa senang tersendiri untuknya.

GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang