Chapter 7

864 73 0
                                    

Suasana makan malam di ruang makan keluarga Potiwihok terasa hening, hanya beberapa kali dentingan sendok dan garpu yang terdengar menghiasi suasana ruang makan itu.

Hingga ...

Nada berat dari kepala keluarga disana, tiba tiba saja membuka suaranya kala ia telah menghabiskan makanan nya lebih dahulu.

"Dimana kakak kalian?"

Sebuah lontaran pertanyaan yang sudah dapat di pastikan berlaku pada dua pemuda yang tengah menikmati makan malam mereka.

"Hia mengatakan akan pulang terlambat karena harus memeriksa ulang pasien VIP baru."

"Begitukah?"

Anggukan kepala cepat yang di berikan oleh kedua putra yang duduk tepat di depan sang ayah.

Helaan nafas rendah terdengar dari belah bibir Tuan Potiwihok.

"Ada apa Dad?" tanya Gemini sang putra bungsu yang terlihat menatap sendu.

Entahlah ada perasaan bersalah yang masih membekas hingga detik ini.

Ia kira sikap tegas dan disiplin nya di masa lalu akan berimpact bagus untuk putranya, tetapi yang terjadi justru kebalikannya.

Ia baru saja menyadari impact atas sikap nya setelah putra sulung nya yang semakin menjadi dingin dan acuh padanya, bahkan ada kalanya waktu dulu ia hanya bertemu dengannya saat hari pemberitahuan hasil ujian semata, yang dimana putra sulungnya yang tak lain adalah Jimmy memberikan nilai terbaik di kelas nya, hanya saja bodoh nya ia gengsi memberi pujian pada putranya itu.

"Apakah menurutmu Daddy orang yang perhatian pada kalian? Atau Dadd—"

"Kau mulai lagi. Bukankah kita sudah berjanji pada Jimmy untuk tak membahas masa lalu?"

Tuan Potiwihok memijit keningnya.

"Dia tak bermaksud kembali menghindariku kan sayang?"

Seulas senyum di sertai gelengan kepala sang istri berikan pada suaminya itu.

"Kau ingat bukan putramu itu seorang dokter, jadi sudah pasti dia sibuk, jadi jangan mengaitkan dengan masa lalu," ujar sang istri sembari menggenggam tangan suaminya itu.

Jujur ia sadar betul bahwa kenangan buruk di masa lalu dimana pada akhirnya sang anak yang biasanya diam tak memberontak secara blak blakan, justru kala itu melontarkan isi hatinya, dan bodoh nya kala itu ia hampir memberikan pilihan pada sang anak yang mungkin membuat dirinya jauh lebih menyesal dari detik ini.

Beruntung istrinya yang cepat tanggap mampu meluruskan paling tidak menunda waktu membuat kedua laki laki keras kepala di dalam keluarganya itu kembali dapat berfikir jernih, dan berakhir Tuan Potiwihok membuat perjanjian pada Jimmy dimana ia mengatakan tak akan keluarga dari kartu keluarga asalkan sang ayah tak pernah melakukan perlakuan hal yang sama padanya kepada kedua adiknya yang notabene memiliki gap cukup jauh dengannya.

Mau tak mau Tuan Potiwihok yang memang berpegang teguh pada janji berakhir mengiyakan dan memenuhi janji itu hingga sekarang.

"Phi, ada apa dengan Daddy dan Mommy?" bisik Gemini yang jujur saja tak mengerti apa apa dengan situasi yang terjadi.

Sang kakak yang di tanya hanya mengendikkan bahunya sembari mengatakan pada Gemini untuk tak usah memedulikannya serta melanjutkan makannya itu.

Disaat suasana ruang makan yang cukup hening, suara langkah kaki mulai terdengar mendekat ke arah mereka.

"Hia!!" Pekik Gemini tiba tiba dan spontan beranjak dari bangku nya itu hendak memeluki sang kakak.

Entahlah ia terlampau senang jika sang kakak memiliki waktu untuk pulang ke rumah kembali.

Tunggu...

Memang nya biasanya Jimmy tak pulang ke rumah?

Biasanya Jimmy akan pulang kembali ke apartemen, dan akan pulang ke rumah satu atau dua kali seminggu jika ada makan malam bersama, itu pun terkadang Jimmy tak menginap di rumah tersebut, lantaran selalu beralasan memiliki jam jaga di esok paginya.

Berhubung Jimmy yang memiliki profesi dokter sang orang tua hanya memaklumi nya saja.

Tak berniat untuk bertanya lebih jauh, lagi pula Tuan Potiwihok sendiri tak berniat untuk mempermasalahkannya. Ia hanya tak ingin terjadi renggang di antara dirinya dan juga putra sulungnya.

"Hei boy, kurasa kau merindukan ku?" lirih Jimmy sedikit menaikkan ujung bibirnya ketika menyadari adik bungsunya yang langsung menyambut dirinya dalam sebuah pelukan.

"Tentu saja, kau hampir tak pulang selama dua minggu ini, padahal harusnya kau sudah pulang beberapa kali. Apakah kakak ku semakin sibuk sekarang? Tak bisakah kau mengurangi jam kerjamu?" tanya Gemini yang tak ada habisnya itu.

"Hng, aku sangat sibuk, banyak pasien yang menginginkan konsultasi denganku."

Gemini mengerucutkan bibirnya merasa tak menyukai jika sang kakak yang selalu mengedepankan pasien dibandingkan adiknya sendiri.

"Kau sudah besar Gem. Kau tak sadar tubuhmu saja sudah lebih besar dariku?" ujar Jimmy berusaha mengingatkan akan sikap manja Gemini  yang kini telah berlebihan.

Setelah nya keduanya duduk di tempat duduk mereka yang berada di ruang makan, dengan Jimmy yang menyalimi kedua orang tuanya terlebih dahulu.

Jimmy masih tergolong anak sopan yang tahu tata krama, sekalipun ia tengah membenci atau tak menyukai sang ayah, ia masih tahu akan batasan batasan norma seharusnya.

"Ku kira kau tak akan pulang," lirih sang adik satunya yang sebelumnya hanya duduk sembari melanjutkan hidangan santapan makan malam nya.

Jimmy menarik sebelah alisnya keatas saat mendengar suara sang adik tanpa menatap dirinya itu.

"Kau juga merindukan ku?" Kaget Jimmy.

Sungguh ia benar benar tak tahu jika sang adik dapat merindukan dirinya.

Bukankah selama ini adiknya sepintas terlihay cuek padanya?

"Ck, menurutmu?" desis Nanon Korapat Potiwihok adik tepat di bawahnya itu.

Jimmy spontan mengusap kepala Nanon tersebut.

'Kurasa aku mendapatkan sebuah keajaiban kecil setelah bertemu dengannya?' Monolog Jimmy dalam benak membayangkan sosok pasien yang membuat nya terkesan.

"Jim, ambil makanan mu," ujar Tuan Potiwihok tiba tiba, yang di balas dengan anggukan oleh Jimmy.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini apakah kau ada kesulitan?" tanya Nyonya Potiwihok yang memiliki nama lengkap Newwie Thitipoom Potiwihok

Gelengan kepala Jimmy berikan, dan tak lupa ia mengatakan bahwa pasiennya tak merepotkan sama sekali, bahkan ia merasa bahwa pasiennya dapat lebih mudah menerima pengobatannya sendiri.

"Begitukah?" tanya sang Ibu kembali memastikan.

Tanpa berfikir panjang Jimmy segera menganggukan kepala nya sembari memberikan seulas senyum tanpa ia sadari.

'Aneh, mengapa Hia Jim tersenyum? Baru kali ini aku kembali melihatnya tersenyum.'

——•••——

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 🥰

See you next chapter

Leave a comment and vote

.

.

CA

Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang