Masa Lalu Rena atau Yana?

355 35 4
                                    

⚠Warning! Rate 18+!⚠
Tidak ada adegan yang iya-iya, cuma sekadar penjelasan. Diharapkan bijak dalam membaca, ya!

---

"Yana?"

Yana melangkah melalui banyak sel tahanan yang berjejer. Banyak macam orang-orang yang memiliki masalah. Yana meringis kecil melihat kumpulan para tahanan.

"It's been a long time i finally meet you, mother. (Setelah sekian lama akhirnya aku bertemu kamu, ibu.)" Yana menyapa salah seorang dibalik jeruji itu. Seseorang yang ia sangat nanti kan kehadirannya, tapi sayangnya tidak menginginkannya.

"You're growing up so fast. Now you finally got pregnant. How are you, Yana? (Kau tumbuh besar dengan cepat. Sekarang akhirnya kau hamil. Bagaimana kabar mu, Yana?)" Tanya orang itu balik. Yana tersenyum miris.

"You ask me how i am right now? Why not a decade ago you ask me? (Kau bertanya bagaimana kabarku saat ini? Kenapa tidak satu dekade lalu kau menanyakan ku?)" Tanya Yana balik.

"Until now, you still my daughter, Yana. Whenever i ask you 'bout your feelings, it's not important. (Sampai sekarang, kau masih anak ku, Yana. Kapan saja aku menanyakan tentang apa yang kau rasakan, itu tidak penting.)" Ujar wanita itu. Yana menahan tangisnya. 10 tahun lamanya ibunya pergi meninggalkannya, baru sekarang ia menemukannya.

"Why you could do that, mom? He is my brother, (Kenapa kau melakukan itu, Bu? Dia saudara ku,)"

"Not, He's not your brother! Kalian hanya saudara angkat. Sesaat setelah kau melangkah keluar dari rumah itu, kau bukan saudaranya lagi." Jawab wanita itu.

"But they,"

"Stop! Jangan bela mereka." Wanita itu menutup telinganya tidak ingin mendengar kata-kata membela apa pun.

"Aku tidak ingin ada hubungan apa pun dengan mereka lagi. Jangan pernah membahasnya dihadapan ku!" Lanjutnya.

"Alright! I'll go home now. My husband are waiting me right now. (Baiklah! Aku akan pulang sekarang. Suami ku sedang menungguku saat ini.)"

"Okay, thank you for visit me today. (Oke, terimakasih atas kunjungan mu hari ini.)"

Yana melangkah keluar begitu saja setelah percakapan tanpa landasan dan kejelasan itu, dia tidak bisa menahan air matanya sendiri saat melihat keadaan ibunya yang begitu berantakan.

Yana melihat Gara yang menunggunya. Tanpa berjalan lama, ia langsung menubruk memeluk suaminya itu dan menangis dipelukannya. Yana menggeleng kuat.

"Aku, aku tidak bisa melihatnya lebih lama, Gar. Aku tidak kuat!" Yana menepuk dada suaminya, ia tidak tahan, rasanya menyakitkan.

"Tidak ada yang mampu melihat darah dagingnya sendiri dalam keadaan menyedihkan, Yana." Ujar Gara menepuk punggung Yana berusaha menenangkan istrinya itu.

"Aku dengar Gempa sudah membaik, aku ingin bertemu dengan mereka, Gara." Gara mengangguk membantu Yana berjalan masuk kedalam mobil dan bergegas menuju rumah sakit tempat Gempa dirawat.

---

"Gempa!" Seru Yana melihat Gempa yang duduk diatas ranjangnya. Mata Gempa berbinar melihatnya.

"Kak Yana akhirnya kau datang!" Seru Gempa dengan mata berbinar, ia merindukan saudara angkatnya satu ini. "Apa kabar mu?" Tanya Yana. Gempa tersenyum ramah. Sejak kembali pulang kerumahnya, ia kembali menjadi dirinya yang dulu. Sangat ramah kepada siapa pun.

"Aku baik-baik saja, kecuali disini." Gempa menunjuk bahu kanannya yang tertutupi lengan bajunya. Yana tersenyum menanggapinya.

"Kau hebat di persidangan kemarin, Gem!" Seru Yana kagum dengan apa yang Gempa lakukan kemarin, walaupun miris dia harus menahan gejolak air matanya.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now