Duri Pingsan

502 43 9
                                    

Gempa berlari menuju taman kampus. Dia harus sampai lebih cepat untuk menyerahkan jurnalnya kepada bu Mala. Gempa terus berlari hingga ia menabrak seseorang.

BRUK!

Gempa terjatuh saat bertabrakan dengan orang tersebut.

“maaf,” Gempa berdiri ketika orang tersebut mengulurkan tangannya. Gempa masih fokus pada bajunya yang kotor.

“Duri, kenapa kamu lama sekali? Cepatlah!”

Gempa merasa familiar dengan nama tersebut. Dia mengalihkan matanya dan menatap orang yang membantunya. Duri, ya, orang yang membantunya bernama Duri. Orang yang berada didalam mimpinya. Yang sedang mengenalkan dirinya didalam mimpinya.

“ah, tidak masalah.” Gempa menatap manik mata Duri. Tatapan polosnya sangat khas, karena itu ia bisa langsung membedakannya dengan yang lain.

“Duri, ayolah. Kenapa kamu mematung begitu?” yang menemaninya menarik tangannya, melihat orang yang Duri tatap. Orang tersebut mengenal Gempa, karena Blaze dan Solar yang menjelaskannya saat mereka makan bersama malam itu.

Duri malah jatuh pingsan saat tatapannya terputus. Orang disebelahnya jelas panik karena Duri yang tiba-tiba pingsan saat melihatnya.

“Duri, bangun Duri.” Orang tersebut membopong Duri digendongannya. Gempa ingin membantu, ada secuil perasaan dihatinya rasa untuk membantu Duri, tapi ia harus menyerahkan jurnalnya kepada bu Mala.

Tiba-tiba orang tersebut berteriak memanggil seseorang. “Blaze, kemarilah! Bantu aku. Duri pingsan.” Orang tersebut berjalan kearah orang yang ia panggil.

“loh, Duri kenapa bisa pingsan, Fan?” tanya orang yang dipanggil dengan nama Blaze itu. “aku tidak tahu, dia tiba-tiba pingsan.”

Gempa mengenali orang yang dipanggil dengan nama Blaze itu. Dia yang memaksanya untuk memberi tahu namanya.

Blaze menatap kearah Gempa. Sepertinya ia tahu apa penyebab Duri tiba-tiba pingsan. Karena, kemarin saja Duri tiba-tiba oleng saat mereka memaksa Gempa memberi tahu namanya.

“ah, Gempa ya? Taufan, itu Gempa yang kemarin aku beritahu pada mu.” Ucap Blaze pada Taufan yang menunjuk Gempa.

Orang yang dipanggil “Taufan” oleh Blaze menoleh kebelakang. Tanpa Blaze kenalkan dua kali dia sudah tahu. Taufan tersenyum ramah kepada Gempa.

“hai, Gempa. Maafkan Duri ya karena tiba-tiba pingsan hehe.” Taufan menyengir kepada Gempa. Gempa hanya tersenyum kikuk merespon ucapan Taufan.

“tidak apa-apa. Em, aku ada urusan penting sama dosen ku. Aku pergi dulu ya,” Gempa berpamitan kepada mereka. Taufan dan Blaze mengangguk mengijinkan Gempa pergi.

Gempa berlari pergi setelah berpamitan. Ia canggung, dan juga kepalanya, “ugh, sakit.” Gempa berlari sembari memegang kepalanya tepat dibekas jahitan. Gempa harus bertemu dengan dosennya terlebih dahulu sebelum pulang.

---

“jadi, orang itu namanya Duri.”

Gempa kembali melamun didepan minimarket. Dia duduk karena lelah berlari seharian dan juga kepalanya yang kembali berdenyut. Setelah menyerahkan jurnalnya kepada bu Mala, Gempa terus berjalan menuju minimarket terdekat untuk mengistirahatkan tubuhnya.

“eh, Gempa. Kita ketemu lagi.” Sapa seseorang padanya. Gempa tersadar dari lamunannya terus mendongak melihat siapa yang memanggilnya.

“eh, Yian. Iya, kita ketemu lagi.” Orang yang menyapanya adalah Yian, orang yang disuruh oleh bu Mala untuk menyampaikan tugas kepada Gempa.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now