17

1.8K 120 13
                                    

Meja makan megah, diruangan megah yang di sewa khusus, menu makanan yang lengkap dengan beragam makanan lengkap dari makanan pembuka hingga makanan penutup.

Namun sejak tadi mataku hanya tertuju pada satu sosok, ia lah Rai. Yang sejak tadi menatap kosong cangkir kopi, wajah syok tidak tertutupi oleh senyumnya yang sesekali muncul.

Dua laki-laki dewasa diruangan ini nampak sudah tidak bergairah dengan makanan dihadapannya, oh, atau mungkin semuanya sudah tidak bergairah untuk menyuapkan sesuatu kemulut mereka.

Aku terus menatap kedua orang tua Rai, yang selama  ini ia cari, pak Alive dan bu Henia. Wajah yang aku yakini sewaktu muda sangat tampan dan sangat cantik, karna hingga detik ini wajah keduanya masih menunjukannya walau sudah di usia yang tidak lagi muda.

Namun wajah itu bukan wajah Rai, tidak ada wajah mereka di wajah Rai, bahkan wajah Cia, adik Rai itu lebih dominan mirip pada keduanya. Pantas saja jika memang hari ini sebuah masa lalu terungkap.

kekecewaan hanya itu yang aku tangkap dari manik mata Rai, tidak pernah mata indahnya memancarkan kekecewaan sekental ini, bahkan adik perumpuan Rai sejak tadi tak lepas menyandarkan kepalanya di pundak Rai, menangis tersendu kakaknya mengetahui fakta sebenarnya yang mungkin adiknya itu pun tidak rela akan hal itu.

oang tuanya yang sejak lama tidak mencarinya karna mengetahui anaknya berada ditempat yang aman, dan orang tua kandung yang nampak perduli terselimuti rahasia, mana bisa itu meluluhkan hati Rai.

"jadi kalian selama ini gak nyari aku karna kalian tau aku berada di rumah Bu Mela"

dalam kondisi seperti ini masih saja dia membuatku ingin protes dengan caranya memanggil mommyku itu, namun apalah daya jika kesedihannya membuatku terlampau mengerti

"mamah sudah cari kamu, dan mamah berhasil namun mamah tenang Rai"

"aku mencari keluargaku dan aku tidak menemukan kalian, selama ini aku tidak tenang dan kalian tidak perduli akan hal itu?"

"Rai" suara Ayah Rai begitu lembut mencoba menenangkan anaknya yang mulai menggunakan suara tinggi, walau begitu aku membenarkan ucapan Rai. 

semua mata menatap Rai termasuk aku, saat ia tertawa namun matanya tidak bereaksi, sesaat manik mata itu membesar namun pupil yang nampak gelap itu mengecil. tidak pernah terbayang olehku apa yang di rasakan Rai sekarang.

"mami yang menyuruh mamah dan ayah kamu tetap tenang saat kamu pergi dari rumah Rai, dan saat kami tau kamu menemukan Mela, mami mencari tau semua tentang Mela dan dia sangat memanusiakan kamu, mami tau Mela akan memperlakukan kamu seperti anaknya Rai"

"maaf buk Claudia, saya menghargai anda sebagai anak atasan saya. dan saya sedang bicara dengan keluarga saya, dan satu lagi mommy Mela dalah mertua saya"

hening kembali, aku tidak pernah tau bahwa Rai yang begitu sopan kepada orang yang lebih tua, bisa sesarkas ini. yang kemungkinan besarnya ucapannya menyakiti hati Bu Claudia, ibu kandung Rai. yang baru saja tiga pulum menit lalu aku ketahui nama panjangnya adalah Claudia Clay Benji. yang sudah di berikan ujung benangnya jika pak Gumilar adalah kakeknya. dan wanita yang sejak tadi diam saja, Brisata Clay Benji. kakak Rai yang bisa aku pastikan mata indah mereka memang sangat mirip.

namun apa yang sedang terjadi menang sangat membingungkan, apa yang menimpa Rai ini bagai drama yang rumit dan tidak di ketahui alurnya.

sampai suara tangis Gemi memenuhi ruangan, tentu aku panik dan mencoba menghentikan tangis Gemi, entah sejak kapan Rai beranjak dia sudah berlutut di samping kursiku, mata itu bertatapan denganku, pupil matanya yang mengecil tadi sudah kembali normal, sudah membulat dan jernih, perubahan manik pekatnya itu membuatku mengerti bahwa mungkin Gemi bisa mengembalikan semuanya menjadi baik-baik saja.

"keluar yuk mungkin Gemi bosan" aku memejamkan mata sejenak dan mengangguk, melempar senyum terbaikku kepadanya sebagai supoert bahwa semua akan baik-baik saja.

ia berdiri di sampingku mengambil alih Gemi ke gendongannya, mengecup dengan lembut seklilas pipi Gemi dan menyamankan posisi gendongannya. sebelum akhirnya dia berpamit dengan nada yang begitu formal dan sopan. namun suara lembut membuat mata Rai kembali berembun

"kakak mau ninggalin aku lagi?"

Rai memutar langkah menghampiri adik perumpuannya, dari sorot matanya ia kagum melihat adiknya sudah beranjak dewasa namun tidak menghilangkan sifat manja, Rai berlututu dihadapan adiknya, "liat, keponakan kamu" adik Rai mengangguk, mengelus pipi Gemi dengan lembut. "namanya Melvin Gemiegga Clay Benji" 

semua orang terbengong menyimak percakapan antara kakak adik yang begitu hangat, namun aku jadi merasa tidak layak memberikan nama kepada Gemi yang ternyata adalah sebuah nama keluarga "maaf aku menyelak, dan maaf karna nama Gemi aku yang memintanya kepada Rai untuk menggunakan nama itu, jika tidak bisa, aku akan merubah nama Gemi" aku t idak pernah menduga bahwa ucapanku bisa membuat semua mata tertuju padaku.

termasuk Rai yang kini menghampiriku, "Baik, jika kamu merubah nama Gemi, maka aku juga akan mengubah namaku" ucapan Rai lebih tidak terduga olehku, seperti aku sudah salah bicara.

"tidak usah nak" kali ini  suara Bariton pak Gumilar mengintrupsi, ia berdiri dan menghampiri aku dan Rai, lelaki tua yang nampak lebih muda dari umurnya itu mengelus kepala Gemi, bayiku yang memiliki rambut lebat itu nampak begitu nyaman di perlakukan seperti itu oleh pak Gumilar "ini cicit oppa yaa" dengan lembut mata itu berubah menyipit seperti bulan sabit, mata yang ketika tersenyum akan menunjukan gaya yang sama dengan Rai.

sangat mirip, kenapa baru aku sadari sekarang, tidak sejak pertemuan di awal bahwa memang pak Gumilar sangat mirip dengan Rai, yang ternyata menang darah itu kental.

"tatap gunakan nama itu, nama itu begitu cocok dengan Gemi, anak ini sangat tampan sepertiku kan?" candaan pak Gumilar aku akui sangat dasyat sampai Rai tersenyum.

"aku pamit"

cukup dua kata yang keluar dari mulut Rai, mampu melunturkan senyum hangat di ruangan itu.

aku mengerti bahwa ini lebih rumit dari yang aku bayangkan, ini lebih menyesakan dari yang mereka rasakan dan aku masih pada pemikiranku bahwa sangat layak jika Rai merasa patah dalam waktu satu 2 jam.

andai aku bisa mengobati luka hati Rai, mungkin aku akan melakukannya, namun aku merasa Gemi lebih mampu untuk itu, karna sepanjang perjalanan menuju kamar kami ia terus tersenym saat tangan mungin itu tak henti-hentinya penasaran menarik hidung bengir Rai. mereka berdua membuatku takut, takut jika mereka berpisah nanti akan menimbulkan sakit di antara kami. karna mungkin tidak hanya aku yang merasa kehilangan Rai, tapi Gemi juga.

selapang apapun hati manusia, pasti akan memiliki luka yang abadi di dalamnya, entah luka itu akan seperti apa bekasnya namun aku yakin, Rai bisa menghadapinya, mengobatinya dan menerimanya.

siapa kira mantan supir mommyku yang sempat membuatku sebal setiap kali melihatnya, yang ternyata kini mampu menawanku. adalah cucu Gumilar Baskara Rajasa Benji.

anak seorang Claudia Clay Benji, yang di titipkan untuk di didik hidup normal bersama Alive dan Henia, setelah gagal mendidik anak pertamanya Brisata Clay Benji untuk memiliki cinta yang normal mengorbankan anak bungsunya karna ketakutannya, yang garis takdir memang mengungkap bahwa darah itu kental karna Rai yang ternyata memiliki jiwa dan hati yang memilih cinta yang serupa dengan ibu kandung dan kakak kandungnya. bahkan setelah umur Rai dua puluh tiga tahun kini, benang merah yang kusut tetap memiliki ujung yang sama dan tidak terputus.











GEMINIONS

GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang