Ingatan Yang Telah Terbuka

467 44 2
                                    

"eh, kamu tahu ga bu Nala sudah pulang? Dia akan mengajar kita sebentar lagi." Ucap temannya yang bernama Faro. Dia adalah anak pendiam hanya karena dia adalah wakil kelas hari ini dia jadi sering memberitahu info terbaru.

"beneran Faro? Kamu ga lagi bercanda kan?" tanya anak kelasnya yang lain memastikan. Faro mengangguk mantap. "tadi aku liat beliau diantar sama suaminya, pak Angkasa."

Gempa merasa familiar dengan anak itu. Angkasa siapa? Seluruh anak kelas menatap Gempa meminta kepastian sebagai ketua kelas. Gempa mengangguk. Memang benar bu Nala akan mengajar hari ini, tidak digantikan oleh dosen lain seperti sebelumnya.

Hanya saja Gempa baru mengetahui tentang siapa suami dosennya itu. Dia merasa familiar dengan nama Angkasa itu.

Kelas hari ini sudah selesai. Gempa pergi keluar bersiap untuk pulang. Gempa merasa kepalanya berdenyut sakit saat sedang terpikirkan tentang siapa orang yang bernama 'Angkasa' itu.

Gempa pulang langsung kerumahnya, merebahkan kepalanya. Sebelum tidur Gempa meminum obat pereda nyeri agar kepalanya tidak berdenyut lagi, setelahnya Gempa mulai memasuki alam mimpi. Mimpi yang selalu sama dalam dua minggu ini, lebih tepatnya satu bulan lebih jika dihitung sebelum bertemu dengan mereka.

Mimpi tersebut datang semenjak berita bahwa Gempa memiliki kembaran dibeberapa jurusan berbeda. Gempa selalu dihantui oleh berita tersebut sampai orang yang dimaksud datang kedalam mimpinya.

Gempa terbangun dengan nafas yang tersenggal-senggal. Mimpi itu seram sekali.

Pada kenyataannya mimpi adalah refleksi dari memori setiap orang. Mimpi juga adalah bentuk emosi dari setiap orang.

Banyak orang yang mengatakan bahwa setiap mimpi memiliki makna, jelas itu tidak masuk akal jika kita berbicara menurut logika.

Karena jika menurut logika, tidak mungkin mereka memimpikan orang lain secara jelas jika kita tidak pernah bertemu dengan orang tersebut. Memori tersebut bercampur menjadi satu semenjak kita membuka mata saat lahir.

Mimpi bisa karena refleksi dari imaji mereka. Bertemu dengan orang asing yang sangat menyayanginya atau memiliki rumah mewah bertingkat-tingkat dan mereka hidup bergelimang harta yang sejatinya itu adalah imajinasi mereka saat bangun. Hanya saja rasanya terlihat lebih nyata dari pada apa yang mereka imajinasikan.

Mimpi bukan bunga tidur jika kita berbicara tentang mimpi yang memiliki makna. Itu tergantung emosi yang mengalir dalam diri. Tentang apa yang orang tersebut kejar, tentang apa yang mereka rasakan dan mereka ingin kan. Itu lebih masuk akal, dari pada maksud memiliki makna.

Manusia juga memiliki intuisi alam bawah sadar. Alam bawah sadar kita memberi kata warning melalui mimpi jika kita sedang akan jatuh. Dan memberi petunjuk saat kita akan bangkit. Itu adalah hal yang normal. Karena itu mimpi disebut memiliki makna.

Gempa mengambil air untuk minum. Dia termenung. Ingatannya kembali begitu saja. Gempa fikir ingatannya akan kembali seperti dinovel-novel, ternyata ingatannya kembali melalui mimpinya. Tanpa embel-embel koma dan lainnya.

Angkasa, Gempa sudah tau siapa orang itu. Orang yang membuatnya jauh dari saudaranya. Lalu, kenapa mereka juga bisa tidak mengingat Gempa? Apakah mereka sudah seasing itu sampai mereka tidak mengingat Gempa sebagai saudaranya.

Gempa terkekeh miris. Luka lamanya kian kembali. Luka yang tiba-tiba menggores relung hatinya begitu saja tanpa peringatan apa-pun, kini Gempa bukan anak 15 tahun lagi yang sering sakit-sakitan. Fisiknya sudah terlatih, tidak selemah dulu.

Tapi Gempa tahu, saudaranya tidak salah. Mereka hanya kemakan hasutan saja. Gempa masih saja berusaha berfikir positif saat hatinya sudah terluka kembali. Siapa Nala? Istri barunya kah? Apakah posisi ibunya berganti dihati ayahnya dengan begitu cepat?

Tapi Gempa tidak bisa mengambil kesimpulan terlalu cepat, Gempa saja masih belum bertemu dengan ayahnya sama sekali semenjak 5 tahun lalu.

---

"kak kita rawat bunga ini sama-sama ya?" seorang anak kecil berumur sekitar 7 tahunan datang dengan pot berisi mawar kuning, itu Duri kecil. Duri memanggil enam anak kecil lainnya yang tampak mirip dengannya. Enam anak itu menoleh menatap Duri yang membawa pot berisi bunga mawar kuning.

"ih, bunganya bagus Duri. Kita tanam bersama-sama ya?" salah satu anak yang dipanggil tadi menoleh, menatap adiknya dengan antusias. Itu Gempa. Halilintar, Taufan, Blaze, Ais, Solar mengangguk lucu.

Mereka bergotong royong menanam mawar lainnya bersama-sama. Duri dan Gempa berkerja sama untuk memindahkan mawar kuning tersebut kedalam pot yang lebih besar. Duri mengisi tanah dan pupuk sebelum memasukkannya kedalam pot besar itu.

Gempa bertugas menanam dan menyiramnya. Gempa tersenyum antusias melihatnya. Bunga mawar ini berwarna kuning keemasan. Warnanya paling indah dari warna mawar lainnya. Tiba-tiba Angkasa dan istrinya datang melihat 7 anak kembarnya itu dengan perasaan bahagia. Angkasa membantu anak-anaknya mendesain tamannya menjadi lebih apik.

Sedangkan bundanya berfikir hal lain. Bunda mereka mengambil cat minyak berwarna kuning keemasan sesuai dengan warna bunga mawar tersebut.

Wanita tersebut mengecat pot besar yang berisi mawar kuning dengan telaten. Keluarganya yang lain menatap bundanya yang sedang mengecat pot dengan tatapan kagum. Bundanya mahir sekali mewarnai hidup mereka.

Setelah selesai dicat, wanita tersebut menaruh pot besar tersebut. Mereka sangat antusias melihatnya. Taman indah milik Duri menjadi lebih indah dari sebelumnya. Dilengkapi dengan perasaan hangat keluarga membuat taman tersebut sangat indah nan asri. Mereka bercanda tawa seakan dunia ini hanya milik mereka. Lengkap sudah keharmonisan keluarga tersebut.

"Gempa harap, kebahagiaan ini tidak akan pernah hilang." Ucap Gempa kepada mereka. Mereka semua mengiyakan dan mendoakan harapan Gempa, harapan mereka semua.

"Duri punya lagu. Duri buat sendiri waktu disekolah," Seru Duri pada mereka. Mereka semua menatap Duri penasaran. "kalian semua ikutin Duri bernyanyi ya." Duri mulai bersenandung kecil. Mereka semua mengikuti.

Aku merasakan apa yang kalian rasakan

Kita adalah keluarga

Duri mengambil nafas pelan sebelum melanjutkan liriknya.

Keluarga...

Tempat kita pulang

Tempat kita bersandar

Perlahan bunda mereka menitikkan air matanya, anaknya sangat mampu mengambil hatinya.

Bahkan saat ingatan terhapus

Aku, kamu, kita akan tetap bersama

Kita terikat

Walau kebencian menguar didalam dada

Kita akan terus bersama

Lagu tersebut terhenti yang Duri senandung kan berhenti, sudah selesai. Mereka juga berhenti ikut bersenandung dan bertepuk tangan bangga dengan Duri yang pandai membuat lagu.

Mereka semua menikmati kebersamaan tanpa tahu bahwa kedepannya ada hal mengerikan yang menunggu mereka, dan akan merenggut kebahagiaan dan kebersamaan mereka.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now