Waktu terus berjalan, bahkan sudah seminggu, namun mulai detik ini sepertinya hidup Rai akan melalui perubahan yang sangat drastis, bahkan begitu drastis sampai ia tak jarang harus bersembunyi dari terror Brisata,
kakaknya yang seperti Romeo kesorean itu.Rai terus mengayun kakinya untuk berlari, rutinitas pagi yang tidak berubah hingga kini. karna jika ia tidak lari pagi sebelum memulai aktifitas tubuhnya seperti habis di pukuli, seharian ia kan merasa lesu jika sudah begitu.
saat larinya yang santai diimbangi oleh seseorang Rai memutar bola matanya malas, dan ini sudah seperti hal yang biasa untuknya sekarang.
"selamat pagi tetanggaku"
"jika ingin lari tidak usah berisik"
"ya ampun galaknya pagi-pagi, sini kakak cium dulu"
tanpa memperdulikan Brisata, Rai mengencangkan sedikit laju larinya, yang tentu saja itu tidak berarti apa-apa, karna Brisata yang sudah berumur tiga puluh enam tahun itu seperti anak remaja yang seperti sedang mengolok adik kecilnya. atau sikap ingin memanjakan itu sudah di pendam sekian lama, hingga kini meluap dan menjadikannya berlebihan.
"kamu tau gak kalo umur mami itu lima puluh empat tahun"
"kenapa aku harus tau?"
"heh gak sopan" Brisata memukul kepala Rai, sampai Rai harus mengelus kepalanya sendiri.
"kamu gak akan mengerti" ucap Rai dengan santainya sambil tetap berlari
"dan kamu juga gak akan mengerti"
"ya sudah sebagai orang yang sama-sama tidak mengerti kanapa harus berisik validasi, lebih baik diam dan melanjutkan hidup seperti sebelumnya"
"bisa-bisanya kamu tidak perduli dengan penyesalan orang lain dan tidak perduli perjuangan orang lain, untuk memperbaiki semuanya"
"dan bisa-bisanya kamu ingin memindahkan dan menanam kembali pohon yang sudah tumbuh besar, yang bahkan akarnya sudah tumbuh lebih besar dari pada batangnya, aku bukan anak kecil yang sulit menggunakan logika. untuk usiaku, akal dan logikaku sudah tumbuh menjadi kuat"
"bagus, anak kecil ini sudah bisa menjawab ucapan orang yang lebih tua"
"ya memang bagus, karna tandanya aku masih waras untuk membedakan tindakan yang salah sejak awal, yang dicoba perbaiki dengan kata-kata yang menunjukan pembelaan atas kesalahan"
"kamu sangat mirip dengan papa"
Rai tertawa begitu nyaring, "siapa dia pun, aku tidak tau"
"dia sudah meninggal dua tahun lalu, tepat seminggu setelah kamu mendapatkan retu dan lima bulan setelah mengatakan kepada orang tua Sekar bahwa kamu adalah anaknya, anak kandungnya. sejak restu kamu dapatkan aku yakin ia merasa tenang"
Rai yang semula berlari menghentikan kakinya yang terasa menginjak adonan semen yang seketika mengeras, kakinya tidak bisa digerakkan sekarang, bahkan dengkulnya sudah terasa lemas seperti telah berlari tigapuluh kilo.
"papa itu orang terkuat sejagat saudagar, sudah jadi saudagar yang kaya raya yang di jadikan panutan oleh saudagar yang lain mana bisa di bantah oleh anak buahnya"
"ternyata bahkan restu yang aku banggakan karna telah aku dapatkan hanyalah sebuah bantuan dari orang yang bahkan tidak aku kenal"
dengan keras Brisata memukul mulut Rai "mulutmu boleh tidak sopan kepadaku tapi jangan ucapkan kata yang kasar seperti itu untuk papamu"
"aku bahkan tidak mengenalnya"
alis Brisata mengerut seperti ingin bersatu, tidak menduga hati adiknya yang di kenal lembut bahkan penyayang bisa sekeras ini, apa efek kecewanya bisa sedasyat ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminions
Teen FictionGendre GxG. Jangan salah lapak⚠ Semua berawal dari pernikahan terpaksa. Pernikahan kontrak, bahkan perceraian yang sudah diatur waktunya. Namun semua berubah, Raigemi begitu mampu memikatku. Apa aku akan berhasil mempertahankan pernikahan pura-pura...