22

2K 159 32
                                    

seorang wanita tengah duduk di kursi beton vila, halaman yang luas dengan musik kencang itu seolah tidak membantu untuk membuatnya hilang rasa sedih dan kesepian, dingin angin malam kini mampu membuatnya menggingil, namun bukan tubuhnya yang menggigil, tapi batinnya.

rasa khawatir ia miliki bersama dengan sedikit rasa perih yang entah datang dari mana, seolah sejak tadi hatinya mencoba untuk menahan rasa yang selama ini berusaha tidak ada pada dirinya, pada akhirnya rasa itu timbul secara perlahan, rasa ikhlas dan percayanya yang terkikis seolah menjadi rancu untuk hatinya kini.

menatap kembali bulan yang indah, Namanya memiliki kata Dewi Purnama, sangat indah dengan makna yang dalam, tapi kenapa kini saat ia menatap bulan seolah hatinya menyerap rasa sedih?

"Hei, its oke kalau Rai gak datang, kamu tau kan alasan dia apa?" seseorang duduk dan mengelus lembut bahunya, tanda menguatkan. Sekar tersenyum ke arah wanita itu dengan tatapan sayupnya.

"yah, aku tau kak, aku juga khawatir sama Gemi tapi ada perasaan aneh yang muncul, ini sudah lima tahun aku menjalani hubungan dengan Rai dan aku baru merasakan perasaan ini"

"cemburu?"

"mungkin iya, mungkin juga aku menjadi sedikit perasa"

Sekar mulai memalingkan wajahnya, melepas tatapan lirihnya kearah bulan di atas sana. menyusuri mata indah Brisata yang ternyata tidak berbeda jauh dari kekasihnya "kenapa kesini?" tanya Sekar kemudian, mengalihkan topik yang kurang nyaman untuknya.

"karna kamu sampai murung seperti ini ulah adikku yang lebih memilih menemani anaknya berobat, aku hanya meminta sedikit pengertian kamu, dan jangan kamu berpikir negatif, karna perasaan seperti itu akan membuat kurang dalam hubungan kalian"

pengertian, lagi?

Sekar memberi sedikit senyuman, mungkin memang benar jika dia kurang mengerti. atau mungkin dia sudah terlampau memberikan pengertian hingga kini terasa sakit?

"pacarku yang udah lima tahun pacaran sama aku menikah dengan anak bosnya, lalu mereka memiliki anak, tiba-tiba saja dan tidak bisa di tutupi jika anak majiaknnya itu menaruh rasa seiring berjalannya waktu, dan pacarku sekarang sangat menyayangi anak dari istrinya yang semula hanya istri pura-pura, aku tau mustahil jika kekasihku dengan perasaannya itu tidak tumbuh untuk seseorang lagi, karna kini sudah ada yang terbagi, dan aku sekarang merasakan sedikit rasa sakit apa itu namanya kurang pengertian kak?"

Brisata seolah bungkam, bahkan bibirnya yang hampir terbuka ia tutup kembali, memerangi dan berdebat dengan wanita yang sedang cemburu pertanda sedang memerangi hatinya, jadi sekarang Brisata sedang mendengar isi hati Sekar dan akan sangat salah jika memperburuk suasana hati wanita itu.

"kamu tau, aku sempat menganggumi hubungan kalian yang sangat manis, bahkan tidak pernah ada pertikaian, namun jalan tidak selalu mulus. dan saat dimana jalan yang kalian lalui terasa tidak mudah yang dibutuhkan adalah kepercayaan, dan soal kepercayaan itu terjaga atau tidak, itu urusan orang yang sudah kamu berikan kepercayaan bukan. dan aku percaya Rai tidak akan merusak kepercayaan kamu"

"dia akan merusaknya"

"kenapa?" tanya Brisata bingung

"yang dirawat dengan baik akan tumbuh dengan perlahan tanpa di sadari. seperti pertumbuhan pohon, tidak akan ada yang menyadari pertumbuhannya bahkan si pemiliknya, namun ia nampak ketika sudah besar dan berbuah, itu lah Rai dia sedang tidak sadar mulai ada yang tumbuh di hatinya"

"sejak kapan kamu menyadarinya, dan kenapa kamu menyadarinya?"

"apa kakak pikir, seseorang yang sudah mulai bersembunyi sedang tidak bermain?"

"jelaskan"

"Rai mulai bersembuyi dari Mega saat mau menelponku, dia akan sembuyi saat akan bertemu denganku, itu tandanya dia sedang menjaga sesuatu, menjaga perasaan Mega, saat bersamaku ia jujur tentang apapun karna aku mengandalkan kepercayaan, tapi Mega mengandalkan perasaan, saat bersamaku Rai terbuka karna dia percaya pada kepercayaanku, dan kini ia menjaga perasaan Mega karna dia percaya pada perasaan Mega"

Brisata bungkam, masih berusaha mencerna ucapan orang mabuk dihadapannya, "yaudah sekarang kamu lagi galau karna Rai gak bisa ikut malam ini, aku juga lagi patah hati karna bule aku gak dateng kesini, sekarang kita ngumpul aja. noh, jangan biarain kakak kamu berduaan sama Raka"

Sekar memutar sedikit tubuhnya, dan benar saja, disana dengan memesranya Jihan dan Raka tengah berciuman cukup panas. seperti mereka sedang menyalurkan cinta, tapi apa mereka lupa jika Sekar berada disini?

dengan tidak mood Sekar memilih untuk tidak beranjak dan tidak menganggu, lagi pula kenapa harus di ganggu, mereka sedang menikmati momen kebersamaan yang mungkin jarang mereka dapatkan, karne sejak Jihan dan Raka bekerja mereka jadi jarang memiliki waktu untuk bersama. kambali menuang anggurnya ke gelas yang sudah kosong, namun dengan segera di tahan oleh Brisata.

"biar gue yang lanjutin, lo baru minum segitu aja udah pusing banget kayanya"

"hemmm" sahut Sekar hanya berdeham, membiarkan saja Brisata melakukan apa yang ia mau, sekarang Sekar kembali fokus pada rembulan malam yang sedang menyorotkan cahaya yang indah.

*****
seorang wanita dengan wajah pucat menunggu dengan khawatir, istrinya di pelukannya tidak henti menangis hanya karna sudah tidak tenang.

"aku baru ngalamin kaya gini Rai, aku gak tega Gemi sakit"

"tenang ya, kan mommy udah di dalam nemenin Gemi, kamu jangan khawatir, aku jadi ikut khawatir kalo kaya gini" Rai mencoba menenangkan Mega, dia sebenarnya sama khawatirnya saat bayi yang masih begitu rentan haru mengalami demam tinggi, bahkan suhu tubuhnya terbilang sangat panas.

menunggu dan kembali menunggu saat dokter tidak kunjung keluar dan suara tangis masih menggema di dalam sana, baru kali ini Rai merasa lebih tenang mendengar tangisan Gemi walau terbesit rasa tidak tega namun lebih baik mendengar tangisan untuk sekarang dari pada tidak sama sekali.

dua puluh menit berlalu dan kini dokter keluar ruangan, dengan kening berkeriangat wajah dokter itu begitu tenang "Rai, kamu bisa keruangan aku ya, Mega kamu bisa masuk Gemi sudah tidur, mommy kamu nunggu di dalam"

keduanya mengangguk, dengan langkah pasti Rai mengikuti langkah dokter Ranti keruangan dokter itu. sedangkan Mega masuk untuk melihat kondisi anaknya.

saat Mega masuk begitu tidak tega hatinya saat melihat anaknya sudah terbaring lemas dengan infus yang terpasang di tangan mungil itu "Mom, Gemi"

"Gemi tidur, kecapean nangis kayanya, mommy gak izinin dokter Ranti nyuntik obat tidur tadi" mendengar itu Mega mengangguk, lalu duduk di kursi tepat di samping kasur yang nampak tidak nyaman untuk anaknya itu

"Rai mana sayang?"

"langsung keruangan dokter Ranti mom"

disisi lain diruangan serba putih dan cukup luas seseorang tengah berpeluh, kesedihan dan rasa tidak tenang menyelimutinya, Rai merasa ini akan sangat melukai hatinya apa lagi hati Mega, ia tidak bisa membayangkan jika wanita i tu akan sangat menyesal.

"Gemi akan baik-baik saja jika kalian menjaganya dengan baik, Gemi mengalami lemah jantung mungkin di akibatkan Mega yang meminum obat penggugur kandungan saat janinnya masih terlalu muda, pengaruhnya sangat banyak, untung saja Mega rutin mengkonsumsi es krim saat hamil, itu membantu pertumbuhan Gemi, walau tidak begitu berpengaruh banyak, namun sedikit membantu"

"lalu bagai mana dok?"

"aku titip kenyamanan Gemi kepada kalian, jangan pernah membuat suasana yang kurang baik, jaga mood Mega karna itu berpengaruh pada mood anak, walau ini hanya mitos semata, nyatanya ini sudah terbukti nyata. aku membicarakan ini kepadamu karna aku tau Mega sulit tidak terbawa pikiran, dan semoga kamu membantu"

*****

Rai kembali ke kamar rawat Gemi dengan langkah pelan, meragu rasanya tapi ia akan memastikan semua akan baik-baik saja, semua akan berjalan dengan lancar, Gemi tidak akan terluka dan tidak akan sakit. Rai yakin itu

rasa ragu mulai menjalari saat Rai masuk ruangan rawat Gemi dan melihat wajah khawatir Mega, dia harus memberi tahu Mega dengan apa yang gemi alami, ia tidak berhak menutupi ini semua dari Mega.

























GEMINIONS

GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang