Dua manusia masih dengan nyaman didalam selimut tebal mereka, saling tatap sejak tadi dan melempar sedikit obrolan tidak jelas untuk mengisi ke kosongan, bagai insan yang sedang kasmaran Mega mendekat ke arah Rai. memeluk Rai dengan posesif bahkan bagai akan ada yang merebut Rai jika kali ini dia tidak memeluknya.
Mega tau ini hanya sebuah harapan semu, Mega tau tidak akan ada kita untuk kedepannya, bahkan sebelum mereka kembali membagi peluh, Rai menyempatkan diri untuk menelpon kekasihnya, mengungkapkan dan membalas pesan cinta dengan mata penuh binar bangga.
mungkin Mega merasakan sesuatu sekarang, yaitu mencintai dengan ikhlas, dia harus belajar dari Sekar yang ikhlas Rai bersamanya, kenapa ia tidak bisa melakukan itu untuk Sekar, bukankah sekarang dia sudah membuat Rai menyentuhnya, itu sama dengan merebut Rai secara tidak langsung bukan?
atau kah mungkin memang Mega harus egois karna Rai sudah menikah dengannya, di sisi lain ia tidak ingin merusak kepercayaan Sekar terhadapnya dengan Rai. dan sentuhan Rai pagi tadi dan malalm ini Mega merasa hanya sebuah peluapan emosi, bukan dengan hati Rai, karna mata yang menatap dengan sendu itu bukan mata penuh nafsu.
Mega makin membanamkan wajahnya kecekuk leher Rai, Rai yang merasa Mega sedang memikirkan sesuatu yang menyakitkan merespon dengan mengeratkan pelukan kepada Mega "maafkan aku"
"aku tau kamu melakukan ini bukan karna cinta"
Rai mengangguk kecil, manaikan kembali selimut sampai menutup ke leher Mega, yang berarti hanya sampai atas dadanya yang masih tidak terbalut baju. "yang harus kamu tau aku sangat menyayangi kamu dan Gemi, maaf jika memang aku tidak bisa menempatkan dirimu dihatiku"
rasanya Mega ingin menangis, benar. benar jika memang Rai tidak akan pernah membagi hatinya dan bernar jika Rai tidak akan pernah meninggalkan Sekar hanya karna dirinya, hal yang mustahil tidak akan pernah terjadi.
*****
"gimana kerjaan kamu sayang?"
"kerjaan aku? aku kerja semauku sekarang di rumah"
"setelah kejadian itu terjadi?"
Rai menatap wanita yang selalu cantik di matanya, wanita yang sedang menggerai rambut panjang sepinggangnya yang indah dengan tetap di biarkan lurus dan hitam, mata almod yang nampak indah memandangnya berbinar, binar mata yang terus mengalirkan cinta.
"jangan pernah suruh aku nyentuh Mega lagi sayang aku gak mau"
"kamu tau, aku menangis membayangkannya namun aku tenang karna kamu sudah melakukannya, itu pantas Mega adapatkan, kamu harus mengerti ya"
"tapi udah cukup kan?"
"terserah kamu, kamu suka ga?"
"aku suka, tapi kamu favorit aku"
Sekar hampir saja tertawa, bahkan saat keadaan terasa semakin sulit rasanya belum ada yang berkurang di ntara mereka, termasuk saat Mega mengatakan bahwa Rai tidak pernah menyentuhnya selama ini, membuat Sekar bertindak terlalu berlebihan memohon pada Rai untuk menyentuh istrinya itu, namun tindakannya terasa benar karna Rai memang harus menyentuh Mega walau tidak selalu atau bahkan saat Rai begitu protes.
melihat Rai yang begitu galau hanya karna di izinkan menyentuh Mega namun tetap pada pendiriannya untuk tidak melakukan itu. membuat Sekar harus memberikan banyak sekali keta yang pas untuk memberi tahu Rai bahwa sebenernya itu adalah kewajiban dan Mega memang layak mendapatkannya.
memang sudah dasar manusia yang hidupnya penuh drama di hadapanya ini makin menjadi-jadi manjanya saat mengetahui ternyata keluarganya kacau balau, makin intens bersikap bagai anak kecil kepada Sekar, makin banyak merihik dan mengadu saat satu situasi menjadi kurang baik.
Sekar dengan Rai sedang berada di salah satu pasar malam kota, ingin melihat seberapa bernostalgianya mereka, mengenang jaman sekolah dulu, mereka yang sering mengunjungi pasar malam karna Rai hanya mampu membawa Sekar ke tempat hiburan sederhana itu, namun memiliki banyak momen berharga itu.
Rai melihat bola lempar target kaleng, berfikir di zaman ini masih ada permainan itu membuatnya senang, bankan banyak sekali pasangan yang memainkan salah satu game pada pasar malam itu, banyak sekali senyuman dalam kegagalan. seperti gambaran kehidupan, itu lah games, tidak bisa kecewa walau dalam kekalahan, karna pilihannya adalah mencoba kembali untuk kembali gagal dan menyerah atau terus mencoba sampai meraih kemenangan.
"kamu mau aku memainkan itu?"
"engga Rai, kamu terlalu jago, aku suka kasian sama penjualnya"
anak saudagar itu bagai tidak bisa melihat pedagang yang sepertinya akan di rugikan, mengingat orang tuanya juga seorang pebisnis di bidang itu walau tidak bisa di samakan namun tetap saja sama. yang membedakan hanya bidang dan kelas bisnisnya saja.
saat sedang menyusuri pasar malam dengan langkah lambat karma mata yang terus penasaran, Rai melihat seseorang yang mungkin di kenalinya yang sedang berada di pasar malam itu juga, matanya terus manajam memastikan.
"sayang itu kak Jihan ya?"
Sekar mengikuti arah pandang Rai, dan benar saja itu kakaknya, bersama dengan wanita bertubuh tegap dengan rambut panjang, baju yang dominan hitam itu seperti tidak asing di mata Rai namun manpak asing di mata Sekar. "yang sama kakak aku itu siapa yah?"
"itu Brisata"
Sekar memalingkan wajah ke arah Rai menatap tidak percaya kepada Rai. "ayo samperin mereka"
"ngapain si ah, males"
namun bukan Sekar namanya jika tidak bisa menarik tangan Rai dan langsung di ikuti oleh si empunya tangan yang ditariknya itu.
"halooooo" kedua orang yang merasa mendapat sapaan membalikan tubuh dengan cepat, Jihan terkejut melihat adiknya dengan Rai berada di sini, sedangkan Brisata langsung memasang wajah menyebalkannya untuk menggoda adiknya yang sedang bergandengan mesra dengan wanitanya.
Brisata melempar blazer hitamya tepat kewajah Rai, Rai yang sigap terpaksa harus melepaskan genggaman tangannya untuk menangkap blazer tersebut, aroma wangi parfum khas kakaknya itu seperti memenuhi udara disekitarnya. parfum Diorisimo, wangi yang lembut dan manis seperti ini sangat tidak cocok untuk wajah menyebalkan kakaknya itu.
"bawain, biar ga gandengan terus, truk gandeng aja banyak kecelakaan karna tidak hati-hati"
makna di balik kata yang di ucapakan membuat Rai memutar bolamatanya malas. sedangkan Sekar yang baru pertama kali melihat kakak Rai sedikit terperangah, menyaksikan tampilan Brisagita, kemeja hitam panjangnya yang pas dengan bodi dengan lengan kemeja yang di gulung hingga siku, kemeja yang tetap rapih masuk kedalam celana bahan hitam dengan fantopel hak rendah yang melengkapi tampilannya, gesper Lv yang digunakan bagai tidak bisa di pungkiri bahwa itu asli, aksesoris yang di kenakan persis seperti Rai kalung rantai dan gelang rantai, memangnya boleh kakak adik itu memiliki tampilan yang hampir sama?
"waww.. mirip banget" tanpa sadar Sekar bergumam, membuat Rai merengut enggan disamakan, sedangkan Brisagita tengah tersenyum mengejek.
"jelas kerenan aku dari pada dia kan" ucap Brisata mengoda.
"ayo ah lanjut jalan, katanya kamu mau nyari cimol"
Rai menarik tangan Sekar, bahkan dengan satu tangan masih memegangi brazer Brisata, yang menandakan memang Rai adalah anak yang penurut dan patuh.
Jihan dan Brisata mengikuti keduanya dibelakang dengan jarak yang tidak terlalu dekat tapi dengan jarak yang masih bisa memantau keduanya, kadang Brisata tersenyum saat melihat Rai mengusili kekasihnya itu.
"kamu sengaja ya ngajak aku kesini, karna kamu tau Rai dan Sekar akan kesini?"
"aku penasaran dengan adik kamu, ternyata dia lebih mais dari pada kamu, wajahnya kaya jutek tapi lucu"
"jangan jadi pedofil ya kamu bajingan"
"kasar banget sama bos, mau saya potong uang gaji kamu?"
"potong aja bitch!"
"kamu cemburukan?"
"najis! inget ya aku normal!"
"maksud kamu adik kamu gak normal?"
Jiham mengepalkan tangannya geram, andai saja Brisata bukan kakak kelasnya dulu dan bukan direkturnya sekarang sudah iya cakar wajah menyebalkannya itu, pantas saja jika dahulu Brisata sangat gencar ingin ia menjadi asistennya jika ternyata ada maksud terselubung. yaitu mengetahui jika Jihan adalah kakak Sekar, kakak dari kekasih adiknya. sejak jinan mencari tau siapa Raigemi kala itu ia memang sudah curiga jika Gemi bukan anak Hania dan Alive hanya dari kecerdasan anak itu, namun siapa sangka jika ia adalah adik atasannya sendiri.
hampir saja Jihan resign dari prusahaan Brisata saat mengetahui fakta tersebut, namum Brasita berhasil membujuk dan menjelaskan segalanya pada Jihan. Dan untung saja Jihan sudah merestui keduanya sebelum ia mengetahu bahwa Rai adalah adik Brisata, dia khawatir akan di cap matre jika merestui setelah mengetahui fakta tersebut.
Jihan melihat ketulusan dan kasih sayang saat Brisata ikut tersenyum kala Rai tersenyum, sanagat berbeda dengan Brisata yang di temuinya setiap hari di kantor, wanita menyebalkan dan pemarah berwajah dingin itu seperti menghilang entah kemana, walau sikap menyebalkan tidak kunjung pergi dari bosnya itu.
"boleh aku minta tolong lagi asma kamu?"
"apa?"
"minta tolong adik kamu bujuk Rai agar kita pergi berlibur bersama, kamu boleh ajak Raka ko, agar aku bisa mengenalkan Rai dengan Kirana"
"triple datting, dan hanya aku dan Raka yang normal? aku gak yakin Raka mau"
"kalo Raka gamau aku karungin dia"
Jihan menunju pundak Brisata dikarnakan sudah terlalu geram. "Lucifer is still Lucifer"
Brisata tertawa nyaring, mereka bahkan tidak sadar sejak tadi sudah ada mata yang memperhatikan mereka sesekali.
"mereka pacaran"
"tidak mungkin" jawab Rai cepat "aku tau Jihan, Jinan itu bucin dan tatapan dia ingin membunuh Brisata sejak tadi lagian bang Raka dengan Brisata beda jauh kali"
"beda jauh gimana?"
"iya bang Raka punya batang, kan Brisata gak punya"
"dasar sinting"
kini bergantian mereka yang tertawa dan Jihan dengan Brisata menatap hangat kedua sejoli itu.GEMINIONS
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminions
Novela JuvenilGendre GxG. Jangan salah lapak⚠ Semua berawal dari pernikahan terpaksa. Pernikahan kontrak, bahkan perceraian yang sudah diatur waktunya. Namun semua berubah, Raigemi begitu mampu memikatku. Apa aku akan berhasil mempertahankan pernikahan pura-pura...