|||
"Kau baik-baik saja ?"
"Yes, i'm good"
"Maaf bukan aku lancang tapi aku memperhatikan perubahanmu selama dua hari ini, kau tak begitu fokus dengan pekerjaanmu lisa. Hey stop ! Lihatlah bahkan kau hampir menandatangani ditempat yang salah"
Sialan, aku benar-benar kehilangan fokusku. Selama dua hari ini aku masih mencari keberadaan grandma namun aku tak mendapatkan apapun, aku sudah menghubungi kerabatku di Thailand namun ternyata grandma belum kembali ke Thailand, lalu kemana nenekku pergi. Dia bahkan tak ada di apartmenku, aku sudah memberitahukan semua pada irene juga daddy dan mereka pun sedang mengerahkan seluruh orang untuk mencari keberadaan nenekku. Grandma masih sehat ingatannya kuat, dia tidak mengidap alzheimer jika tersesat grandma pasti tahu jalan pulang. Tak mungkin aku mencari disetiap hotel bukan.
"Diana your hand"
"I'm sorry lisa"
Apa benar aku harus mencurigai diana seperti apa yang nini, kedua sahabatnya dan mommy katakan. Beberapa hari ini dia memang bersikap berbeda terlebih setelah kami benar-benar memutuskan untuk berteman.
Entah sengaja atau tidak dia menahan pergerakan tanganku, sebenarnya itu reflek sempurna saat aku hampir salah membubuhkan tanda tangan namun yang tak biasa adalah dia menggenggam kepalan tanganku terlalu lama, jika seseorang masuk dan menangkap pemandangan ini bisa berbahaya atau bahkan jika nini datang secara tak terduga dengan botol air mineral ditangannya, mungkin dia akan menyiram kami seketika.
Aku bergegas menyelesaikan tanda tanganku dilembar berkas terakhir dan diana meraih berkas menggeserkan tubuhnya kembali berjarak denganku. Tadi itu jarak terdekat, sungguh dia duduk tepat disamping tubuhku.
Aku memang sedang menyelesaikan cukup banyak pekerjaan, aku meminta diana untuk bekerja diruanganku menyelesaikan semuanya, kami memang duduk disofa yang sama namun cukup berjarak, dia duduk disisi sofa kanan dan aku disisi sofa kiri, ini cukup aman bukan.
"Biar kutebak, pasti kau merindukan anakmu ? Jika itu membuat semangatmu kembali maka pulanglah lisa, biar aku yang mengerjakan sisanya"
Diantara dua hal berharga dihidupku yaitu pasanganku dan anakku mengapa diana tak mengatakan keduanya, dia bisa mengatakan pasti kau merindukan istri dan anakmu atau keluargamu, bukankah itu lebih masuk akal.
"Bukan hanya anakku tapi aku rindu wanita yang melahirkannya. Dalam waktu terburukku hanya mereka terutama jennie yang mampu membuatku tertawa dan mengembalikan semangatku. Kau benar diana, aku sedang tak baik-baik saja memang ada hal yang sedang aku pikirkan"
Dia tersenyum tipis dengan anggukan kepala namun matanya hanya fokus pada layar laptop, entah dia sengaja tak memperdulikan ucapanku atau tidak tapi sebaiknya aku memang lebih mengawasinya, diana tampak mencurigakan jika aku membawa nama jennie dalam pembahasan kami.
"Kau bisa berbagi denganku lisa, mungkin saja dengan sedikit bercerita akan meringankan sedikit beban pikiranmu atau mungkin saja aku bisa memberikan solusi untukmu, if you don't mind tapi aku tak memaksa, ingatlah kita teman"
Benar bukan, dia sama sekali tak tertarik jika aku memasukkan pembahasan jennie didalam perbincangan kami, dia bahkan mengabaikan ucapanku sebelumnya dan tak ingin membahas lebih panjang. Tapi tawarannya tak bisa ku abaikan, diana memang pendengar yang baik meski tak selalu bisa memberikan solusi, itu lebih dari cukup untukku. Baiklah lupakan terlebih dahulu tentang kecurigaanku terhadap diana karena grandma lebih penting sekarang, bukankah dia cukup dekat mengenal grandma mungkin saja mereka sempat berkomunikasi sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passenger Princess - JENLISA GxG
FanfictionInside fun of Jenlisa Boss Nini Bear