11

2.4K 176 13
                                    

katanya senyuam tulus seseorang yang mencintaimu, akan sama hangatnya dengan senyum saat pertama kali ia menyatakan cintanya padamu.

Senyum Raigemi?

Senyum itu tentu saja masih miliku. walau sejujurnya sudah ada rasa takut didalam hatiku, saat aku menyadari senyum itu juga untuk orang lain. tapi kali ini aku ingin memastikan, bahwa senyum Raigemiku, memang masih miliku.

kembali aku menghitung waktu. ini sudah dua puluh lima menit sejak aku sampai caffe untuk menunggu Rai dan Mega, pertemuan yang untuk pertama kali dengan Mega, aku tidak yakini hatiku akan baik-baik saja, namun aku percayai bahwa sampai detik ini aku belum kehilangan Raiku.

tidak lama aku memikirkannya, dia sudah membuka pintu dengan senyum di bibirnya, bibir itu sedikit pucat, namun aku malah geli melihatnya, seperti ingin tertawa dan mencubit pipinya saja karna gemas. tentu saja itu bukan wajah takutnya, bukan juga wajah gerogi, dia hanya merasa bersalah.

entah dia harus bertanya berapa kali sampai akhirnya hari ini aku bertemu dengan Mega, dia terus memastikan bahwa aku sungguh tidak apa-apa bertemu dengan istrinya itu, lagi pula jika bukan karna aku percaya dengan dirinya mana mungkin aku mau berada disini dan masih menjadi kekasihnya sampai detik ini..

"haii" sapa wanita cantik yang terlihat sedikit menggemaskan dengan pipi chuby nya, mungkin karna effek hamil, dan dia adalah Mega.

wanita dengan perawakan model itu pasti memiliki pipi yang tirus sebelumnya, make up tipis di wajahnya menunjukan bahwa wajah itu tanpa make up sekalipun tetap enak di pandang. senyum yang dia lempar ke arahku juga senyum tulus yang mengagumkan.

Benar jika Rai bilang Mega adalah anak bu Mela dan Rai hanyalah supir pribadi bu Mela, tidak ada yang sepesial dengan kedekatan Rai dengan Mega, walau sepertinya hanya Rai yang merasa begitu.

karna aku tau dalam pertemuan 30detik hingga detik ini, bahwa ada sedikit sorot cemburu yang menatapku dari pandangan hangat Mega, dari mana aku mengetahuinya? jelas saja itu karna aku seorang wanita juga, yang yakin jika aku bisa menatap dengan tatapan cemburu yang tidak bisa di tutupi walau sudah mencobanya, seperti yang sedang di lakukan Mega sekarang.

"akhirnya kita ketemu juga ya Sekar, aku pikir Rai emang ga mau ngenalin aku ke pacarnya, atau Rai emang niat ngenalin aku ke kamu pas hari pernikahan kalian nanti? huhh"

aku tersenyum malu, kepalaku sedikit mengangguk tapi lidahku kelu, bingung juga ingin menjawab apa. "Rai ga gitu kak, mungkin karna kamu lagi hamil aja, khawatir kamu nanti kecapean kalo harus ketemu sama aku"

"iya ya, makannya dia ngajakin kita ketemu di caffe depan kompek rumahku gini, huaaaaa padahal aku udah ngebayangin jalan-jalan di mall" dia mengeluarkan tangis tanpa air mata yang tidak menggelikan sama sekali dilihat, apa nasip orang cakep memang selalu enak dilihatnya walau tingkahnya sedikit aneh?

fokusku teralih kewajah Rai yang bersemu malu, aneh sekali melihatnya malu sejak Mega mengatakan pernikahan kami, wajah cool nya kan tidak cocok dengan wajah bersemu seperti itu.

kan aku jadi ikut malu juga!

Posisi kami sekarang cukup nyaman, duduk di meja bundar dengan empat kursi, Rai di sebelah kananku dan aku berhadapan dengan Mega, aku masih mau mengobrol dengan Mega, membahas banyak hal, bahkan sampai membahas keperluan anak yang belum sempat dibelinya. ternyata Mega seheboh itu, asik dan tidak membosankan, namun seperti ada yang tidak tertarik dengan pembahasan ini, sejak tadi tak jarang sudut mataku menangkap sosok Rai yang tidak memalingkan wajahnya memperhatikanku, ingin rasanya aku menolehkan wajahku dan meraup wajahnya agar tidak menatapku seperti itu.

"kamu wanita yang akan menikah dengan Rai kelak kan? ko mau sama anak yang suka bengong-bengong kaya begini"

kali ini aku benar-benar tertawa mendengar kata-kata sarkas Mega, sampai Rai harus memastikan sekitar, bahwa tidak ada yang menatap aneh kearah kami "kan kakak istrinya, udah tau dia kaya gimana kan"

"wahh iya dong, tapi kamu yang akan menemaninya nanti, seumur hidup itu lama Sekar dan kamu akan bersama orang yang suka bengong tapi sesabar Rai, aku rasa itu hal yang pantas, kalian tulus, aku yakin itu"

"makasih kak" jawabku haru, walau sejak tadi mata itu tak bisa menutupi rasa cemburu tapi kata-kata manis yang keluar dari mulutnya bukan sebuah kebohongan, dia mengatakan itu dengan tulus, aku menyukai Karakter Mega yang tidak menutupi bahwa dia cemburu tapi juga tidak menunjukan sifat berperang kepadaku. entah apa yang membuatnya begitu, tapi aku yakin ini pasti karna dia tau Rai sangat memujaku.

anak bodoh itu juga apa tidak sadar sejak tadi memandangiku, membuat Mega harus sampai beberapa kali berdeham untuk mengambil atensinya. dia seperti tidak mendengar apapun, niatku membantu Mega untuk menyadarkan Rai dari aksi melamunnya menatapku, tapi malah aku terkejut juga, saat aku yang berdeham reaksi Rai sangat cepat sampai dia terkesiap.

"kenapa, kenapa sayang" dengan gerakan cepatnya, bahkan aku sampai harus memundurkan wajahku sedikit agar tidak terlalu dekat dengan gelas yang dia sodorkan kehadapanku.

"aku gak apa-apa, ini juga gelasnya kalo ga sedeket ini ga bisa ya?" sindirku

dengan senyum lugunya dia menjauhkan gelas dan terkekeh kecil. aku hanya mengambil gelas itu dari tangannya dan memberikannya kepada Mega, saat aku memberikan Gelas itu kepada Mega, ia sedikit terkejut, mungkin karna sedang asik melihat ulah kami, namun walau begitu dia tetap mengambil gelas itu dengan cengirannya.

"kayanya kalo aku yang deham sampe aku keselek sendok pun ga perdulia dia" ucap sarkas Mega.

entah hanya perasaanku saja atau memang itu yang terjadi sejak tadi Rai seolah hanya melihatku, aku melirik tajam Rai yang seolah baru tersadar bahwa sejak tadi ada Mega di antara kami, terlihat dari bola matanya yang membesar dan wajah bingungnya yang bertanya-tanya.

bingung juga kenapa manusia sepandai Rai bisa begitu fokus dan tidak fokus dalam waktu bersamaan ketika sedang denganku. dia Paradoks.

"kalian jadi mau ngobrolin apa si?"

"dari tadi kita ngobrol Rai, kamu pikir ini piring kita sampe udah kosong kaya gini makanannya di makan sambil silent treatment?"

ucapan Mega memang terus menyindir, aku hanya geleng-geleng dengan senyum melihat Rai hanya meunjukan cengiran minta maafnya.

"Sekar, aku berniat melahirkan di Jogja"

"oh ya kak?"

"he'em, Rai nya aku bawa ya"

aku sedikit terkejut tapi juga merasa tidak masalah jika Rai ikut, perasaanku sangat nano-nano jika harus menambahkan dengan rasa cemburu.

"aku juga udah beliin tiket pesawat dan hottel buat kamu, biar kamu sama Rai bisa jalan-jalan selama aku masih harus dirumah sakit, atau kalian mungkin mau testimoni bulan madu di jogja?"

aku sedikit kaget, karna aku harus ikut juga, aku rasa aku tidak akan berperan apapun "kak tapi ini"

"hei, kalo kamu mikir kita baru ketemu hari ini. jawabanya benar, tapi aku mengenal kamu jauh sebelum ini. sejak dulu mommy udah cerita kalo Rai memiliki kekasih perumpuan, awalnya aku kaget dan mommy kecewa, tapi aku melihat kamu sekarang, sepertinya wanita yang dulu dimaksud Mommy adalah wanita yang sama dengan yang ada di hadapanku sekarang. aku sangat mewajarkan ada cinta segila ini"

enatah bagai mana aku ingin bereaksi, terlalu sulit namun juga bahagia karna di pahami oleh orang lain, terutama di pahami tentang hubungan kami. selain bu Mela dan keluargaku, mendapat respon baik seperti ini dari Mega juga sangat mampu menenangkan hatiku.

sudah hampir satu jam kami mengobrolkan banyak hal, dan sudah satu jam juga rasa cemburu Mega stabil, tidak berkurang tidak juga bertambah, dia terliahat konsisten karna tidak membuatku cemburu sama sekali, sejak tadi aku seperti merasa di tenangkan olehnya.

"apa hatimu sakit kak, melihat orang yang mulai masuk kedalam hatimu tidak bisa memberi timbal balik yang kamu harapkan? maafkan aku kak, tapi melepaskan Rai untuk orang lain pun bukan pilihanku" sesalku membatin, sama seperti kami berperang dengan batin. mencoba saling mengerti dan memahami.


















GEMINIONS

GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang