Perlahan Sea yang bingung di posisi nya menatap Neo dari kejauhan mulai melangkah mendekat ke arah Neo.
Pikirannya kian bercabang berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya tengah di tangisi oleh Neo.
Apakah ada yang terlewat olehku?
Kalimat itu yang kembali terngiang di kepala Sea. Tanpa di sadari oleh Sea alam bawah sadarnya justru menuntun dirinya untuk memukuli kepala nya pelan seakan ia hendak berusaha menyuruh otak nya agar bekerja lebih cepat agar ia dapat memahami situasi yang tengah terjadi.
"Arghh, mengapa isi otakku seperti tersendat," lirih Sea susah payah.
"Astaga! Phi! Apa yang sedang kau lakukan?"
Sadar Neo ketika mendengar suara sang kakak yang setengah berteriak, belum lagi dengan gerakan Sea yang sibuk dengan dirinya sendiri memukul kepalanya.
Neo segera berlari sembari menghapus tangisan yang sempat membasahi kedua pipinya terburu buru memeluki Sea.
"Phi," lirih Neo yang memeluki Sea erat berusaha membantu Sea menahan tangannya agar tak kembali memukuli kepala nya.
"Neo, ada apa denganku? Mengapa kau menangis? Ada hal yang terlewat oleh Phi?"
Kali ini Sea mulai mengeluarkan suaranya berusaha bertanya pasa adiknya itu.
Neo kembali menangis, tetapi tentu saja sebisa mungkin ia mengusahakan menahan tangis nya agar Sea yang masih ia peluk tak mendengar tangisannya itu.
Ia tak ingin orang kesayangannya semakin rapuh dan memburuk keadaannya.
'Maafkan aku Phi tak dapat menjelaskan padamu secara gamblang. Kami menyayangimu.' Monolog Neo dalam benak sembari mengusap punggung sang kakak membantu menenangkan Sea yang jujur sana kondisi nya sedang tak stabil saat ini.
***
"Hia!" Pekik seorang pemuda yang kini sudah berada di depan pintu Jimmy tepat saat Jimmy hendak keluar dari ruang kerja nya.
"Kau benar benar datang rupanya. Ada apa? Mengapa kau tiba tiba saja menghubungi ku?" tanya Jimmy pada Nanon, sembari memberikan gestur pada sang adik untuk masuk ke dalam ruang kerja nya itu.
Nanon menghela nafasnya panjang ketika memasuki ruang kerja sang kakak melangkahkan kaki nya menuju sofa panjang yang berada di sana.
"Sepertinya aku melakukan kesalahan pada temanku."
Jimmy mengerutkan keningnya mendengar kalimat dari sang adik yang ia sadari bahwa sifatnya pribadi.
"Kau ingin berbagi cerita denganku?" tanya Jimmy memastikan pada sang adik dengan tatapannya yang fokus menatap adiknya itu.
Jujur saja Jimmy merasa cukup bahagia disertai kebingungan saat ini. Pasalnya sang adik yang ia sayangi itu tak pernah meminta waktu nya sengaja hanya untuk berdiskusi dengannya.
Apakah saat ini ada kemajuan di antara dirinya dan juga keluarganya? Atau ada hal lain yang memicu Nanon seperti itu?
Tak lama Nanon tampak menganggukan kepala nya menatap balik ke arah Jimmy.
"Apa yang harus aku lakukan jika ingin berbaikan dengan sahabatku Hia? Aku tak tahu jika dia akan sangat marah, bahkan disaat dirinya mungkin ingin berbagi cerita pada ku seperti biasanya dia sama sekali tak menghubungiku."
Manik Nanon terlihat sangat jelas bahwa ia tengah berbicara serius meminta pendapat sang kakak.
"Kau sudah mencoba menghubungi nya?"
Anggukan kepala Nanon berikan pada Jimmy. Tak luput ia juga mengatakan pada sang kakak bahwa ia telah datang ke rumah sahabat nya itu tapi informasi yang ia dapat kan hanya memberitahu bahwa sekeluarganya tengah berada di rumah sakit, karena ada kecelakaan besar yang terjadi.
Jimmy mengerutkan keningnya. Entahlah, ia merasa bahwa cerita yang di sampaikan oleh sang adik memiliki kejanggalan.
Di saat Jimmy hendak bertanya lebih jauh pada sang adik, sebuah notifikasi pesan tiba tiba saja terdengar olehnya. Mau tak mau Jimmy mengatakan pada sang adik untuk memberi nya waktu untuk dirinya membaca pesan yang baru saja masuk.
Keraguan tiba - tiba saja menyerang dirinya. Oh ayolah Jimmy tak ingin mengecewakan sang adik, tetapi di lain sisi ia juga tak mungkin mengabaikan pesan dari saudara pasiennya itu.
"Seperti nya kau sibuk ya Hia?" tanya Nanon yang menyadari pergerakan Jimmy yang gugup setelah membaca pesan masuk tersebut.
Jimmy tersenyum tipis, dan tak lama menganggukan kepala nya. Jujur saja ia masih ingin menemani sang adik, hanya saja situasi nya yang saat ini masih dalam jam kerja nya membuat dirinya tak dapat mengabaikan pasiennya begitu saja.
"Apakah kau mau menunggu ku? Aku harus mengecek pasien ku terlebih dahulu. Tadi adik pasiennya mengabari bahwa pasienku kembali drop seperti orang linglung."
Sebuah penjelasan menyirat pada akhir nya terlontar dari belah bibir Jimmy. Ia tak ingin membuat sang adik kecewa pada dirinya.
Nanon menatap sang kakaknya, dan tentu saja mengiyakannya. Ia masih tahu diri untuk tak mengganggu pekerjaan sang kakak di saat masih dalam jam kerja kakak nya yang hectic.
Di saat Jimmy keluar dari ruang kerja nya, Nanon tanpa sadar justru mengikuti arah langkah kaki Jimmy.
'Mengapa aku merasa bahwa Hia Jim cukup khawatir pada pasiennya?' Monolog Nanon yang kini mulai terlihat seperti tengah memata - matai kakak kandung nya itu.
.
.
"Hallo Sea, kau baik baik saja?" tanya Jimmy sebisa mungkin terlihat santai layaknya dokter yang sedang memeriksa pasien secara terjadwal, tak ingin membuat Sea mencurigai dirinya atas apa yang terjadi pada Sea sebelumnya, terlebih Neo telah berpesan dalam teks pesan yang di kirim sebelumnya untuk tak menyudutkan sang kakak menanyakan hal yang sempat terjadi beberapa waktu lalu.
Sea tersenyum sembari menganggukan kepala nya, ia mengatakan bahwa ia baik baik saja, hanya saja ia sempat merasa sakit kepala tanpa tahu alasannya.
Jimmy menganggukan kepala nya sembari melangkah kan kaki nya mendekat ke arah Sea.
Dilain sisi ....
Neo yang merasa Sea dapat di tinggal oleh nya, lantaran keberadaan Jimmy di samping sang kakak, akhirnya memilih keluar dari kamar rawat inap Sea, berusaha mengendalikan dirinya dengan pikiran pikiran yang terus berkelut tak menentu belum lagi dengan perasaan nya yang campur aduk mengkhawatirkan sang kakak sekaligus kekasih nya itu.
Tak bisakah ia saja yang berkorban tetapi dua orang yang ia sayang dapat kembali normal tak kesakitan seperti sekarang ini?
Hal itu yang sempat terbesit di kepala nya.
'Neo?' Monolog Nanon dari kejauhan.
Tanpa aba aba pemuda yang sebelumnya hanya berniat mengekori sang kakak kini justru bertemu dengan orang yang ia cari!
"Neo!!" pekik Nanon mendekat setengah berlari ke arah Neo.
"Nanon?" lirih Neo pelan penuh kebingungan mendapati sang sahabat yang beberapa waktu terakhir sempat terjadi jarak di antara keduanya.
——•••——
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 🥰
See you next chapter
Leave a comment and vote
.
.
CA
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [END]
Hayran KurguBerawal dari kehidupan seorang pemuda yang terasa monokrom-tak berwarna sedikit pun, di dukung dengan lingkungan yang membentuk pribadi nya menjadi disiplin, kaku dan acuh. Tak menyangka akan mendapatkan sebuah kesempatan untuk membalas 'hutang bud...