Mimpi atau Ingatan?

522 43 1
                                    

“ya ampun, kepala ku sakit sekali.”

Gempa mengaduh kesakitan setiap kali teringat dengan orang yang ia temui dimimpinya. Apakah mereka memiliki hubungan dengannya dimasa lalu atau tidak? Itu yang selalu Gempa pikirkan.

Gempa akhir-akhir ini sering tidak fokus dengan kuliahnya karena selalu teringat dengan orang yang menculiknya.

TOK! TOK! TOK!

Bunyi ketukan menyadarkannya. Gempa memeriksa siapa yang datang sebelum membukakan pintu rumahnya. Setelah dirasa aman, Gempa membuka pintu rumahnya mengijinkan orang yang mengetuk pintunya untuk masuk.

“Gempa, bagaimana dengan kabar mu?” tanya orang tersebut. Orang tersebut adalah Laut. Orang yang membantunya sampai sekarang.

Laut adalah pemilik perusahaan yang lumayan besar. Laut tidak jarang membantu Gempa untuk bertahan hidup. Mulai dari rumah, sekolah, dan kebutuhan hidup.

Gempa juga bukan orang yang senang bergantung dengan orang lain. Oleh karena itu, setelah lulus SMA Gempa mendapatkan beasiswa kuliah atas usahanya.  Gempa juga berkerja sampingan sembari kuliah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Karena itu, Gempa sudah mulai jarang berjumpa dengan Laut selama dua tahun belakangan ini.

“aku baik. Yah, walaupun sering dilanda pusing oleh tugas kuliah.” Ucap Gempa menjawab pertanyaan Laut. Gempa meletakkan segelas teh sebagai suguhan untuk Laut yang datang kerumahnya.

“bagus lah. Aku sempat dengar berita bahwa kamu diculik oleh anak fakultas  lain dikampus mu. Karena itu, aku kesini untuk memastikan apakah kamu baik-baik saja.” Laut menghela nafas lega. Melihat Gempa yang baik-baik saja.

Laut sudah menganggap Gempa sebagai saudaranya, karena itu ia takut kalau Gempa kenapa-napa.

“eh, berita? Bagaimana kau bisa tahu? Aku tidak mendengar ada berita apa pun tentang itu.” Tanya Gempa bingung. Alisnya sudah bertaut tanda ia berfikir.

“jadi benar kamu diculik? Yah, aku sempat membaca beritanya saat aku sedang makan siang dikantor. Sebelum beritanya dihapus dari seluruh media.” Jelas Laut. Laut menatap Gempa meminta penjelasan.

Gempa menghela nafas berat. Dan mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

“um, mereka tidak menyakiti ku. Mereka hanya bertanya siapa nama ku, itu saja. Walaupun cara bertanyanya sedikit tidak menyenangkan dengan cara mereka membiusku. Tapi selain itu, mereka tidak menyakiti ku.” jelas Gempa pada Laut.

Laut mengangguk mengerti. Namun, ada hal yang membuatnya aneh.

“mereka sangat mirip dengan mu? Dari atas sampai bawah?”

“iya, mereka sangat mirip dengan ku. Tapi sepertinya aku bisa membedakan mereka.” Laut menatap Gempa. Ada hal yang masih mengganjal hatinya.

“apa kamu tidak berfikir bahwa kamu memiliki saudara kembar sebelumnya? Atau mungkin kamu sepertinya merasa pernah mengingat tentang mereka?” tanya Laut.

Gempa tertawa kecil. “aku merasa seperti layaknya bercermin dirumah. Itu yang lebih cocok untuk menggambarkan tentang apa yang aku fikirkan saat ini.” mendengar itu Laut itu tertawa.

Jawaban Gempa ada benarnya. Bercermin, itu mungkin cocok untuk menggambarkan pikiran Gempa saat ini.

Gempa dan Laut berbincang hingga matahari mulai menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Ketika urusan Laut telah selesai, Laut berpamitan untuk pulang.

“aku pulang dulu. Jagalah dirimu. Jika butuh sesuatu, kamu bisa menelefon ku.” Laut pergi meninggalkan rumah Gempa dengan mobil mewahnya. Saat Laut sudah menghilang dari pandangannya, Gempa masuk kedalam rumahnya.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now