Disaat Sea masih berkonsultasi dengan Jimmy sebuah pesan masuk ke dalam handphone milik Sea.
Dapat pemuda itu lihat bahwa yang mengirimkan pesan tersebut adalah tak lain dari adik kandung nya-Neo.
Sea mengerutkan keningnya dan spontan berdiri dari posisi nya.
"Ada apa Sea?" tanya Jimmy bingung atas respon Sea sesaat menatap layar handphone nya yang cukup responsif.
"Dok, apakah aku boleh izin keluar lebih dahulu? Adikku mengatakan kalau Mark sedang di rawat disini, dan tentu saja aku harus menemui nya, bagaimana pun dia sahabatku."
Jimmy menegukkan salivanya kasar. Jujur saja Jimmy terasa gugup ketika Sea mengatakan demikian.
Namun sebagai seorang dokter tentu saja dirinya harus bersikap profesional, dan tanpa canggung Jimmy mengatakan secara terus terang akan menemaninya menuju ruangan yang akan Sea tuju.
Jujur saja Sea merasa tak enak hati dengan Jimmy, bagaimana mungkin ia seperti sedang mengganggu jam kerja Jimmy? Apakah Jimmy tak merasa kerepotan jika pemuda itu menemani nya menuju ruang rawat inap Mark?
Hal tersebut yang sempat menjadi kebimbangan seorang Sea.
"Tak usah dok, aku bisa sendiri. Aku tak mungkin merepotkanmu. Pasti waktumu sangat berharga untuk pasien mu yang lain."
Jimmy mengulas senyumnya dan menyangkal penuturan Sea, sebab Sea adalah pasien terakhir yang ia tangani hari ini, jadi tak ada salah nya ia menemani Sea menuju ruang rawat inap Mark. Lagi pula Jimmy sudah pasti memahami denah ruangan - ruangan yang ada di rumah sakit tersebut bukan?
Sebuah tarikan nafas Sea lakukan sebelum menganggukan kepala nya. Pemikiran atas rasa tak enak nya pada Jimmy mau tak mau harus ia singkirkan dari akal pikirannya itu.
"Terimakasih dokter Jim."
Jimmy dengan cepat membalas perkataan dari Sea lembut.
Justru jika boleh jujur ia lebih tak tenang jika Sea tak di temani oleh nya, karena bagaimana pun ia harus mempersempit segala resiko yang ada bukan?
Bagaimana jika Sea dapat mengingat memori yang sempat ia sembunyikan dalam alam bawah sadarnya itu? Apakah Sea akan kembali menyalahkan dirinya?
Hal semacam itu yang Jimmy khawatir kan akan Sea.
Tak lama setelah nya Sea segera memberitahu pada Jimmy atas noner ruangan rawat inap Mark tempati.
Jimmy menganggukan kepalanya dan membukakan pintu ruangan konsultasi ruangannya mempersilahkan Sea keluar lebih dahulu dari ruang konsultasi nya.
"Terimakasih dok," ujar Sea sopan, yang di balas dengan anggukan kepala dari Jimmy.
Dengan tenang Jimmy berjalan tepat di samping Sea. Sesekali pemuda itu tampak melirik ke arah Sea dimana ia temukan raut khwatir pada wajah pemuda manis di samping nya.
"That's okay Sea, teman mu akan baik baik saja," ujar Jimmy sembari sebelah tangannya yang entah sejak kapan sudah berada di bahu Sea berusaha menenangkan pemuda manis itu.
Sea menghentikan langkah kaki nya sejenak guna menatap wajah Jimmy memastikan raut wajah pemuda di samping nya mencari ketenangan dari tatapan nya pada Jimmy.
Anggukan kepala pada akhirnya Sea berikan. Entahlah ia merasa tenang kerap kali Jimmy yang menatap nya dengan tatapan teduh ala Jimmy tersebut.
Tanpa keduanya sadari justru kini Jimmy dan Sea menjadi konsumsi para staf rumah sakit ketika mendapati keduanya yang terlihat akrab di luar batas pasien-dokter sebagaimana biasanya Jimmy bertindak profesional jika berada di rumah sakit.
.
.
"Dokter Book, apakah pasien yang waktu itu pernah anda tangani pertama kali ini menjadi orang terdekat dokter Jimmy?" tanya salah satu perawat yang tiba tiba saja mendekati Book yang baru saja hendak masuk ke ruang istirahat dokter.
Book mengerutkan keningnya dan tak lama mengatakan bahwa memang benar adanya bahwa pasien tersebut menjadi pasien dari Jimmy sebatas pasien dan dokter.
"Seperti nya anda belum tahu gosip mengenai dokter Jimmy?"
Sekali lagi Book di buat bingung dengan pertanyaan yang keluar dari perawat tersebut.
Seingat nya Jimmy tak pernah mengatakan apapun pada nya akan kedekatan dirinya dengan orang lain, lalu mengapa kini justru ada gosip mengenai Jimmy?
"Kalian mungkin salah paham," ujar Book berusaha tetap tenang menjawab pertanyaan yang sebelumnya menjurus pada mengorek informasi akan sahabat nya itu.
Namun ....
"Saya tadi melihat dokter Jimmy merangkul pasien itu kok, dan keduanya terlihat sangat dekat," ujar perawat lainnya yang kini seakan menyudutkan Book.
"Ada apa ini?"
Tanpa mendengar sebuah jawaban, yang di dapati justru sebuah izin pamit dari para perawat yang sebelumnya mendekat pada Book.
Book menghela nafasnya pelan.
"Ada apa mengapa mereka seperti lalat mengerubungi mu?"
Gendikan bahu yang Book berikan pada pria yang kini sudah berada di samping nya itu.
Pemuda itu memutarkan maniknya malas karena kerap kali pemuda manis di sampingnya yang terlalu santai dan seperti social butterfly saat berada di lingkungan kerjanya atau pun tempat tempat yang ia tuju.
"Tak bisakah kau membatasi dirimu?"
"Maaf sekali, kalau soal itu aku sudah berulang kali memberitahu padamu bahwa aku tak bisa, kau tahu sendiri pesona ku seperti apa," ujar Book tanpa tahu dirinya. "Ah, mengapa kau datang kesini? Bukankah kau mengatakan padaku bahwa kau sibuk?"
Gendikan bahu yang di berikan oleh pemuda bernama Force yang sebenarnya adalah sang kekasih dari Book sendiri.
"So, kau tak merindukanku?"
Senyuman tipis di berikan Book disertai anggukan kepala nya pelan. Tentu saja ia merindukan kekasih nya yang super sibuk itu.
Walaupun sebenarnya sebagai dokter spesialis emergensi medik tentu saja Book memiliki jam kerja yang padat tak kalah dengan sang kekasih yang notabene seorang pengusaha, sekaligus investor di rumah sakit tempatnya bekerja.
"Lama lama aku akan mengikat hubungan ku denganmu tanpa menunggu persetujuan mu lagi," lirih Force yang terdengar jelas akan tingkat kecemburuan nya yang meningkat.
"Wait, kau cemburu dengan staf disini?"
Force diam seribu bahasa sembari memalingkan wajah nya dari Book. Oh ayolah mengapa Book justru menggoda kekasih nya yang sudah jelas bahwa lelaki itu memiliki kecemburuan tingkat tinggi.
Di saat sibuk menggoda Force, manik Book justru tak sengaja melihat Jimmy dan Sea yang hendak masuk ke salah satu ruangan rawat inap dengan posisi Jimmy yang masih merangkul Sea.
"Astaga, gosip itu benar?" desis Book cukup terkejut dengan penglihatannya akan sahabatnya itu.
Force yang melihat Book hanya menatap heran dan mengikuti arah pandang Book.
"Apakah ada yang aneh?"
"Tentu saja Force!" pekik Book cukup heboh dan tak lama langsung menarik tangan Force mempercepat langkah kaki nya.
'Ada apa sebenarnya? Mengapa Book aneh sekali?'
——•••——
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 🥰
See you next chapter
Leave a comment and vote
.
.
CA

KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [END]
FanfictionBerawal dari kehidupan seorang pemuda yang terasa monokrom-tak berwarna sedikit pun, di dukung dengan lingkungan yang membentuk pribadi nya menjadi disiplin, kaku dan acuh. Tak menyangka akan mendapatkan sebuah kesempatan untuk membalas 'hutang bud...