Berkunjung

288 36 1
                                    

"Taufan tidak masuk?"

"Iya, ya? Yah, tidak bisa lihat mas Taufan deh."

"Dengar-dengar si, Taufan tidak masuk karena mengurus kasus Gempa."

"Ngerepotin banget tu anak,"

"Benar!"

Gosip-gosip terdengar ditelinga Blaze dan Duri yang tengah berjalan bersama. Blaze sendiri sudah mengepalkan tangan kesal, ia tidak suka saudaranya dijadikan bahan gosip yang tidak-tidak.

"Duri, mereka kenapa mengesalkan begitu? Bibir mereka sepertinya tidak pernah disekolahkan," Kesal Blaze berceloteh kepada Duri.

Duri memanyunkan bibirnya juga ikut sebal. "Bibir mu juga seperti tidak pernah disekolahkan, kak Blaze." Jawab Duri yang memukul telak hatinya. Blaze menyentuh dadanya seakan merasa tertusuk.

"Rasanya tertohok sekali, Dur." Ujar Blaze yang membuat Duri mendelik. "Lebay kak. Nanti Duri pantunin,"

"Asik, pantunin abang, dong, Dik!" Seru Blaze. Duri tersenyum miring menatap Blaze.

"Abang Blaze Abang Taufan,"

"Cakep!"

"Ada duda minta dilamar."

"Cakep."

"Abang Blaze cakep lahir batin,"

"Woh, iya dong,"

"Tapi sayangnya lebih cakepan Abang Halilintar."

"Baku hantam yok, Dur!"

"Hahahah! Tapi masih cakepan Duri dari pada kak Hali, sih." Duri tertawa puas telah menjahili Blaze, Blaze yang kesal pun mengejarnya. Jadilah adegan kejar mengejar seperti di drain drain (Drama India).

"Jaga-jaga kau, Duri!" Blaze terus mengejar Duri sampai Duri berhenti sejenak. Baru saja Blaze akan menghajar Duri, Duri menahannya.

"Duri punya pantun lagi," Ucap Duri. Blaze pun mengurungkan tangannya yang akan memukul Duri.

"Tidak jahil lagi kan?" Tanya Blaze memastikan. Duri mengangguk.

"Okeh."

"Dua tiga burung pipit bersenam,"

"Cakep."

"Bang Blaze lihat mereka disana?" Duri menunjuk dua orang yang berada di salah satu tempat duduk di pojok kampus. Mereka tidak hanya berdua, ada satu orang yang lebih dewasa bersama mereka.

Blaze menarik Duri bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Masalahnya mereka itu Faro dan Yian. Yian adalah kenalan Blaze saat ospek 2 tahun lalu.

Yian dikenal dengan kepintarannya yang membuatnya berhasil masuk kuliah 2 tahun lebih cepat daripada anak seumurannya.

"Kenapa kak?" Tanya Duri penasaran. Padahal dia cuma ingin menunjukkan Yian yang merupakan kenalan Blaze, tapi Blaze malah menariknya untuk menguping.

"Shtt, nanti mereka dengar,"

"Memangnya kenapa?"

"Aku kaya pernah lihat orang yang mukanya tampak lebih tua itu," Celetuk Blaze. Ia merasa pernah melihat wanita itu, tapi dimana?

"Memangnya kau pernah menginginkan ku? Tidak kan?"

"Apa yang merasuki dirimu, Faro? Sudah seberapa jauh kakak tiri mu itu mengajarimu melawan ku?" Omel wanita itu.

"Dia tidak ada hubungannya dengan mu!"

Plak!

"Little bastart!"

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now