Hari ke hari berjalan seperti biasa, keceriaan, kedamaian, bahkan tidak ada pertikaian yang berarti, hanya sedikit kisah kisruh yang tercipta dari Rai dan Brisata lah yang jadi rutinitas keduanya ketika di satukan.
Aku tidak pernah sadar dengan waktu yang berjalan jika tidak ada hari ini, dimana Rai mengingatkanku kepada ulang tahun Gemi.
Tepat dua hari lagi Gemi akan menginjak usia 1 tahun, dan aku lengah karna keseharian yang sangat aku sukai. Bersama keluarga kecilku waktu terasa cepat berlalu dan anak laki-lakiku beranjak tumbuh menjadi balita yang sangat manis.
Entah apa yang Rai ajarkan hingga pagi ini, ketika bangun tidur anak laki-lakiku membawakan sepuntung bunga mawar merah di tengah langkah kakinya yang masih tertatih karna baru bisa berjalan, pagi yang sangat manis.
"ini pasti ulah kamu" ucapku saat kekagumanku telah cukup, dan anak laki-lakik sudah kembali bermain di karpet bulu nyaman yang di pilih oleh Rai.
Rai duduk bersamaku dikasur, disampingku dia merapatkan duduknya dan mengecup keningku, waktu-waktu seperti ini lah yang membuatku terlena dan terkadang enggan melewati hari-hari yang selalu beranjak.
"trimakasih sudah menjadi Amma yang baik, aku mewakili Gemi"
"jadi istri yang baik juga gak?"
"sangat baik"
Senyumku mengembang sempurna, seperti tingkah laku dan sikap manis Gemi menurun darinya, keluarga kecil ini terbentuk dari berjalannya waktu, seiring berjalannya waktu pulalah yang menjadikan keluarga ini sangat nyaman untukku. Seperti aku telah memiliki rumah.
aku menyelipkan rambut panjang lurus nan lembut milik Rai ke daun telinganya, memperhatikan lebih detail wajah tanpa make upnya di pagi hari yang nampak sangat menawan, ini kah wajah yang merelakanku masuk kedalam persaingan? aku belum mengakui diriku menang, namun aku menikmati tropi sementara ini. yang sebenarnya aku harapkan untuk selamanya.
tanganku yang bertanggar pada bahunya perlahan menarik tubuhnya mendekat. mendekatkan wajahku ke wajahnya untuk mengecup bibirnya, sebagai pertanda terimakasihku atas semua pujiannya terhadapku, sedangkan hingga kini aku masih memiliki rasa gengsi untuk mengatakan bahwa dia adalah Appa terbaik untuk gemi dan pasangan yang baik untukku.
seklias kecupanku pada bibirnya mendapat respon kuluman kecil darinya, bibirnya bergerak dan aku menikmatinya, namun aku tidak bisa mempertahankannya mengingat Gemi tengah bermain dengan mainannya dan bisa kapan saja melihat kami, aku rasa itu tidak bagus walau anak laki-lakiku itu belum mengerti apapun.
"kamu mandi gih, aku nidurin Gemi dulu, nnti kita turun ke bawah makan ya" mendengar titahnya aku mengangguk. menggemaskan sekali pipinya yang bersemu itu, jadi sebelum beranjak aku mencium pipinya terlebih dahulu, lalu turun dari ranjang dan mencium pipi Gemi. aku masuk ke kamar mandi untuk mandi pagiku yang sudah terlewat sejak tadi.
benar jika orang lain mengatakan Rai sangat siap menjadi orang tua, dia sangat telaten dan jeli, sangat perhatian dan didikan yang pas untuk porsinya. dia tidak pernah menyalahkan benda yang membuat Gemi menangis, bahkan jika Gemi terjatuh Rai tidak akan menyalahkan lantai seperti orang tua pada umumnya, Rai malah akan memarahiku jika Gemi menangis ketika aku sedikit lalai, namun di balik itu didikan yang Rai berikan sangat berpengaruh.
sering kali Gemi menangis karna mainannya tidak sengaja menyakitinya, Rai hanya memberi tindakan mengobati atau memeriksa bagian yang sakit dan sesekali menyamankan hati anakku, sedangkan jika Gemi menangis karna terjatuh dan menurutnya, jatuhnya Gemi dalam porsi yang wajar dan tidak menyakiti anak itu dia akan pura-pura tidak melihatnya hingga Gemi bangkit sendiri dan kembali bermain melupakan tangisnya. mengajarkanku bertindak hal serupa walau kadang kala dalam hatiku banyak rasa tak tega, namun ini semua demi kebaikan Gemi.
menjaga mental health anak agar tidak menjadi anak yang menyalahkan sesuatu ketika dirinya salah, bangkit sendiri saat dirinya jatuh dalam porsi wajar dan tidak menyakitkan, membantu temannya yang kesulitan,dan aku mengerti bahwa Rai sedang menanamkan itu pada Gemi, mendidik agar anak kami menjadi anak yang baik.
Aku hanya bisa melengkapi dengan memberikan Gemi batas menonton tontonan yang pas dengan porsi yang pas, dan membelikan banyak mainan yang bisa mengasah ke kreatifannya, membelikan beberapa mainan yang memang dia inginkan, sedangkan yang aku sadari jika Gemi sangat menyukai mobil-mobilan, perbedaan aku dan Rai adalah, aku membelikan Gemi mainan mobil mobilan, sedangkan Rai membelikan stir mainan, perlengkapan kit kunci khusus bayi dan beberapa mainan yang memang bisa di bongkar dengan Kit kunci yang lengkap itu, walau sekarang aku tau bahwa sebagian mainan hanya di bongkar oleh Gemi dan Rai lah yang akan mengembalikan bentunya seperti semula, itu terlihat sangat manis, dan aku yakin suatu saat Gemi bisa merakit kembali mainan yang di bongkarnya. sangat menggemaskan ketika Rai yang selalu bermain dengan alat-alat kinci dan obeng sungguhan beralih memegang obeng dan kunci-kunci mainan untuk merakit mainan-mainan yang di bongkar anaknya.
namun kembali lagi, jika mungkin sangat jarang ada bayi 1 tahun yang mahir menggunakan alat-alat perkakas seperti Gemi.
saat aku selesai mandi, aku tidak menemukan Rai dikamar, hanya Gemi yang berada di kasur bayi nyamannya sudah terlelap memeluk guling kecilnya dengan nyaman, aku berniat mencari Rai namun manusia yang selalu memenuhi pikiranku itu datang dengan nampan penuh makanan yang di bawanya.
"aku baru mau nyari kamu ke bawah"
"ini aku bawa makanannya ke kamar, pak Seno lagi bongkar gudang jadi bulak-balik, banyak debu."
"yahhh gak bisa ke bawah dulu dong"
"iya gak bisa, nanti alergi debu kamu kambuh"
aku mengangguk ringan menurut, kembali duduk di kasur menunggu Rai menyiapkan makananku, Rai ikut duduk di kasur membawa sepiring nasi dengan porsi sedikit, kerna memang makanku tidak banyak, hanya saja memang sering makan, untuk menjaga tubuhku tetap pada porsinya.
Rai tidak menyuapiku makan seperti harapanku, dia malah membuka laptop dan mengerjakan sedikit pekerjaan, aku makan sambil menatapi pekerjaannya. sampai tiba-tiba Rai membuka aplikasi youtube dan memutar kartun favoritku lalu membuat ukuran kecil dan meletakannya di sudut laptop, aku sangat tau maksudnya, dia menyuruhku makan sambil nonton. bisa saja dia memutarnya di televisi kamarku yang mati, namun memang otak tidak bisa di tebaknya seperti ini lah yang kadang membuatku nyaman berada di dekatnya.
selesai makan aku menyerahkan piring kosongku kepada Rai, dia menerimanya dan mengembalikannya ke atas nampan, menyerahkan segelas air kepadaku dan segerakuminum dan aku serahkan kembali gelas air yang sisa setengah kepadanya, ia meminum sisa airnya hingga habis.
sejujurnya aku tidak pernah kuat dengan perlakuan manisnya,
aku kembali mengecup bibirnya dengan cepat karna gemas, namun hal tak terduga terjadi saat kepalaku di tahan olehnya, dia memperdalam ciuman dengan tempo yang lebut, aku yakin dia tidak mabuk karna tidak ada aroma alkohol pada dirinya. kebingunganku perlahan menguap, beralih menukmati, dia manaruh gelas ke atas nakas tanpa menlepas ciuman kami, bahkan dia menutup laptop dan menarunya sembarang dengan tetap mempertahankan tempo ciumannya,
badanku seolah mengikuti tempo dengan sedikit dorongan darinya untuk berbaring, ciuman dengan tempo lambat tadi hilang entah kemana, berganti dengan ciuman penuh gairah, tubuhku panas seketika, perasaan sudah tidak betah mengenakan pakaian yang melekat di tubuhku, dan sepertinya itu di rasakan juga oleh Rai, dengan gaerakan cepat Rai naik ke atas tubuhku yang sudah berbaring sempurna, duduk di atas perutku, dia membuka bajunya dengan cepat juga melepaskan bra, kini aku benar-benar terlena dengan keindahan di hadapanku. untuk pertama kalinya Rai telanjang setengah badan lebih dulu dari pada aku yang masih menggunakan pakaian lengkap.
tidak mau kalah, aku meraih bahunya agar membantuku bangun, Rai sedikit turun saat aku duduk, sekarang dia sudah duduk di pahaku dengan sempurna, jarak kami sangat dekat dan nafas kami tidak bisa menutupi nafsu yang membara, mafas hangatnya terengah, saat hidungnya mendekat ke pipiku hawa nafasnya sangat panas.
"panggil aku hari ini Mega"
"iya sayang, mau aku panggil apa?" godaku dengan suara manja, pipi dan telinganya semakin merah sekarang, sangat lucu dan aku tau ini tidak akan terkontrol.
Rai mengangkat tanganku dengan perlahan, aku menurutinya karna sudah pasti gerakan ini adalah Rai yang ingin membuka bajuku, setiap kali dia melihat tubuhku aku masih malu, juga merasa bangga karna memiliki badan yang bagus walau sudah melahirkan satu anak.
saat baju dan braku terlepas aku melihat matanya yang terpana, ini adalah Rai dalam kondisi sadar, aku sangat malu namun juga sangat menikmati sensai tatapannya, yang seperti sudah menahan banyak air liur di lulutnya.
dia meremas pelan buah dadaku, tangannya sangat dingin hingga aku merinding seketika, tidak lama pun ia sudah beralih menghisap dan melumatnya, tubuhnya yang lebih tinggi dariku dan kondisi dia yang duduk di pahaku membuatnya harus membungkukan sedikit tubuhnya, tanganku jadi tidak bisa diam saja melihat buah dadanya yang menggoda sejak tadi, saat jemariku menyentuh pitingnya dia sempat mengerang mendesah, hisapannya sempat terhenti sampai akhirnya hisapan itu semakin kuat bahkan lebih kuat dari pada Gemi yang sedang kehausan.
"sayanggg ... "
"iyaa sayanggg" dia membebaskan dadaku dan menatap langsung ke wajahku, bibir nya mengkilap karna air liurnya sendiri, matanya pekat menatapku penuh.
"pelan-pelan ya sayang" dia mengangguk lalu mendorong bahuku, kembali merebahkan tubuhku dan menelanjangiku total, diapun sudah sama bugilnya denganku, memasukan tubuh bugil kami kedalam selimut dan aku tau aksinya akan membutuhkan waktu yang lama kali ini.
Bawa aku terbang hari ini dengan kesadaran penuhmu Rai ...
GEMINIONS
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminions
Dla nastolatkówGendre GxG. Jangan salah lapak⚠ Semua berawal dari pernikahan terpaksa. Pernikahan kontrak, bahkan perceraian yang sudah diatur waktunya. Namun semua berubah, Raigemi begitu mampu memikatku. Apa aku akan berhasil mempertahankan pernikahan pura-pura...