31

757 75 5
                                    

Rai berdiri dengan Tegap dan percaya diri di hadapan para kolega prusahaan kakeknya, tidak membawa statusnya dia tetap memperkenalkan diri sebagai karyawan yang di tunjuk untuk promosi, menjelaskan proposal prusahaan yang di bawanya semenarik mungkin, kemampuan bahasa Inggris Rai yang memang bagus di tambah dengan pembawaan santainya membuat meting tidak terlalu menegangkan, bahkan Rai sesekali melemparkan candaan di kondisi-kondisi yang nemurutnya pas.

Rai tidak pernah bermain pada tujuannya, dia akan membuktikan dan menunjukan kemampuannya, untuk dirinya sendiri.

----

Siang ini seperti menyesakan bagi Mega, tidak pernah dirinya merasa di hantui seperti ini, bahkan dia sama sekali tidak menginginkan takdir ini. Tatapan Mega kosong menatap keluar jendela, pemandangan begitu indah namun di penglihatan Mega hanya ada pertemuan beberapa jam lalu.

"Mega" suara basis nan lembut memanggilnya dengan suara lemah, saat Mega membalikan tubuh, alangkah terkejutnya ia saat ketakutannya kemarin terjadi hari ini.

Selain Mega yang tau jika kemarin dia satu pesawat dengan Fedri, kejadian seperti ini sama sekali tidak diharapkannya. Mega berbalik akan segera pergi untuk mencari Claudia yang berpamit ke toko minuman untuk stok Bir agar tidak perlu repot membeli jika ada yang berkunjung ke rumah mereka, namun tangan Fedri lebih cepat meraih troli bayi Gemi. 

Mega melihat mata Fedri yang berkaca-kaca melihat Gemi yang tengah bermain di dalam trolinya, bahkan Gemi seperti tidak perduli dengan sekitar. Mega berharap Gemi tidak akan pernah memperdulikan tatapan hangat laki-laki yang sudah menghadang mereka.

"anak aku ganteng banget" celetuk Fedri dengan suara rendah dan lembut, namun mampu menyulut Mega, walau laki-laki itu tersenyum begitu indahnya tapi itu tidak berarti apapun untuk Mega yang kini sudah di makan api amarah.

"stop bilang dia anak kamu" suara Mega penuh penekanan, rasanya ingin menjerit jika saja mereka tidak berada di tempat umum, namun ucapan Fedri seperti membungkamnya.

"stop menyangkal Mega"

Mega menarik nafas, lalu mendorong troli Gemi dengan sekuat tenaga karna Fedri juga menahan troli itu sekuat tenaga.

"Mega, ayok kita bicarakan, ini hal yang harus di bicarakan, aku yakin kamu juga mau bicarain ini sama aku"

"aku gak bisa"

"kamu bisa"

"aku udah berkluarga Fed!"

Fedri tersenyum saat nada Mega mulai meninggi, mungkin beberapa yang mendengarnya sempat melihat ke arah mereka sekilas "aku tau"

"jadi, tolong sekarang biarin aku pergi"

"aku gak bisa, Meg. tolong aku mohon banget sama kamu, aku tau kamu mau bahas ini sama aku"

"minggir gak!"

"malam itu kamu yang mau ngelakuin itu sama aku, kamu yang maksa aku buat ngelakuin itu, aku tau aku mabuk, tapi kamu juga mabuk Mega. aku bahkan gak pernah nyentuh kamu selama kita pacaran, sampe kita putus dan akhirnya malam itu terjadi, aku sama sekali gak mengharapkan malam itu aku melukai kamu, jadi aku mohon to-"

"tutup omong kosong kamu" potong Mega menunjuk wajah Fedri dengan telunjuknya

Fedri menarik nafas lalu mengeluarkan ponselnya, mencari sesuatu diasan dengan sebelah tangan karna tangan sebelahnya masih ia gunakan untuk menahan kreta bayi Gemi, Fedri menunjukan potongan vidio yang terputar di ponsenya.

"Fed, aku mohon malam ini aja"

"Mega kamu mabuk, jangan lakuin ini Mega, kamu akan menyesal, aku mohon sama kamu duduk yang bener di tempat kamu, aku antar kamu pulang"

"aku gak mau pulang dan aku gak pernah menyesal jika melakukan sesuatu, kamu tau itu" tanpa aba-aba didalam vidio itu Mega mencium Fedri dengan paksa.

detik itu juga Megamengalihkan pandangannya dari ponsel Fedri.

kembali mengingat pertemuannya dengan Fedri menjadikan Mega tidak bisa berpikir jernih, bahkan dia hanya mengurung dirinya di kamar sejak tadi bersama Gemi, syukur anaknya tidak rewel dan begitu pengertian kali ini, tatapan Mega lekat keluar jendela sejak tadi, namun pikirannya begitu riuh dan berisik.

flashback >>>

"Mega udah deh kita pulang ya, lo udah mabuk banget Meg" bujuk Shaly, karna malam makin larut namun club yang mereka kunjungi semakin Ramai.

"sebentar lagi ya Shal, gua mau merenungi nasip dulu, bokap gue terlalu jahat milih istri dan anak sambungnya yang jahat sama gue"

"lo cuma salah paham aja sama bapak lo, udah deh kita pulang."

"sttt, mari kita enjoy" Mega meletakan telunjuknya pada bibir Shaly, jika Mega akan bersenang-senang Shaly hanya bisa memantaunya.

Mega berlarian kesana kemari seolah memiliki sayap dan bebas memijak dimana saja, dia menggoda sana sini dan saat laki-laki yang di godanya memiliki minat dia akan segera meninggalakan laki-laki itu.

dan hampir semua laki-laki yang di goda Mega memiliki minat, memangnya siapa yang tidak meminati Mega yang memiliki wajah sempurna, juga tubuh yang bisa di bandingkan dengan model internasional.

Shali hanya menggelengkan kepala dari meja bar, melihat tingkah Mega dan harus jeli, tatapannya tidak bisa lepas dari Mega, karna lengah sedikit Mega akan menghilang dari penglihatannya.

karna bernar saja, saat Shaly mengalihkan pandangan untuk memesan Bir, Mega sudah menghilang dari tempat terakhirnya terlihat, membuat Shaly panik dan menelusuri Bar secara perlahan dan teliti.

sampai di sudut Bar meja VVIP, Shaly Melihat Mega yang sudah duduk bersama dengan kumpulan laki-laki dewasa, tatapan di sekitar Mega seperti tatapan para pembru yang sedang membidik buruan Mereka.

saat Shaly sedang bersusah payah menerobos kerumunan, tatapan Shaly tidak pernah lepas dari Mega, bahkan Shaly meabrak orang-orang di depannya saat ia melihat seorang lelaki mulai memasukan tangannya kedalam rok mini Mega, tangan itu sudah seperti keparat yang akan Shaly potong detik itu juga, Shali melihat Mega yang mengelinjang, bibir Mega sudah di kecupi laki-laki yang berada di sebelahnya juga, laki-laki yang berbeda dengan laki-laki yang sudah dengan lancang memasukan tangannya kedalam rok Mega. 

sampai saat Shaly sedang berlari kearah Mega, pergerakan didepan sana membuat Shaly menghentikan larinya, laki-laki yang memasukan tangan kedalam rok Mega sudah tersungkur saat botol bir menghantam kepalanya, suasana di sudut itu seketika ricuh, Shaly meneliti siapa yang membuat kericuhan disana, sampai dia bisa mengenalinya, Fedri.

Fedri melawan kumpulan itu sendiri pada awalnya, sampai akhirnya beberapa teman Fedri ikut membantu menambah kericuhan dengan adu jotos dengan kumpulan yang sedang melecehkan Mega, Shaly menghampiri kerumunan, mengambil posisi disamping Mega untuk memeluk Mega agar terhindar dari kericuhan, sampai tidak terlalu lama adu jotos berlangsung keamanan Club melerai.

Shaly mengurus kericuhan yang terjadi mewakili Mega, juga sebagai saksi pelecehan yang berlangsung, beberapa teman Fedridan beberapa pengunjung terdekat dari lokasi juga ikut menjadi saksi, setelah Mega dan Fedri diamankan diruang keamanan, mereka di perbolehkan keluar club dengan nama mareka yang sudah di blacklist dari club tersebut, sebenarnya semua yang ikut dalam kericihan juga terblacklist pada malam itu.

malam dimana Mega memutuskan untuk ikut dengan Fedri.

"kamu tau barusan aku terjamah Fed, bantu aku hilangkan bekas mereka pada tubuh aku, bantu aku"

---

Mega mengalihkan pandangannya dari kaca, mengingat semua yang terjadi malam itu, memang sudah lama Mega mengingatnya, dan kini malam itu terasa begitu nyata saat Fedri mempertegas bahwa kesalahan malam itu di lakukan berdua.

Mega memandang Gemi, sudah tertidur bahkan tanpa bantuan ASI, sudah berapa lama ia melamun sampai dia melupakan bahwa anaknya sedang bersamanya sekarang, sampai mata berembun Fedri terlintas kembali di ingatan Mega saat Mega melihat mata terpejam Gemi.

"dari banyaknya kemiripan kamu dengan Amma, kenapa kamu harus membawa mata itu sayang" gumam Mega kepada Gemi yang sudah nyaman dalam tidurnya, 

Tanpa sadar, Air mata menjalari pipi Mega, Mega menghapusnya kasar.

"temui aku nanti malam Meg, aku menunggu"

suara dan ucapan Fedri di pertemuan kali ini juga begitu menghantui Mega.





















GEMINIONS

GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang