37

1.1K 104 67
                                    

Mega masuk dengan kondisi wajah tersenym, namun sebenarnya hatinya merasa sangat tidak nyaman.

Saat melihat Gemi yang sedang di jaga oleh Jinan dan Brisata emmbuat hatinya hangat. karna hanya diam saja di ambang pintu sampai hanya Claudia saja yang menyadari jika Mega sudah pulang, Claudia memanggilnya untuk menghampirinya ke dapur.

"baru pulang kamu?"

"hem, iya mih, mami lagi masak apa?"

"ini bubur, Rai ga kerja hari ini dia minta di buatin bubur sama air jahe" tutur Claudia, Mega yang mendengar itu lemas lesu, bahwa dia tidak bisa menyiapkan itu untuk Rai, bahkan Rai tidak meminta ia untuk membuatkan bubur.

"berarti Rai ada di rumah mih?"

"em, Rai belum pulang si, katanya dia lagi nenangin pikiran, ah sebentar" Claudia mengelap tangan ke apron lalu mengambil ponselnya yang berada di dalam apron yang ia kenakan. menunjukan sebuah foto yang Rai kirim, kepada Mega.

"liat, katanya dia membuang semua pikiran dan perasaannya disini, indah banget kan tempatnya, tapi dia lagi aneh kayanya lagi banyak pikiran dia"

Mega yang melihat foto itu terenyah, Mega meminjam untuk memgang ponsel Claudia, memperbesar gambar, melihat potret dirinya dari jauh, foto dirinya dan Fedri yang sedang makan bersama, hati Mega menjadi tidak jelas rasanya. "Rai yang nyuruh Mami untuk menunjukan foto ini kepada aku mih?" Mega merapatkan jaket yang di kenakannya untuk menutupi baju kemejanya yang masih sama dengan baju yang di potret Rai.

"ah engga sayang, mamih tadi minta foto posisi dirinya aja, lalu dia tidak membalas pesan mami setelah memberikan foto" Claudia tersenyum lalu kembali melanjutkan masaknya, sedangkan Mega berpamit.

sebelum masuk kedalam kamar Mega menanyakan ingin membawa Gemi masuk, namun di tolek oleh Brisata karna alasan Gemi sedang anteng dan tidak rewel. Mega pasrah masuk kedalam kamar dengan tangis yang langsung pecah ketika menutup pintu.

dia tau wangi yang di ciumnya di Resort tadi benar aroma tubuh Rai, biar dia berharap kebenaran itu tidak pernah terjadi nyatanya kenyataan begitu menyedihkan. takdir seperti apa ini, marah Mega.

Mega membuka bajunya, segera mengganti dengan baju santai, berharap Rai benar-benar tidak menyadari jika dirinya ada di tempat yang sama dengan tempat yang Mega kunjungi hari ini.

sampai pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, dengan cepat Mega menghapus air matanya "kamu udah pulang?" tanya Mega dengan cepat menghampiri Rai dan mengambil tas leptop Rai "aku bantu bawakan" lanjutnya

Rai hanya mengangguk lalu berjalan masuk, langsung membuka jas dan kemjanya, mengganti dengan kaos tipis polos tanpa mengganti celana bahannya dan kembali melangkah keluar, tanpa mengucapak sepatah katapun, membuat Mega merasa sesak, hari ini Mega mendiami Rai, namun semua seperti berbalik dengan cepat.

Mega mengikuti langkah kaki Rai, Mega menggigit bibirnya sejah keluar dari kamar untuk menutupi wajah paniknya, namun Rai malah melangkahkan kakinya keluar, Mega ingin mengikuti namun ragu, sampai Mega beradu tatap dengan Claudia, anggukan kecil dari kepala Claudia membuat Mega menyusul Rai, walau sebenarnya Mega tidak mengerti kode yang di berikan Claudia.

Mega melihat Rai sedang duduk dibaklon yang di sediakan untuk lantai aperteman mereka, tidak menyangka jika balkon untuk dua belas unit ini begitu sepi. namun ada beberapa tamanan yang mungkin milik penghuni unit lain, Mega menghampiri Rai yang sedang menikmati rokoknya, dengan tatapan kosong menatap kedepan namun Mega tau bahwa Rai menyadari kehadirannya. Mega duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu, kursi yang sama dengan Rai.

cukup lama mereka hanya terdiam, bahkan hingga Rai selesai dengan sebatang rokok dan menyalahkan sebatang lagi. Mega tidak bisa melarangnya walau hatinya sudah ingin menggerutu.

"ada yang ingin kamu bicarakan sama aku" nada ucapan Rai begitu dingin dan tegas walau dengan nada yang rendah, Mega jadi merasa sesak tanpa alasan.

"engga ada mau merokok sama kamu" ucap Mega kini mengambil sebatang dari bungkusan rokok Rai dan menyelipkan ke bibirnya, Mega menunggu Rai menatapnya dan menghentikan aksi konyolnya, namun Rai sama sekali tidak memalingkan pandangannya kehamparan kota di depan sana.

dengan perlahan Mega mencoba menyalakan Rokok, saat api menyentuh ujung rokoknya mega mencoba mengsisapnya namun ia terbatuk, hingga hidung dan tenggorokannya terasa sakit sekarang, namun Rai masih tidak bereksi, bahkan walau Mega hanya melihat wajah Rai dari samping, tatapan mata dan wakah itu nampak begitu dingin.

"Rai" panggil Mega, namun tidak ada jawaban, Rai hanya melakukan gerakan merokok sejak tadi, tidak ada gerakan lain selain menghisap dan menghembuskan asap.

"Rai menurut kamu kamu bisa cinta ga sama aku"

"bisa, karna aku sudah mencintai kamu sejak pertama kali bertemu denganmu delapan tahun lalu" tidak menyangka jawaban Raisangat cepat membuat Mega memuncurkan wajahnya walau sebenarnya Rai tidak bergerak dari posisi sebelumnya.

"bukan cinta yang seperti itu yang aku maksud"

"lalu yang seperti apa?" kini dengan cepat Rai memalingkan wajahnya kearah Mega, dalam sekejap Mega melihat kelopak mata Rai yang sudah memerah tanda menahan tangis. Mega terdiam

"kamu tau. sebelum kamu mencintai aku, dengan cinta yang kamu maksud itu. semua baik-baik saja, hatiku baik-baik saja. aku memiliki kekasih yang tidak pernah melukai hatiku bahkan hanya dengan ucapannya, dia selalu menghargai aku, aku begitu merasa dicintai dan mencintai, merasa dihidupku hanya ada dia. lalu kamu datang untuk sebuah iklar hitam di atas putih, untuk pertanggung jawaban kehamilan dengan perjanjian menggiurkan tentang pernikahan aku dengan kekasihku. lalu kamu mencintai aku dan ingin aku memiliki perasaan yang sama dengan perasaan yang kamu miliki. sampai aku berusaha menjadikan diriku layak untukmu hingga kehilangan kekasih aku Mega. dia meninggalkan aku, karna dia sudah tersakiti dan merasa kalah dengan hadirnya kamu di hidup aku, walau sebenarnya dia tidak pernah kalah tentang apapun, 

aku sudah mencoba mengiklaskan rusaknya cintaku, lalu kamu masih mempertanyakan dan mengharapkan balasan cintaku, di saat kamu ragu dengan rasa cinta yang kamu miliki untuk aku? Mega, mungkin kamu terlalu biasa mendapatkan apa yang kamu inginkan, kamu juga terbiasa aku menuruti semua kemauanmu, sampai kamu selalu bertindak sesuai dengan apa yang kamu inginkan, sampai kamu lupa bahwa hatiku adalah miliku, seribu kali kamu berharap aku mencintaimu nyatanya aku memang mencintaimu sudah dalam waktu yang lama, namun perasaan itu tidak bisa lebih dari mengaggapmu sebagai kakak atau bahkan anak majikan aku, perasaan aku untuk kamu tidak akan pernah sama dengan perasaan aku terhadap Sekar"

GeminionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang