Perlahan Mark yang sudah sadar dari masa koma nya kini telah di pindahkan ke ruang rawat inap biasanya, dan Neo tentu saja tak absen dari kunjungannya ke rumah sakit menemani sang kekasih.
Lalu bagaimana dengan Sea?
Pemuda itu kini sudah di perbolehkan pulang, hanya saja ia masih menjalani terapi nya dengan beberapa kali dalam seminggu untuk konsultasi bersama dengan Jimmy yang tentu saja telah di jadwal kan oleh Jimmy.
Lalu bagaimana hubungan Neo dan Nanon?
Keduanya kembali bersahabat seperti sedia kala, keduanya menganggap bahwa kesalahpahaman kecil di antara mereka seperti sebuah batu kerikil kecil saja.
"Dimana Sea? Mengapa kau selalu saja menghindar saat aku bertanya mengenai kakakmu?"
Rasa penasaran Mark yang beberapa hari ini sering di tanyakan oleh Mark yang tak kunjung mendapatkan sebuah jawaban dari Neo secara gamblang.
"Baik, Phi Sea baik baik saja, ia menyampaikan salam untukmu."
Gugup Neo mengatakannya pada Mark. Oh ayolah bagaimana ia menjelaskan pada Mark, bahwa Sea saja hingga detik ini tak menyadari atau tak mengingat kejadian kecelakaan yang menimpa Sea sendiri ataupun Mark.
"Neo, lihat aku ... kau menyembunyikan sesuatu dari ku bukan?"
Pertanyaan yang di utarakan oleh Mark kini terdengar penuh penekanan tak seperti biasanya.
Degup jantung Neo berdetak lebih cepat. Sungguh ia tak benar benar ingin berbohong ataupun menutupi keadaan Sea hanya saja apakah Mark benar benar telah dapat menerima informasi yang akan ia sampaikan?
Hal itu yang sebenarnya Neo fikirkan.
Helaan nafas panjang terdengar dari belah bibir Neo.
"Dia sedang ada disini sebenarnya, hanya saja ia sedang konsultasi dengan salah satu dokter disini," ujar Neo jujur tetapi belum memberikan penjelasan sepenuhnya.
"Lalu? Ia tak berniat menemuiku? Apa dia menghindar dariku?"
Dengan cepat Neo menggeleng gelengkan kepala nya pada Mark. Ia tak bermaksud menyiratkan demikian. Justru sebaliknya!
"Phi Sea mengalami trauma atas kejadian tersebut, dan oleh karena itu ingatan akan kecelakaan yang menimpa kalian seakan terhapus dari memori nya, serta ia tak sadar jika kau berada di rumah sakit. Beberapa kali ia memang menanyakan mengenai dirimu karena pesan yang dikirim padamu tak di balas, hanya saja aku mengatakan bahwa handphone mu sedang rusak, untuk itu kau sulit di hubungi."
"Astaga! Mengapa kau baru mengatakan nya Neo?"
Neo terdiam, dengan posisi duduknya yang terlihat gelisah. Ia merasa bersalah seketika mendengar ucapan sang kekasih yang kali ini terlihat cukup marah dan tersirat kekecewaan dari raut wajahnya.
"Maaf," cicit Neo pada akhirnya.
Mark tampak menghela nafasnya pelan. Ia memang kecewa pada Neo yang menutupi kondisi sahabat nya itu, tetapi ia juga dapat memahami maksud Neo tak sepenuhnya dapat di salahkan begitu saja.
"Sudahlah, nanti kau beri tahu Sea bahwa aku berada di sini, aku perlu memastikan bahwa kakak mu baik baik saja," ujar Mark pada akhirnya tak kembali menyudut kan kekasih nya itu.
***
"Sea, bagaimana keadaan mu? Apakah ada hal baik yang ingin kau ceritakan padaku?" tanya Jimmy yang terlihat santai dengan kemeja nya tanpa jas dokter seperti biasanya saat dirinya bersama Sea.
Seulas senyuman merekah dari wajah Sea terlihat indah di mata Jimmy.
Beberapa kali Jimmy tampak sibuk membasahi tenggorokannya yang tiba tiba terasa kering. Oh ayolah mengapa ia menjadi salah tingkah hanya karena melihat sebuah senyuman?
Apakah ia benar benar telah jatuh pada pesona pasiennya itu?
"Aku sudah berusaha kembali dengan aktifitas ku," ujar Sea penuh percaya diri.
Kali ini Jimmy merasa ada perbaikan akan kepercayaan diri Sea yang tanpa pemuda manis itu sadari bahwa hal yang di lakukan oleh nya adalah hal yang membuat dirinya memiliki pijakan berdiri, agar tak mudah terjatuh pada sebuah kotak pandora yang tengah ia sembunyikan rapat rapat di dalam memorinya.
"Apa yang kau kerjakan?" tanya Jimmy guna menggali informasi yang harus ia dapat kan dari pasien yang bisa di bilang menjadi pasien spesialnya.
Dengan santai Sea mengatakan bahwa ia tengah melanjutkan tulisannya kembali, sembari mencari referensi atas tulisannya, dan hari ini ia menghabiskan waktunya di perpustakaan sebelum akhirnya ia mengunjungi Jimmy di rumah sakit.
Seulas senyum Jimmy berikan pada Sea. Jujur saja melihat tingkat kepercayaan diri Sea yang semakin melonjak, cukup membuat nya puas akan treatment yang ia berikan pada pemuda manis di hadapannya.
"Apakah saat kau tak mengunjungi ku, kau sempat mengalami gejala cemas ataupun sebagainya?" tanya Jimmy.
Sejenak Sea berfikir, dan tak lama ia menggelengkan kepala nya. Karena jujur saja ia tak merasakan demikian.
"Ah, tapi aku agak kesal dengan sahabat - sahabat ku, mereka tak ada yang menjawab pesan atau pun telefonku, apakah mereka sangat sibuk sehingga mengabaikanku?" Lirih Sea yang tersirat akan kekecewaan tersebut.
Jimmy yang mendengar nya tak langsung menanggapi Sea yang tengah larut dalam kemelut pikirannya sendiri. Jimmy ingin tahu sejauh mana Sea berprasangka atas sahabat sahabatnya itu.
"Tapi tak apa! Neo selalu ada untukku. Kau tahu biasanya Neo akan menghabiskan waktunya lama dengan Mark tanpa mengingat aku sebagai kakak nya terkadang merindukan keberadaan adik kecilku, tetapi kini ia selalu ada untukku. Dulu aku sempat berfikir sebenarnya Neo lebih sayang padaku sebagai kakak kandungnya atau Mark kekasih nya karena ia akan menjadi anak penurut jika dengan Mark di bandingkan denganku. Namun belakangan ini justru aku tak meragukan akan hal hal semacam itu. Sepertinya bocah itu menyadari bahwa aku juga memerlukan kasih sayang darinya juga," kekeh Sea panjang lebar di sertai ulasan senyumannya dimana kedua ujung bibirnya terangkat sempurna ke atas.
Jimmy tak dapat menyembunyikan senyumannya mendengar celotehan Sea yang seakan dirinya tengah di dongengkan oleh pemuda manis di hadapannya itu.
'Ah, mengapa kau lucu sekali Sea, sepertinya aku tak akan bosan jika setiap hari mendengar kan celotehan—'
Seketika Jimmy terdiam ketika menyadari bahwa alam sadarnya tengah memujua Sea!
'Sadarlah Jim! Sea adalah pasien mu, bagaimana bisa kau kini berfantasi yang tak masuk akal!' Umpat Jimmy dalam benaknya merutuk pikirannya yang semakin lama semakin tak dapat ia kendalikan.
——•••——
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 🥰
See you next chapter
Leave a comment and vote
.
.
CA

KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [END]
FanfictionBerawal dari kehidupan seorang pemuda yang terasa monokrom-tak berwarna sedikit pun, di dukung dengan lingkungan yang membentuk pribadi nya menjadi disiplin, kaku dan acuh. Tak menyangka akan mendapatkan sebuah kesempatan untuk membalas 'hutang bud...