"Hia," panggil sang adik yang kini mendekat pada sang kakak sebelum pemuda itu masuk ke dalam kamarnya.
Jimmy yang merasa terpanggil tentu saja menghentikan langkah kaki nya dan menatap ke arah Nanon yang tadi memanggilnya itu.
"Ada apa dengan mu? Kau baik baik saja kan Hia? Apakah ada yang ingin kau ceritakan padaku?" tanya Nanon tanpa jeda pada sang adik.
Spontan Jimmy mengerutkan keningnya sembari menatap sang adik. Jujur saja ia tak mengerti mengapa Nanon bertanya seperti itu.
"Kau sangat aneh hari ini Hia. Pertama kali nya aku melihat mu tersenyum hari ini, belum lagi kau mau menginap disini. Ah, apakah ada seseorang yang membuat mu seperti ini? Jika ada siapa dia? Bolehkah aku bertemu? Aku ing—"
"Ya, ya, ya mengapa kau jadi cerewet sekali sih? Aku baik baik saja, lagi pula tak ada or—"
Belum sempat Jimmy melanjutkan kalimat nya, ia justru teringat akan bayangan pasiennya itu.
"Woah, sepertinya dugaan ku benar, siapa dia Hia? Kenalkan padaku," ujar Nanon cukup heboh sembari menggelayut pada sang kakak.
Jimmy hanya berdecak pelan dan mengusak rambut Nanon.
"Sok tahu kau anak kecil."
"Hia! Aku bukan Gemini, aku sudah besar Hia!" Pekik Nanon kembali.
Gemini yang sebelumnya berada di kamar nya tampak menyembulkan wajah nya dari pintu kamarnya.
"Apa Phi atau Hia memanggilku?" tanya Gemini dengan polos nya.
Spontan keduanya sibuk menggelengkan kepala nya.
"Sudah tidur sana, besok kau harus berangkat pagi untuk sekolah."
Sejenak Gemini menatap kedua kakak nya sebelum menutup pintu kamarnya.
"Hia jim~"
"Sebaiknya kau masuk kamar saja, jangan menggangguku, besok aku juga harus berangkat pagi."
Mendengar kalimat tegas dari sang kakak, tentu saja membuat Nanon menciut dan tak melanjutkan aksinya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai sang kakak.
Paling tidak untuk saat ini saja.
Tak tahu kedepannya!
'Aku harus mencari tahu!' Pekik Nanon dalam benak.
***
Kini di ruang rawat inap hanya ada Neo, itu pun setelah Neo berhasil membujuk sang Ibu agar pulang beristirahat terlebih dahulu setelah tentunya Mix di perbolehkan pulang dari rumah sakita bersama sang ayah.
"Phi, apakah kau masih merasa sakit? Kau jangan membuatku sedih Phi," lirih Neo mengingat kalimat Jimmy yang sebelumnya membuat nya bersedih.
Diusap nya wajah dan juga tangan sang kakak lembut.
Ia tak pernah membayangkan jika kini ia dapat melihat kakak nya yang selalu ada untuknya di sampingnya dengan wajah ceria kini nyata nya justru tak dalam kondisi baik, terlebih sang kekasih yang sama tak baiknya.
Jimmy benar bahwa ia tak boleh lengah karena dua orang kesayangannya membutuhkan dirinya.
Helaan nafas panjang keluar begitu saja dari belah bibir nya.
Rasa nya ia ingin memiliki kekuatan yang dapat memutar waktu kembali jika mengingat saat ini.
Hanya saja mustahil!
Tak mungkin ia dapat memutar waktu bukan?
Ia hanya seorang manusia biasa yang tentunya harus tegar menghadapi semua kenyataan yang ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [END]
FanfictionBerawal dari kehidupan seorang pemuda yang terasa monokrom-tak berwarna sedikit pun, di dukung dengan lingkungan yang membentuk pribadi nya menjadi disiplin, kaku dan acuh. Tak menyangka akan mendapatkan sebuah kesempatan untuk membalas 'hutang bud...