28

826 82 21
                                    

Mega bangun dengan mata yang menyesuaikan cahaya, rasa kantuknya tidak memudar sama sekali walau dirinya sudah memaksakan diri untuk membuka mata, dengan setengah kesadaran ia melihat tirai jendela yang masih belum dibuka walau cahaya dibaliknya sudah lumayan terang.  

Mega mengulet lalu memeluk selimut tebal  yang nyaman seperti enggan melepaskan dirinya, saat kesadarannya mulai pulih mata Mega menyusuri kamar, nampak sunyi, Gemi dan Rai sudah tidak ada di dalam kamar, namun satu hal mulai Mega sadari.

dirinya tidur dikamar?

sepertinya ia ketiduran di sofa semalam, namun ia tidak ingat saat pindah kekamar, Mega berfikir kembali saat ingatannya meralat, dalam setengah sadar ia mengingat Rai menggendongnya sampai kekamar, lalu Mega memijat plipisnya dengan mata tepejam untuk merelekskan pikirannya.

kejadian semalam dan ucapan Rai membuatnya hampir mengira semuanya adalah mimpi.

sampai pintu kamar terbuka menunjukan Rai yang sedang menggendong Gemi yang tengah tertawa, semua kebingungan yang meyinggahi Mega seolah menguap dan hilang entah kemana, Rai tidak hemti mencium ketiak Gemi membuat GeMi tertawa senang diperlakukan seperti itu oleh Rai.

"kesayangan aku nih pada dari mana si, hem, Amma ditinggal sendirian dikamar"

"abis dari bawah Amma, liatin bibi nyiapin sarapan" jawab Rai dengan suara lucu soalah mewakili ucapan Gemi.

Mega tersenyum dengan kepala menggeleng kecil, sifat Rai selalu saja berubah saat mereka sedang bersama Gemi, auranya menjadi sangat penyayang dan lembut, tutur katanya menjadi baik dan disiplin, sisi Rai yang lain ini membuat Mega nyaman.

"kamu gak berangkat kerja Rai?"

"engga, Mami mau kesini katanya sama Brisata, aku dipaksa libur"

"hem, berarti hari ini kamu jagain Gami ya" ucap Mega dengan senyuman penuh arti, Rai membalas dengan senyuman tanda mengiyakan ucapan Mega.

"hari ini me time nya Amma ya sayang, jadi kita gak boleh ganggu Amma" ucapan Rai yang seolah sedang memperingati serius Gami, membuat Mega tertawa. reaksi Gemi yang seolah mengerti ucapan Rai menjadikan suasana sangat lucu, jika sudah terjadi seperti ini Mega seperti memiliki dua bayi.

Mega turun menghampiri Rai dan Gemi di karpet, masuk ke dunia Rai Gemi, candaan halus nan lembut dari Rai membuat Gemi nampak nyaman, di tambah dengan perlakuan Rai yang gampang gemas namun enggan Membuat Gemi kesakitan selalu memilih mencium dan menggesekan wajahnya ke tubuh kecil Gemi yang diam saja dengan perbuatan Rai.

tangan kecil yang tak henti mencoba meraih wakah Rai, dengan lembut tangan itu mengembang lalu mengepal lucu, jemari yang nampak mungil tak henti membuat gerakan ingin menggapai. Rai meraih tangan itu dengan lembut menggiringanya ke wajah untuk membiarkan tangan kecil nan lembut itu memainkan pipinya, mengelus dan mencengkram, membuat gerakan mempar lalu mengelus, sangat random, namun sangat hangat dilihat, Rambut panjang lurus Rai yang di biarkan terurai, sesekali tangan mungil itu menggengam dengan kuat Rambut yang nampak halus itu, namun tidak dipaksa untuk di lepaskan, diikuti saja kemena tangan kecil itu menariknya.

Rai sangat tau cara memperlakukan, bahkan bersikap lembut terhadap anak kecil seperti menjadi keahliannya, lebih tepatnya sikapnya yang selalu lembut.

"sayang"

"ya"

"Gemi mirip banget sama kamu"

"di mata aku Gemi malah mirip banget sama kamu, wajahnya seratus persen kamu"

"hem, lebay" Mega tersipu, mendorong kecil punggung Rai, membuat Rai terkikik sendiri melihat Mega yang malu.

Rai kembali mengajak Gemi bercanda, sampai akhirnya pintu kamar di buka dengan kasar membuat Rai dan Mega kaget, kecuali Gemi yang masih asik memainkan jemari Rai.

"Bri, itu kalo pintunya rusak kamu renovasi satu rumah loh" ucap sarkas Rai dengan wajah dingin, agak kesal sepertinya.

"yaampun aku kangen banget sama Bayi aku" Bri menghampiri Gami dengan cepat "aku udah cuci tangan loh ya di bawah" lanjurnya dengan nada dingin lalu membawa Gemi ke gendongannya.

Brisata berlalu dengan Gemi, Rai dan Mega beradu pandang sekilas sebelum akhirnya saling melempar senyum menyaksikan anak mereka di culik secepat kilat. "kamu cuci muka dulu gih, abis itu kita turun ke bawah" ucap Rai yang segera di angguki Mega.

setelah selesai mereka berdua turun untuk berkumpul dengan keluarga yang lain, aktifitas sangat ribut dengan obrolan, bahkan Shaly juga ternyata datang ke acara keluarga ini, yang sepertinya di adakan dadakan.

Mega menggandeng tangan Rai untuk bergabung dengan keluarga, Shaly dan Brisata seperti tengah sibuk dengan Gemi, sedangkan para orang tua sibuk berbincang, Rai dan Mega memilih bergabung dengan Brisata dan Shaly tentunya, selain obrolan bersama orang tua yang mungkin akan membicarakan bisnis, juga alasan paling mutlaknya adalah Gemi bersama Brisata dan Shaly, bahkan pipi anak mereka sudah memerah bekas lipstik yang menempel, sungguh hal itu membuat Mega geleng-geleng kepala.

"kalian apain anak aku sih" tegur Mega mencoba membersihkan pipi Gemi dengan tisyu basah yang tersedia didekat Gemi.

"kamu gak liat nih Gami seneng banget di godain sama kita" jawab Shaly dengan bangga, karna Gami yang anteng saja sejak tadi.

Rai membantu Mega dengan membantu mengelapi tangan Gemi dengan tisyu basah, selain pipi yang penuh noda lipstik, sepertinya tangan buah hatinya juga ikut menjadi serangan Brisata dan Shaly.

"oh iya Rai, mami  mau ngajak kamu perjalanan bisnis, mami udah bilang?" Ucapan Brisata membuat Rai dan Mega menghentikan aktifitas mereka bersamaan.

"mami belum bilang"

"oh mungkin abis ini bilang" Rai mengalihkan pandangannya kearah Caludia yang masih berbincang dengan Mela dengan serius walau sesekali di iringi dengan tawa namun dua wanita independen itu terlihat dalam perbincangan yang berkelas.

"kamu tau mami mau ngajak aku perjalanan bisnis kemana?" tanya Rai

"Korea"

Mendengar negara yang di sebutkan oleh Brisata, Mega mematung, bahkan Shaly yang sedang mengajak Gemi bercandapun terdiam, Mega dan Shaly saling beradu pandang, lalu mereka secara bersamaan melihat reaksi Rai yang hanya menganggukan kepala.

"apa ini yang di sebut benang merah dalam satu hubungan?" batin Mega kemudian menunduk dengan senyum tipis yang terlihat miris  "jika kalian berhasil bertemu kembali, apa aku yang harus menyerah?" kembali Mega bermonolog.

"kamu ikut ya"

"hem?" ucapan Rai yang seperti angin sejuk tidak di sangka-sangka oleh Mega.

"sejak menikah aku gak pernah ajak kamu keluar negeri kan, kalo ada kesempatan kaya gini kan bisa sekalian"

"ah itu, iya si"

"yaudah nanti aku bilang sama mami, kamu sama Gemi ikut biar sekalia mami yang pesankan tiketnya nanti ya"

Mega tersenyum lalu mengangguk, Rai ikut tersenyum, namun tanpa di sadari keduanya bahwa senyum mereka kini sudah menulari Brisata dan Shaly. sepertinya keduanya memikirkan hal yang sama tentang akan keberlanjutannya hubungan Rai dan Mega yang tidak bisa di tebak kedepannya.

"kamu udah tau Bri kira-kira perjalanan bisnis Mami berapa hari?"

"ah, gak akan lama paling tujuh hari, kalau kalian mau sekalian bulan madu kan bisa perpanjang aja waktunya"

Rai melirik Mega dengan malu karna ucapan asal kakaknya yang tidak pernah berpikir sebelum berbicara. sudah begitu, suara Brisata sangat keras sampai Claudia dan Mela menatap curiga ke kumpulan mereka.

dengan keras sepack tisyu basah isi 130 menghantam dada Brisata, tentu saja Rai yang melemparnya dengan penuh minat. "bajingan" ucap Rai tanpa suara hanya gerakan mulut yang terbaca, Mega yang membaca bibir Rai pun mewakili Brisata, yaitu membalas Rai dengan cubitan mautnya yang membuat Rai meringis kesakitan.

bibir Rai yang mendumal setelah merintih memilih memanyunkan saja bibirnya dengan terus mengelus pinggangnya yang terasa perih, sekarang Rai merasa sedang terjadi KDRT namun tidak ada yang perduli dengan dirinya.

menyedihkan...

perbincangan serius antara Rai dengan Claudia di mulai dengan mereka yang duduk berdua di halaman belakang, tentu saja Claudia mengajak Rai menghhidari kerumunan untuk membahas perjalanan bisnis, Rai sudah mengetahuinya namun tetap mendengarkan Caludia dengan serius, mencerna apa yang harus ia lakuakan dan apa saja tugasnya yang harus dia kerjakan nanti. 

"sayang"

"ya mih"

"mamih mau kamu yang mengerjakan perjalanan bisnis ini, mamih hanya akan menemani kamu saja, mamih harap kamu menguasai ini ya, client yang akan kita temui lumayan berperan untuk prusahaan-prusahaan besar di Asia, prusahaan  kakek akan membutuhkan kerjasama ini, kamu pasti bisa melakukan yang terbaik, mamih percaya sama kamu sayang"

Rai menatap sendu Claudia, dari sorot mata yang menumpukan harapan besar Rai seperti di hadapkan dengan tantangan yang sama sekali belum pernah di cobanya, bahkan ini kali pertama selama dia lulus kuliah dan hanya menjadi supir pribadi, seperti memasuki duia paralel dia langsung menghadapi client terpenting, memantaskan diri saja Rai belum sempat. namun keyakinan Claudia kepada dirinya membuat Rai percaya diri dan tidak mau mengecewakan Claudia.

"akan aku coba Mih, bimbingan dari mamih juga sangat aku butuhkan, aku akan serius memperdalam ini ya"

Claudia mengangguk dan tersenyum penuh percaya kepada anak bungsunya, walau tidak dapat membesarkan Rai, namun Claudia meras banggga Rai tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, sopan dan juga penyayang. bahkan jika di bandingkan degan Brisata si anak bungsu yang kadang masih bersifat manja Rai tumbuh menjadi mandiri berkat kerasnya pengalaman yang dia alami.

"mamih yakin kamu bisa"






















GEMINIONS

GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang