Chapter 14

1.2K 94 2
                                        

Kedua pemuda yang sebelumnya adalah sepasang sahabat, walaupun sempat terjadi kesalahpahaman di antara keduanya kini memilih duduk pada bangku yang ada di luar kamar VIP Sea.

"Kau baik baik saja?"

Kali ini Nanon lah yang bersuara lebih dahulu di bandingkan Neo.

Neo menghela nafasnya pelan, sebelum mengeluarkan suara nya menatap ke arah sang sahabat, yang belakangan ini hampir ia lupakan. Bukan sengaja melupakan begitu saja, tetapi keadaan lah yang membuat nya seperti itu. Ia tak dapat memikirkan apapun selain memikirkan keadaaan Mark dan juga Sea saja.

Baginya yang terpenting keadaan dua kesayangannya baik baik saja!

"Bohong jika ku katakan baik baik saja."

Sejenak Neo menghentikan kalimatnya, mencoba mengambil nafasnya dalam dalam sebelum pada akhirnya ia akan melanjutkan kembali kalimatnya yang terasa berat susah ia keluarkan dari tenggorokannya.

"Aku tak baik baik saja. Rasanya aku hancur berkeping keping saat mengetahui kecelakaan yang menimpa kakak dan juga kekasihku Nanon. Seharusnya aku tak meminta mereka pulang lebih cepat, seharusnya aku tak egois. Aku yang salah ... bahkan aku tak sanggup ke pemakaman Phi Khao dan Phi First," ujar Neo dengan tubuhnya yang sedikit bergetar berusaha menahan tangis yang entah kapan akan benar benar pecah di hadapan Nanon sahabat nya itu.

Nanon spontan memeluk Neo masuk ke dalam dekapannya. Ia merasa simpati dengan sahabat nya itu. Jujur ia tak suka dengan pernyataan Neo yang baru saja ia ungkapkan itu.

Mengapa jadi kesalahan Neo? Bukankah murni kecelakaan yang menimpa orang terdekat Neo? Mengapa sang sahabat sibuk menyalahkannya?

"Kau tak perlu menyalahkan diri sendiri Neo. Kurasa baik Phi Sea ataupun Phi Mark tak akan setuju atas perkataanmu itu."

Diam!

Neo terdiam, tak menyanggah kalimat yang baru saja di nasehati oleh sahabat nya itu. Hati kecil nya ia menyadari bahwa memang tak seharusnya ia menyalahkan diri sendiri, sebagaimana konsultasi yang ia dengar juga dari Jimmy sebelumnya.

"Hng, aku tahu itu ... seorang dokter di sini menyadarkan ku akan hal itu," cicit Neo sembari memangkas pelukannya dari Nanon.

Nanon mengerutkan keningnya. Entah mengapa ia merasa bahwa dokter yang di maksud oleh Neo adalah kakaknya.

"Wait, apakah dokter yang memberi konsultasi padamu itu kakak ku?"

"Kakak? Kau punya kakak?"

Pertanyaan konyol justru di lontarkan oleh Neo begitu saja. Oh ayolah sejak kapan Nanon punya kakak? Apakah ada informasi yang terlewat oleh nya?

Spontan Nanon menepuk keningnya pelan. Ia kira sang sahabat peka akan dirinya. Nyatanya tidak!

"Kau itu sahabat ku bukan sih? Giliran mensortir laki laki yang dekat dengan ku kau paling depan dengan mengatakan sebagai sahabat kau wajib menyeleksi laki laki yang akan menjadi kekasihku, giliran mengenai keluarga ku kau tak tahu. Bukannya aku sudah pernah memberitahu padamu?" kesal Nanon dengan panjang lebarnya mengatakan pada Neo.

"Kapan?"

Bagus! Neo benar benar tak peka dengan situasi nya dimana Nanon kali ini seperti tengah menahan emosi nya yang sudah berada di ubun ubun.

Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang