Chapter 32

695 65 4
                                    

Jimmy yang dengan cepat membawa Sea menuju mobil nya, dengan cekatan memeriksa kening Sea saat berada di mobil, dan mengambil beberapa obat obatan yang berada di mobil nya yang memang selalu ia taruh di dalam mobil nya itu.

Tangan Jimmy dengan cekatan membersihkan kening Sea. Ada beberapa serpihan beling yang memang mengenai kening Sea.

"Apa yang terjadi Sea?" tanya Jimmy pada Sea dengan sesekali ringisan pelan terdengar di sela sela bibir Sea.

Sea menjelaskan bahwa ia tadi mendengar bahwa sang kepala editor tengah beradu argumen dengan suara yang lantang layaknya orang berkelahi, oleh karena itu Sea berniat memeriksa nya, dan jika ada perkelahian ia berniat melerai nya. Namun ketika baru saja masuk hendak menghampiri, sebuah vas yang di lempar melayang dengan cepat mengenai keningnya keras, sehingga ia berakhir demikian.

"Lain kali jika kau mendengar hal semacam itu lebih baik kau menjauhi nya saja. Aku tak ingin kau terluka seperti ini."

Dapat di lihat Jimmy lebam di kening Sea cukup lebar, tetapi beruntung beling yang melukai Sea tak terlalu dalam, sehingga Jimmy dapat dengan mudah menanganinya, hanya saja demi memastikan keadaan Sea, Jimmy berniat setelah memasang perban pada Sea ia akan membawanya ke rumah sakit.

Sea mengerucutkan bibirnya dan tak lama menganggukan kepalanya pelan.

Jimmy mengulas senyumnya dan mengusap rambut nya pelan. Sebelum Jimmy benar benar kembali duduk di kursi pengemudi ia menyempatkan dirinya mengecup kepala Sea.

"Jangan sakit sakit Sea. Aku akan sedih jika kau sering sakit," ujar Jimmy pada akhirnya mengusap pipi Sea lembut.

Gelitik aneh menggelayar pada relung hatinya. Entahlah ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Hanya saja ia menyukai rasa aneh itu!

Selama perjalanan hanya keheningan yang dapat di gambarkan antara keduanya.

Jimmy yang fokus pada jalan, berharap dapat mengemudi dengan cepat menuju rumah sakit, sedangkan Sea larut dalam pikirannya sendiri.

Jujur saja Sea telah merasa nyaman dan bergantung pada sosok Jimmy yang saat ini tengah mengemudikan mobil nya itu.

Ia tampak terlihat bimbang, apakah ia lebih baik menjadi orang jujur, lalu menyatakan perasaan nya pada Jimmy, atau sebaliknya.

Namun di satu sisi lainnya. Ia tak yakin jika dirinya dapat jauh dari Jimmy. Contohnya saja seperti hal kecelakaan kecil yang terjadi pada Sea tadi.

Bagaimana jika ia benar benar sendiri? Bukankah ia juga tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi padanya?

Rasa takut dan tak ingin merepotkan orang lain saja selalu menjadi alam bawah sadarnya yang tak di sadari oleh nya.

Lalu mengapa hanya nama Jimmy yang muncul di kepala nya?

Ia dengan percaya diri meminta tolong Jimmy, dan tak berfikir mungkin ia akan merepotkan pemuda itu.

Di tengah lamunan nya, Sea tiba tiba saja memanggil Jimmy.

"Hia," lirih Sea pelan berusaha menepis keraguannya.

Refleks Jimmy sekilas menatap ke arah Sea, dengan dengunga pelannya.

"A..-aku—"

Sea menjeda kalimat nya ketika detak jantungnya semakin tak karuan, belum lagi dengan wajah nya yang terasa memanas.

Jimmy terlihat tersenyum pada Sea sejanak, sebelum ia mengatakan pada Sea untuk mengistirahat kan tubuhnya sebelum mereka sampai di tempat tujuan.

Lagi lagi Sea hanya menjadi anak penurut yang sibuk menganggukan kepala nya.

Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang