Chapter 12

1.2K 97 0
                                        

Rumah besar bergaya klasik modern kini dapat di lihat dari gerbang pintu dimana Nanon tengah berdiri disana dengan hati di penuhi kegusaran.

Beberapa kali Nanon tampak menggigiti kuku jari jemarinya menunggu seseorang membukakan pintu berharap sang penghuni rumah ada disana, dan berita yang di sampaikan Chimon terbantahkan.

Seorang pelayan dengan baju rapi tampak keluar membukakan pintu rumah menemui Nanon berada.

"Maaf, apakah Neo ada di rumah?"

"Ah, maaf Tuan. Tuan muda Neo sedang tak berada di rumah, begitu pun dengan Tuan besar dan Nyonya, serta Tuan muda Sea."

Degup jantung Nanon bertambah berdetak cepat. Oh ayolah apakah cerita Chimon tak dapat di patahkan begitu saja? Apakah berita itu adalah fakta?

"Ka...-kalau boleh tau apakah mereka masih berada di rumah sakit?" tanya Nanon dengan gambling nya mencoba menghitung peluang akan pertanyaan yang ia lontarkan pada pelayan yang menjaga kediaman rumah keluarga Anukoolprasert tersebut.

Sang pelayan tampak memperhatikan dengan seksama, dan tak lama setelah nya pelayan tersebut membenarkan perkataan dari Nanon.

'Shit!'

"Ah, baiklah."

Pada akhirnya Nanon segera pamit dari sana, dan mencoba menjauh dari rumah itu.

"Seperti nya aku benar benar menjadi sahabat yang buruk," keluh Nanon merasa dirinya bersalah pada sang sahabat.

Di tatapnya handphone nya dengan seksama, dan tak lama ia membuat sebuah pesan singkat pada Neo.

Ia berharap bahwa kali ini Neo mau berbagi beban dengannya.

Jujur saja ia tahu betul bahwa Neo bukanlah pribadi yang dapat berkomunikasi secara gamblang masalah pribadi nya dengan banyak orang, walaupun kelihatannya bertolak belakang dengan hal tersebut.

Namun yang terjadi belakangan ini justru membuat dirinya dan Neo memiliki gap, lantaran Neo yang tak menyukai seseorang yang belakangan ini dekat dengannya.

'Maaf.'

***

Setelah menyelesaikan konsultasi dengan Sea, kini Jimmy tampak meregangkan tubuhnya sembari bersandar di bangku nya.

Menyamankan dirinya sejenak, setelah menyadari bahwa konsultasi dari Sea belum menunjukan perbaikan yang signifikan.

Pemuda manis yang menjadi pasiennya itu seolah membuat kotak pandora dalam alam bawah sadar pikirannya. Hanya saja pemuda itu sedikit menyadari bahwa ada yang hilang dalam dirinya. Beberapa kali Sea secara tiba tiba akan merasa sedih dan mengeluarkan air matanya tanpa sebab yang jelas.

"Sepertinya akan lebih baik jika ia men--"

Belum selesai Jimmy menyelesaikan kalimatnya, sebuah panggilan tiba tiba saja terdengar dari dering handphone nya.

Mau tak mau Jimmy segera mengecek handphone nya memeriksa siapa yang membuat panggilan telefon tersebut.

Dahi Jimmy berkerut sejenak sesaat mendapati nama sang adik yang bisa di bilang jarang menghubungi nya tertera disana.

Tangan Jimmy segera menggeser tombol yang berada di sana mengangkat telefon sang adik yang memiliki gap umur yang cukup jauh darinya.

"Ada apa?"

Tak ada jawaban yang langsung dapat di dengar dari seberang telefon.

Lagi lagi Jimmy di buat bingung dengan panggilan telefon tersebut.

"Hallo Nanon? Ada apa? Apakah masih terhubung?"

Sekali lagi Jimmy mencoba bertanya pada sang adik yang belum mengeluarkan suaranya sama sekali.

Hingga...

Suara helaan nafas pelan yang terdengar ragu mulai terdengar dari seberang telefon.

"Kau baik baik saja? Atau kau sakit?"

"Hi..-Hia, apakah kau bisa membantuku?"

Kalimat tanya itulah yang akhirnya terlontar dari belah bibir Nanon. Sungguh Nanon tak bermaksud mengganggu Jimmy yang tengah bekerja saat ini, hanya saja berbagai macam pikiran yang ada di kepala nya membuat dirinya merasa harus menceritakan pada orang lain, dan kali ini ia memilih Jimmy sebagai kakak sulungnya untuk berbagi cerita mengenai hal yang ada di kepala nya saat ini.

"Bantuan seperti apa yang kau perlukan? Kau tidak sakit bukan? Atau kau kesini saja ke rumah sakit tempatku bekerja," ujar Jimmy panjang lebar tanpa memberikan jeda pada sang adik untuk bercerita.

Oh ayolah Jimmy cukup khawatir dengan sang adik. Walaupun dirinya bisa di katakan tak terlalu dekat dengan kedua adik nya, tetapi bukan berarti ia tak memiliki rasa simpati, empati atau pun perasaan yang di perlukan layaknya seorang kakak pada adik kandung nya sendiri.

Mendengar ucapan sang kakak, Nanon pun segera mengiyakan perkataan sang kakak dengan mengatakan bahwa ia akan menuju rumah sakit dimana sang kakak bekerja.

"Baiklah, Hia tunggu disini."

Kalimat itu yang menjadi akhir pembicaraan Jimmy dan Nanon sebelum ia mengakhiri telefon dari sang adik.

'Apa yang tengah terjadi? Mengapa ia terdengar sedih?' Monolog Jimmy dalam benak.

***

{Code Blue}

{Code Blue}

{Ruang ICU 1}

Beberapa dokter tampak berlari menuju ruangan yang diinfokan melalui pengeras suara yang dapat terdengar di beberapa ruangan yang ada di rumah sakit tersebut.

Neo yang sebelumnya melangkahkan kaki nya dengan santai menuju ruang ICU dimana Mark berada, seketika membeku di tempatnya kala berpapasan dengan beberapa dokter yang tengah berlari ke arah ruang ICU yang hendak ia tuju.

'Please bukan Mark kan?' Monolog Neo dalam benak berusaha mengontrol deru nafasnya yang tak beraturan.

Neo mengepalkan tangannya mencoba menekan rasa kekalutan yang mulai menghantui dirinya.

'Please.'

Langkah kaki Neo sedikit bergetar menuju tempat dimana Mark berada.

"Apakah aku boleh masuk?" tanya Neo bertanya pada dokter yang hendak masuk ke ruang ICU tersebut.

"Maaf, keluarga pasien yang berada di ruang ICU ini belum di perbolehkan masuk, karena salah satu pasien yang berada di sini tengah ditangani khusus."

Deg!

Neo berusaha menegukkan saliva nya dengan susah payah. Boleh kah ia berharap bahwa bukan Mark-nya yang tengah di tangani khusus oleh dokter disana?

Bolehkah ia egois? Bukankah Mark nya masih stabil kondisi nya hingga pagi tadi?

Dilain sisi ...

Sea yang tanpa sengaja melihat Neo keluar dari ruang rawat inap nya sesaat setelah ia selesai konsultasi dengan Jimmy, berakhir sibuk mengekori Neo dari kejauhan.

'Ada apa dengan Neo? Mengapa ia seperti hendak masuk ke ruangan itu? Tunggu ... Ia menangis?'

——•••——

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 🥰

See you next chapter

Leave a comment and vote

.

.

CA

Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang