Eksekusi Mati

288 27 5
                                    

Halilintar dengan Blaze dan Ais datang setelah Taufan mengabarkan tentang Solar kepada Hali. Ais juga kaget saat Halilintar mengabarkan jika Solar melakukan selfharm. Blaze tampak biasa saja, tapi percayalah dalam hati dikhawatir luar biasa.

Selfharm sendiri adalah tindakan menyakiti diri sendiri akibat banyaknya tekanan yang membuat pelaku menyakiti diri sendiri untuk mendapatkan ketenangan. Biasanya orang yang biasa melakukan selfharm sering berfikir untuk membunuh diri sendiri karena tidak tahan dengan masalah yang mereka hadapi.

Seperti contohnya, Solar (didalam cerita ini). Ia melakukan selfharm dengan menggores lengan kirinya sendiri. Berdasarkan alasannya di bab sebelumnya, ia melakukan itu dikarenakan stress.

Nb : Jangan ditiru yaa! Hal seperti ini tidak patut untuk dinormalisasikan. Nanti Halilintar marah loh! :v

"Lar?" Blaze mendelik marah. Ia tidak percaya adiknya yang terkenal pintar juga teori-teori anehnya itu ternyata bisa sebodoh itu juga.

"Apa maksud lo buat barcode gitu, hah?" Solar diguncang-guncang oleh Blaze. Duri juga bingung, ia pikir Blaze akan menertawakan Solar karena bertindak bodoh begitu.

"Lo pikir keren buat begitu?" Lanjut Blaze mendorong Solar karena kesal. Ais menarik kerah belakang baju Blaze untuk mundur. Biar masalah itu urusan Hali.

"Kau tidak marah dengan kelakuan bodohnya itu, Ais? Dia bertindak gegabah, jir!" Ais menyentil bibir Blaze. Ia justru kesal dengan Blaze lama-lama.

"Bagaimana pun kesalnya, jangan ngumpat!" Seru Ais. Blaze kesal dengan respon Ais. Ais malah biasa saja dengan tindakan Solar yang dapat membahayakan dirinya sendiri.

"Kalau kau menyikapi hal ini dengan memarahinya, itu hanya akan membuatnya mengulangi kesalahannya itu, Blaze. Begitu saja kau tidak tau." Ujar Ais kesal. Solar menundukkan kepalanya. Jika Blaze saja semarah ini, apa lagi Halilintar?

Seperti perkiraannya, Halilintar berdiri dihadapannya dengan wajahnya yang memerah menahan amarah. Matanya menatap tajam Solar membuat anak itu nyalinya menciut.

"Tunjukkan tangan mu!" Pinta Hali. Takut-takut Solar menunjukkan lengan kirinya yang terdapat banyak goresan yang tampak masih baru kemarin. "Siapa yang mengajari mu melakukan ini?" Tanya Hali. Solar tetap diam tidak berani menjawab. Tindakan ini murni karena kebodohannya.

"Maaf," kata Solar.

"Kau hanya akan membahayakan diri mu dengan melakukan hal gila seperti ini, Lar."

"Kenapa kau melakukannya?" Tanya Ais. Ia mendekat menepuk pelan bahu Solar.

"Stress? Depresi?" Tebak Ais. Solar mengangguk. "Tak apa. Usahakan untuk tidak melakukannya lagi."

Meski Ais memberitahunya dengan lembut, tapi mata Halilintar masih menatap tajam padanya.

"Aku dengar dari Taufan. Seharusnya kau memberitahunya kepada ku lebih awal. Jika kau tidak nyaman mengatakannya padaku, kau bisa mengatakannya kepada Taufan atau Gempa. Atau yang lain. Jangan malah melakukan hal bodoh seperti itu lagi, jika tidak aku tidak akan memberikan uang jajan mu selama setahun penuh." Omel Hali. Solar mendelik kaget.

"Jangan uang jajan Solar!" Seru Solar.

"Makanya! Ini peringatan pertama dan terakhir! Berlaku juga untuk Solar dan yang lain. Jika sampai aku lihat ada kejadian seperti ini lagi. Dibagian tubuh manapun kalian menyakiti diri, uang jajan kalian tidak akan sampai ke tangan kalian selama setahun. Mengerti?!" Halilintar memperingati mereka semua. Mereka semua mengangguk mengerti.

"Ngerti!" Seru mereka kompak bersamaan.

"Itu juga berlaku untuk mu, Hali!" Lanjut Taufan yang juga memberi peringatan.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now