10

2.7K 181 23
                                    


Dua bulan telah berlalu. setiap usaha pasti membuahkan hasil. setidaknya itulah yang dipikirkan Mega tentang usahanya mengikat Rai dalam hubungan mereka, apapun caranya.

Mega menatapi Rai yang tengah tertidur dikursi kerjanya, wanita maskulin itu tertidur berhadapkan leptop yang masih menyala, membuat perasaan tak tega dalam hati Mega muncul. menilai betapa lelahnya istrinya itu.

dengan gerakan lembut Mega berusaha menyentuh surai rambut Rai, namun dia urung saat sebuah ponsel tanpa dering, milik Rai, menyala. menunjukan layar berisi notifikasi, tapi bukan itu yang menjadi fokus Mega, melainkan walpaper ponsel Rai yang menunjukan foto Rai dengan wanitanya.

Rai yang terbangun membangunkan Mega juga dari lamunannya tentang layar ponsel milik Rai.

melihat Mega yang berdiri mematung disampingnya membuat Rai keheranan.

"kenapa kamu berdiri di sini?"

"kamu kecapean, kalo tidur dimeja gini nanti sakit punggungnya, aku mau nyuruh kamu tidur di kasur tadi, tapi kamu ke buru bangun"

"hemmm, iyaaa. tapi aku mau nyelesaiin kerjaan aku dulu ya" lirih Rai dengan mata yang masih kemerahan.

setelah mengangguk, Mega beranjak ingin keluar kamar, namun Rai memanggilnya. membuatnya berhenti dan melihat Rai yang berjalan cepat ke arahnya lalu wanita jangkung yang berstatus sebagai istrinya itu nampak salah tingkah, membuat Mega mengerutkan kening bingung.

"emm, ini" Rai menyerahkan sebuah kartu ATM kepada Mega, tentu saja Mega yang tidak mengerti apa-apa makin bingung oleh tingkah tak biasa Rai ini. sebelah alis Mega meninggi memberi gestur bertanya.

"uang gaji aku selama sebulan ini, dan aku udah pengajuan cuti untuk persiapkan lahiran kamu, ga nyangka bos aku baik banget ngasih cuti sama dikasih hadiah ucapan salamat juga"

"oh ya?, baik banget bos kamu"

"hemm"

Mega terbelalak kaget saat tiba-tiba Rai mengusap pucuk kepalanya, Rai yang akhir-akhir ini seperti membangun komunikasi dengan Mega membuat Mega menghangat.

jika memang ada harapan Mega ingin berharap banyak kepada Rai, namun mengingat orang yang di harapkannya adalah Raigemi, si manusia bucin yang hingga detik ini masih menggilai pacarnya walau sudah memiliki istri seperti Mega sekali pun. membuat Mega putus asa.


"Rai"

"ya?"

"aku ga siap sama perceraian kita di umur anak aku yang baru 5 bulan nanti"

Mega mengira ekspresi yang akan Rai tunjukan adalah ekspresi kecewa. namun melihat tatapan matanya teduh dan senyum yang mengembang membuat Mega binging. Rai menggenggam tangan Mega dan menggiringnya duduk di kasur, lalu dengan hati-hati Rai bertumpu dengan lututnya, tatapannya menatap Mega berbinar.

"aku ga mungkin ngebiarin kamu jadi mamih sendirian di saat bayi lagi rewel dan lagi seneng begadang kan?"

mendengar itu Mega terkejut, hatinya juga menghangat, namun jika di pikirkan kembali ini mungkin bukan hanya kemauan Rai pribadi.

"siapa yang memberi tau kamu tentang bayi yang suka begadang?"

melihat wajah Rai kehilangan binar dan mulai murung menjadikan Mega menduga duga, bahkan jawaban Rai yang akan membuatnya patah hati sekali pun.

"bilang sama aku Rai, apapun itu"

"Sekar yang bilang, dia mau aku engga ninggalin kamu saat bayi masih butuh kehangatan, aku ngomongin ini sama mommy, dan mami meminta aku mengundur perceraian kita"

Mega tersenyum kecut, ternyata menang tidak bisa berharap terlalu banyak kepada Rai, memangnya siapa lagi yang bisa membuatnya merubah keputusan jika bukan karna Mela.
namun menjelang kelahirannya dia tidak ingin membuat hubungannya dengan Rai semakin renggang.

"terus, mommy juga yang nyuruh kamu buat ngasih uang gaji kamu ke aku hem?"

"engga, itu aku yang mau. akukan istri sah kamu, sudah ke wajiban aku ngasih nafkahkan, maaf kalau kemarin aku ga ngasih nafkah, kan aku di gajinya sama mommy, masa kamu aku kasih uang mommy kamu sendiri"

mendengar itu mega tertawa, Rai jadi ikut tertawa, tawa mega dengan wajah cantik sedikit chuby karna menjelang kelahirannya membuat tubuh mega sedikit menggemuk membuatnya jadi terlihat m,enggemaskan.

"kalau gitu kasih aku nafkah batin"

Rai menghentikan tawanya mendengar ucapan Mega yang bagai kilat disiang hari.

"tapi"

"aku ga minta seks Rai" Rai menaikan satu alisnya bertanya dengan gestur


"aku cuma minta cium, kamu yang cium aku. di bibir"

"tapi-"

"tapi kalau kamu ga bisa aku ga pernah maksa kan"

dengan gerakan yang pasti namun tak terduga Rai bangkit, langsung mendorong pelan bahu Mega agar tertidur di bawah kungkungannya. aksi yang biasa saja namun tidak biasa untuk jantung Mega yang sudah tidak bisa di hitung degupannya desiran darah yang cepat membuat tubuhnya merasakan hawa panas dalam sekejap.

saat dengan lembut Rai menyentuhkan bibirnya dengan bibir Mega rasanya Mega tidak bisa menahannya, instingnya seperti menjaadikannya liar dalam sekejap. menekan kepala Rai untuk memperdalam ciuman, memulai duluan mencari selah pada bibir Rai untuk menyusup masuk menelusuri apapun yang ada di dalamnya, respon Rai seperti tidak menolak, menyambut dengan baik ciuman Mega yang terasa santai namun banyak menuntut, ciuman dengan tempo yang santai namun begitu banyak gelora didalamnya.

Rai di kagetkan dengan perutnya yang merasakan pergerakan, langsung menghentikan aktifitas ciuman mereka dan beralih menatap perut besar Mega, sepertinya Mega juga tau apa yang terjadi. mereka bertatapan beberapa detik lalu tertawa bersama.

"udah ya, dede udah protes tuh, aku di tendang"

dengan wajah bersemu Mega menganggukan kepala, sungguh batin mega merutuk kala anaknya tidak bisa mengertikan posisinya saat ini tapi juga merasa lucu dengan kelakuan anaknya yang masih di dalam peruit itu.


*****

"kamu yakin?"

"aku percaya Rai kak"

"aku tau, aku kenal Rai juga dan percaya dia. tapi jika kamu terus-terusan mendorong Rai untuk terus bersama dengan istrinya, gak ada yang gak mungkin jika suatu saat Rai memiliki rasa itu"

"aku tau, bahkan Rai udah mulai sayang Mega, tapi cinta Rai cuma buat aku"

"bisa seyakin itu emang kamu bisa menetapkan hati seseorang, hei kamu bukan tuhan Sekar!"

dengan kesabaran yang sudah habis melihat tingkah adiknya, Jihan yang selalu mendukung adiknya itu kini tidak habis pikir dengan keputusan yang adiknya buat, pilihan yang beresiko kehilangan Cinta di antara mereka? bukankah itu tidak sebanding dengan perjuangan mereka dihari lalu. seakan-akan mereka melupakan restu yang dahulu mereka kejar, restu yang tidak terbilang mudah karna sangat-sangat sulit, tetapi kenapa sekarang mereka bertindak seolah-olah mereka lah yang menanggung dan mengatur perasaan mereka sendiri, tanpa mereka tau perasaan apa yang akan mereka dapatkan kedepannya.

Jinan yang merasa sudah tidak ingin berbicara apa-apa lagi memutuskan beranjak, meninggalkan Sekar yang masih menatap bingung, Jinan yang selalu mendukung adiknya itu mulai mengajukan protes atas pilihan Sekar. walau sebenarnya Jinan tidak salah, karna berulang kali diingatkan tentang hubungan Rai yang sudah memiliki istri pun tidak bisa, mengingat hubungan Rai dengan istrinya hanya sebuah hitam di atas putih.

sejatinya manusia adalah mahluk egois, ingin memiliki apa yang jadi milik orang lain, seperti Sekar yang masih ingin memiliki Rai walau tau Rai memiliki istri, namun di balik itu status yang di sandang Rai dan Mega hanyalah sebuah perjanjian manusia.

dengan sisa tenaganya, Sekar menaiki mobilnya yang terparkir di halama parkiran caffe, sepertinya ia akan memikirkan kembali keputusan yang ia ambil untuk hubungan Rai dan Mega, terkadang Rai yang selalu meminta saran terbaik darinya, ternyata keputusan dan sarannya tidak selalu menjadi yang terbaik.

Saat Sekar memejamkan mata, sosok Rai dengan baju seragam sekolah putih abu-abu muncul dalam bayangannya, membuat bibir Sekar seketika mengembangkan senyum, otaknya memperjelas sosok Rai, sosok yang tengah tersenyum melihat dirinya membawa bekal dengan lauk kesukaan Rai itu, kini Rai mulai bersiap diri menerima suapan dari Sekar. mata Rai kerap menyipit ketika tersenyum, matanya yang menyipit ketika mengunyah dengan senyum dan semangat menikmati makanan yang masuk ke mulutnya.

bayangan indah itu perlahan memudar, berganti dengan sosok Rai yang menunggunya penuh peluh, saat di yakini ia akan menemuinya kala orang tuanya melarang pertemuan mereka kala itu, Sekar dan Rai mencoba meyakinkan Jihan, sang kakak sekaligus anak tertua yang di percayakan keputusan restu untuk hubungan adiknya, Rai yang mencoba menjelaskan bahwa kesungguhannya luar biasa kala itu.
Saat Jinan memberikan kabar bahwa restu akan di dapat, dengan syarat, mereka harus bisa membuktikan hubungan mereka kelak akan bahagia. -tidak seperti kedua orang tua mereka yang hanya memberikan mereka materi tanpa rasa peduli- bahkan orang tua mereka hanya memberi kepercayaan untuk keputusan besar kepada Jinan, saat tau anak bungsu mereka memiliki hubungan tidak wajar seperti yang di jalani Sekar dan Rai.

saat Jinan mengatakan restu didapat untuk mereka kala itu, mata mengagumkan Rai memberi reaksi sipit bulan sabit, bentuk kesempurnaan dari mata itu. mata yang memancarkan keindahan, seperti rasa bahagianya.

Sekar membuka kembali matanya perlahan, bersamaan dengan itu bayangan sosok Rai menghilang.

"ternyata senyum dengan mata bulan sabit itu ... sudah terbagi sayang"

senyum tipis tercetak di bibir Sekar, ada perasaan aneh yang mulai muncul, walau hatinya masih kokoh dengan rasa percaya yang begitu besar terhadap Raigemi.

namun apa mungkin dia akan berbagi Raigemi-nya?



























GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang