Berita Hangat

337 33 5
                                    

"Dikabarkan jam setengah lima tadi sore, seorang lelaki berinisal K membunuh istri dan temannya yang terciduk bercumbu bersama. Istrinya yang berinisial S dikabarkan tengah berselingkuh dengan temannya yang berinisial D. Diduga pelaku memenggal mereka berdua saat tengah bercumbu mesra."

Suara narator di TV terdengar di warung yang saat ini mereka berenam gunakan untuk nangkring bersama.

"Ngeri juga yaa,"

"Weh, ngeri banget." Seru Duri menutup mata kala keadaan korbannya ditunjukkan.

"Bisa-bisanya ditampilkan disini, tidak cocok kalau ditonton anak kecil," Kata Solar. Solar menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Eh, kalau begitu berarti termasuk kasus pembunuhan, ya?" Tanya Blaze. Solar dan Ais mengangguk bersamaan.

"Namanya menggal kepala orang, ya termasuk pembunuhan, Blaze. Kali aja kau dipenggal tapi pelakunya malah masuk kasus pencurian, aneh itu." Oceh Taufan. Blaze memangut paham.

"Ohh, gitu ya, berarti kalau masuk kasus pembunuhan, artinya Gempa satu sel tahanan sama orang itu, dong?" Tanya Blaze yang membuat mereka berenam sama-sama berfikir.

"Blaze, bisa tidak jangan buat orang malah overthingking!" Peringat Hali yang membuat Blaze diam menjulidi kakak kembarnya itu.

"Yah, kan cuma penasaran,"

"Ya, berarti Gempa harus cepat keluar dari sana biar tidak berteman dengan orang-orang yang seperti itu." Sahut Ais. Taufan mengangguk kuat paling setuju dengan perkataan Ais.

"Benar tu!"

"Ya, ampun! Kasihan kak Gempa!" Seru Duri. Dia masih ngeri dengan berita tadi.

"Btw, 2 hari lagi Gempa disidang di pengadilan. Kita semua harus datang!" Ucap Taufan yang diangguki oleh mereka semua.

"Siapa yang bakal jadi saksi?" Tanya Ais. Mereka semua saling pandang, tapi Taufan memutuskan kontak mata lebih dahulu.

"Nanti kalian tau," Kata Taufan.

"Gempa memang bandel. Padahal kemarin aku menawarkan pengacara padanya, tapi dia menolaknya. Aku, kan jadi kepikiran," Oceh Taufan.

"Gempa yakin?" Tanya Ais. Taufan mengangguk pasrah. "Kata Gempa gitu, ya aku bisa gimana lagi," ucap Taufan. Ais mengangguk mengerti, "Kak Gem itu memang agak susah dikasih bantuan. Padahal sudah bilang tidak ngerepotin," kata Ais.

"Jadi, kalian mau sidang tanpa persiapan sedikit pun? Bagaimana mau menang?" Tanya Hali. Semuanya terdiam, memang benar yang Hali bilang. Jika tanpa persiapan, bagaimana mereka bisa menang melawan ayahnya?

"Urusan itu aku yakin Gempa sudah mengusahakan, aku yakin betul dia akan menang." Ujar Blaze. Halilintar menatapnya. "Bagaimana caranya dia menang?"

Blaze mengendikkan bahu tidak tahu. "Itu apa kata Gempa, kita hanya ikut alur."

---

"Gempa, kenalin ini Hamam Deeparco. Dia ini pengacara andalan ayah ku." Ucap Laut mengenalkan seorang pengacara.

"Aku harap kalian bisa kerja sama. Oh, iya, om Hamam, ini Gempa. Jangan bilang ke ayah, ya, kalau saya pakai om Hamam sebagai pengacara Gempa." Oceh Laut yang hanya dihadiahi anggukan oleh Hamam.

Gempa mendekat ke telinga Laut dan berbisik. "Pengacaranya keren, kaya yang di novel atau film-film itu. Tegap. Rambut kriwulnya lucu kaya di India-India." Bisik Gempa sedikit terkekeh. Laut mendelik tidak percaya.

"Jangan rambut shamming, Gem!" Bisik Laut balik. Gempa terkekeh senang, orang dihadapannya ini lucu sekali.

"Kami disini mau wawancara kamu, Gem. Jangan banyak bercanda!" Ujar Laut yang membuat Gempa diam.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now