Warisan

266 29 39
                                    

"Selamat pagi, Tn. Angkasa. Saya kesini untuk berbicara hal penting dengan anda." Laut berdiri tegap diambang pintu ruang kerja Angkasa. Angkasa yang tengah sibuk itu langsung memalingkan kepalanya dari pekerjaannya kearah Laut.

"Ya, silahkan!" Angkasa mempersilahkan Laut untuk duduk. Sepertinya memang ada hal penting yang akan dibicarakan.

"Jadi, urusan saya datang kemarin untuk mengembalikan saham yang sudah anda jual ke ayah saya. Ini juga atas permintaan Gempa sendiri dari awal," Laut bicara mengenai saham perusahaan Raenggae Company.

"Mengembalikan?" Tanya Angkasa. Laut mengangguk.

"Ya. Saham yang anda jual kepada ayah saya akan saya kembalikan sepenuhnya kepada anda." Laut menunjukkan berkas surat perjanjian dihadapan Angkasa.

"Dan sebagai gantinya, Gempa menyetujui adanya kerja sama antara Pashaka's Company juga Raenggae Company."

---

"Bagaimana kau bisa tau Yana yang mewariskan gangguan psikopat itu?" Tanya Ais tak henti-henti kepada Blaze. Blaze menatap Ais kesal.

"Ya, bagaimana lagi? Dia menikah dengan keluarga Deeparco yang jelas-jelas tidak diperbolehkan menikah dengan pihak musuh." Jelas Blaze. "Keluarga Deeparco yang selamat saat itu hanya Hamam. Kau yakin peraturan itu masih dipakai?" Tanya Ais lagi.

"Yang namanya peraturan, tetap peraturan, Ais. Hamam dulu pasti saat ini hidup dengan keluarga Pashaka. Jadi, kemungkinan peraturan itu ada sampai sekarang masih 80% ada." Jelas Blaze. Ais mengangguk mengerti.

"Tunggu! Bagaimana kau bisa membuat kak Yana mengaku?" Tanya Blaze penasaran. Ais mengendikkan bahunya tanda tak tahu.

"Instingku hampir semuanya benar," kata Ais. Blaze berseru tak percaya.

"Psikopat itu, sukanya memperbanyak keturunan. Agar dirinya tidak merasa berbeda sendiri. Begitu pula orang psikopat juga berusaha untuk menjadikan seseorang untuk menjadi sepertinya. Seperti Hali misalnya. Hali itu nasibnya sama seperti tante Rena. Dan orang itu akhirnya merentangkan tangannya untuk membuat Hali nyaman sampai si Hali berniat untuk menghancurkan orang yang menghancurkan tante Rena," Jelas Blaze panjang lebar.

"Sayangnya, tante Rena salah prediksi. Dan kita menang. Makanya, orang seperti itu layak untuk dimusnahkan dan dirayakan kematiannya." Lanjut Blaze yang membuat Ais mengetuk kepala kakak kembarnya itu.

"Kau yang psikopat!" Hardik Ais. "Kelakuan ku memang agak laen, tapi aku sudah periksa ke psikolog dan ternyata aku normal," balas Blaze.

"Cih, periksa apanya?" Tanya Ais tak percaya. "Bener! Aku periksa karena terlalu mendalami film thriller sampe siapin popcorn dan ketawa ngikngik. Jadinya aku periksa tapi aku masih punya empati ternyata,"

"Empati apanya?" Ais tak percaya sedikit pun!

Blaze mengendikkan bahu malas ditanyai terus menerus. "Kalaupun psikopat, tidak semua psikopat membunuh seseorang. Ada orang psikopat yang ternyata dirinya tampak normal, dan tidak pernah membunuh siapa pun. Karena itu, ingat kata pepatah, don't judge book by it's cover!"

Ais menghela nafas lelah. "Baiklah, baiklah!" Setelahnya Ais kembali tidur, malas berdebat. Tanpa sadar ada Hali yang mendengar percakapan mereka didepan pintu yang sedikit terbuka itu.

---

"Kenalin, ini Hannie Yang! Dia calon ku!" Seru Laut senang kepada saudara adiknya. Blaze, Taufan, Duri matanya terbelalak tak percaya. "Heh, beneran ini calon mu?" Tanya Taufan. "Aku tak percaya!" Seru Duri. "Dia spek bidadari begini menjadi calon si Laut? Bapak-bapak lagi!" Seru Blaze mengejek Laut.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now