Hospital

284 34 3
                                    










* * *


Rumah sakit? Ah aku tidak mau berada disini! Pikiranku langsung buruk begitu aku tiba-tiba berdiri di lorong rumah sakit. Seseorang tolong tarik aku dari sini please!

Aku mendengar suara tangis dari arah belakangku, membalikkan badan dan benar! Di ujung sana ada seseorang sedang duduk meringkuk memeluk lututnya sendiri di depan pintu ruang jenazah. Aku sudah menebaknya! Aku tidak mau! Aku ingin kembali dari sini! Tolong bawa aku pergi! Appa eomma tolong aku! Bangunkan aku! Aku tidak mau berada disini!!!

Aku menangis dan berlari menjauh dari sana mencari berbagai cara agar aku kembali ke kehidupan nyata. Aku menyentuh orang atau barang yang biasanya bisa menarikku kembali, sialnya sekarang tidak berfungsi! Aku malah tertarik lagi ke lorong itu dan orang itu masih menangis tersedu-sedu.

Tidak ada pilihan lain. Aku tidak bisa menghindarinya. Aku perlahan menghampirinya, keadaannya sangatlah berantakan. Dia seperti tidak peduli dengan keadaannya sendiri, yang hanya dia inginkan adalah menangisi takdir kejam yang sedang menimpanya. Tuhan bisakah setidaknya kau mengubahku jadi nyata dan terlihat olehnya? Ini sangatlah menyedihkan, aku ingin dia tau kalau aku berada disini menemaninya dan dia bisa memelukku.

Aku mohon lihatlah aku disini, jangan terus menunduk dan menangis sendirian, aku juga sedang menangis! Kita bisa menangis bersama sambil berpelukan! Oh kang seulgi kau sangat menyedihkan. Sadarkan dirimu! Kau juga harus mengobati lukamu!

Aku memeluknya. Ternyata seperti ini rasanya saat dulu hanya dia yang bisa memelukku tanpa bisa aku balas.

Ku mohon berhentilah menangisinya dan pedulikan dirimu...

2 orang petugas kepolisian menghampirinya dengan 1 orang perawat..

"Nona, sebaiknya luka anda diobati dahulu, pikirkan dirimu juga"

"Benar nona, luka anda juga cukup serius" perawat itu menatapnya khawatir

"Luka ini tidak lebih sakitnya dari luka appaku!"

"Nona sadarkan dirimu! Kau juga harus peduli pada dirimu sendiri, ibu mu juga sedang dalam perawatan medis. Kalian harus tetap melanjutkan hidup meskipun hal-hal berat menyertaimu"

"Bagaimana bisa aku melanjutkan hidupku saat duniaku telah tiada?" Matanya itu penuh dengan rasa sakit yang membuatku tidak bisa menahan derasnya air mataku

"Aku turut berduka dengan apa yang telah terjadi, biar ku obati lukamu disini ya? Aku setidaknya ingin membantumu mengobati luka fisik mu" perawat itu berjongkok di hadapannya memegang pundaknya

Kulihat seulgi unnie sedikit mengangguk, aku baru sadar ternyata perawat itu membawa kotak peralatan medisnya kesini.

Aku meringis melihat lukanya, itu luka bakar yang lumayan besar di tangannya, lututnya juga terluka

Aku menebak-nebak apakah ini lanjutan dari malam itu? Malam dimana kecelakaan yang menimpa appa Kang, dengan begitu aku teringat bahwa disitu terjadi ledakan dari mobil appa nya dan seulgi saat itu terpental

"Apakah ada bagian tulang yang sakit atau pegal?" Seulgi menggeleng

"Aku tidak bisa merasakan sakitnya" ucapnya

"Sebaiknya dilakukan CT scan takutnya ada bagian tulangmu yg retak" seulgi menggeleng lagi dan perawat itu menghela nafasnya

"Bagaimana keadaan ibuku?" Tanya nya lirih

"Ibu mu sempat sadar tadi dan keadaannya kembali kacau, kami sudah memberinya obat penenang jadi kemungkinan akan sadar kembali di pagi hari"

"Apa yang harus aku lakukan di hadapan eomma?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Invisible FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang