Drama Septutwin

419 40 14
                                    

PLAK!!

Bayangin, baru masuk cerita aja sudah ada adegan tampar.

"Beraninya kau menampar Gempa, hah!" Teriak Taufan kepada Hali yang memegang pipinya sehabis ditampar.

"Fan, kau!"

"Apa? Kau pikir aku takut heh?" Ujar Taufan kesal. Blaze tersenyum antusias.

"Tampar lagi lebih keras, Fan!" Seru Blaze senang. Taufan mendelik ke arah Blaze menyuruhnya untuk diam.

"Aku kan cuma dukung kubu Taufan, kenapa dipelototin juga?" Ujar Blaze dengan sedikit julid.

"Wah, baru sadar udah ada akting baru. Semangat aktingnya, kak Fan." Seru Duri senang. Solar menarik Duri menjauh dari perdebatan tiba-tiba itu.

"Ada apa dengan kau, hah? Kurang ajar asal main tampar!" Bentak Hali pada Taufan.

"Heh, kau pikir kau bisa seenaknya menampar Gempa, huh? Kau itu kakak yang tidak tau diri!" Ujar Taufan dengan nada yang masih sama tinggi.

"Aku tidak menampar Gempa sama sekali, Fan!" Teriak Hali marah. "Kau menamparnya dan menuduhnya pembunuh! Kau yang usir dia dari rumah ini! Kau orang brengsek ketiga setelah ayah dan Blaze!" Seru Taufan yang juga marah.

"Weh, weh, kenapa aku jadi sasaran terus?" Protes Blaze. "DIAM BLAZE!" Teriak Hali dan Taufan bersamaan.

"Lah?"

"Semangat kak Ufan! Sekalian selengket aja biar kapok!" Seru Duri yang membuat Solar memukul bibirnya untuk diam. "Bukan gitu sorakinnya, kalau gitu kurang nendang. Sorakinnya gini aja. TAMPOL LAGI YANG KERAS, HANTEMI PAKAI HOVERBOARD MU!" Seru Solar yang membuat satu ruang kamar inap itu menjadi senyap.

"Eh, kenapa?"

"KENAPA KALIAN SEMUA PRO TAUFAN?!" Halilintar marah dan mengambil sapu yang berada didekatnya.

"Sini kalian semua! Punya adik kurang ajar semua!" Seru Hali. Taufan menahan tangan Halilintar dan menendang tulang kering Halilintar yang membuatnya mengaduh kesakitan.

"Puas kan? Sekarang bawa balik Gempa! Dia adik kita Hali, saudara kita!" Titah Taufan.

Mata Halilintar menyipit menahan sakit ditulang kering kakinya. Ia menatap Taufan yang menatapnya seakan meminta pertanggung jawaban. Taufan yang ditatap begitu hanya memalingkan wajahnya kepada Halilintar.

"Kau mendapatkan ingatan mu, kan?" Tanya Hali yang masih memengang kakinya yang terasa nyeri. "Kalau memang aku sudah ingat bagaimana?" Tanya Taufan.

"Lalu kau menghakimi orang yang masih belum mengingat apa pun. Aku bahkan masih belum mengingat saat aku mengusir Gempa. Aku tidak mengingat itu sama sekali." Jelas Hali yang berkali-kali mengambil nafas untuk menahan emosinya.

"Yang perlu kau lakukan cukup bawa Gempa kembali kerumah dan hidup bersama seperti dulu. Selamatkan dia dari tekanan ayah." ujar Taufan.

"Kenapa kau tidak melakukannya sendiri? Bukankah kau lebih mengingatnya dari pada aku."

"Kau yang mengusirnya, kau yang harus membawanya kembali." Ujar Taufan. Ia membalikkan badan dan menatap Blaze. "Bantu Hali bawa Gempa pulang. Dan kau juga Solar." Ucap Taufan lalu menoleh menatap Solar.

"Aku?" Dahi Solar mengkerut bingung.

"Iya, siapa lagi?"

"Kenapa aku?" Tanya Solar pada Taufan.

"Karena kau dan Blaze yang paling mendukung keputusan kak Hali," Ucap Ais tiba-tiba.

"Aku dukung Hali? Oh gosh, sejak kapan aku jadi satu keputusan dengannya." Ujar Solar. Andai dia mendapat ingatannya kembali.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now