Sepatu Baru

211 26 20
                                    

Gempa baru saja pulang setelah berjalan-jalan sejenak, mencari angin. Ia membawa barang yang ia beli ditangannya. Ia memasuki pagar rumahnya dan menemukan sebuah mobil yang sedikit asing menurutnya.

Ia berjalan sampai didekat pintu rumahnya. Ia melihat Yana, kakak angkatnya itu baru saja keluar dari rumahnya. Mereka bersitatap sebelum akhirnya Yana yang berjalan kearahnya.

Gempa tersenyum melihat keberadaan Yana.

"Kak Yana! Kakak mampir?" Ujar Gempa berseru melihat Yana yang begitu sumringah melihatnya. Yana mengangguk antusias.

"Iya. Kau apa kabar?" Tanya Yana. Dapat ia lihat bahwa bahu kanan Gempa sudah bisa dibuat melakukan aktivitas sehari-hari.

"Aku baik. Kakak bagaimana? Aku pikir kau sudah pulang kemarin," kata Gempa. Yana tersenyum menanggapinya. "Aku baik! Belum, maunya si pulang kemarin, tapi karena ayah mengajak ku bertemu hari ini, jadi sekalian saja." Seru Yana. Gempa mengangguk mengerti.

Dibelakang, ia melihat seorang laki-laki asing yang sedang celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Blaze! Woy! Mane lu?" Seru orang itu. Setelah berteriak begitu, ia melihat Gempa. Dirinya berlari sedikit kearahnya. Ia menatap bingung kepada Gempa.

"Lu Blaze bukan?" Tanya orang itu. Gempa tersenyum memperkenalkan diri.

"Aku Gempa." Gempa mengulurkan tangannya kehadapan orang tersebut. Orang yang ia ajak berkenalan itu melebarkan matanya.

"Apa si, Gar? Dia ini Gempa, bukan Blaze."

"Lu Gempa? Wah, kenalin gue Gara. Suami kakak angkat lu. Duh, Yana sering banget nyeritain tentang lu! Kalian mirip banget sampe gue susah bedainnya. Btw, lu lihat si Blaze ga? Gue cari-cari kagak nemu," Gara menerima uluran tangan Gempa dan ikut berkenalan. Gempa tersenyum menanggapinya.

Gempa menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, dan menemukan Blaze. Kembarannya itu tengah duduk dipojok teras sembari memainkan Hp-nya.

"Itu dia!" Seru Gempa. Melihat itu, Gara bergegas menuju Blaze tak mengindahkan Gempa dan Yana yang tengah berbincang.

"Maaf, ya Gem? Gara orangnya memang gitu. Eh, Gem, aku nyusul Gara, ya? Kalau tidak disusul, bisa-bisa dia lupa waktu," celetuk Yana kala melihat Gara meninggalkannya menuju Blaze yang sedang bermain dengan Hp-nya.

Gempa mengangguk. Setelahnya ia masuk ke dalam menuju kamarnya.

"Wih, sepatu baru, ya?" Celetuk seseorang membuat Gempa menbalikkan tubuhnya. Itu Halilintar yang entah mau kemana berpapasan dengannya.

"Hem, tadi aku lihat diskonan. Harga awalnya 1 jutaan lebih, dan di diskon jadi 500 ribu. Makanya aku beli," ucap Gempa. Halilintar mengangguk melihat-lihat sepatu yang Gempa beli.

"Bagus. Warnanya pas dengan mu." Komentar Hali. Gempa tersenyum senang. "Terima kasih!"

Gempa membuka pintu kamarnya masuk kedalamnya. Ia tersenyum. Setelah 5 tahun lamanya, akhirnya kamar ini kembali menjadi kamarnya semula. Ia menaruh sepatu barunya dikursi meja belajarnya. Lalu berbalik saat merasa kehadiran seseorang dibelakangnya.

"Ada apa kak Hali?" Tanya Gempa bingung. "Em, sekarang hari sabtu, yang lain sibuk dengan dirinya sendiri. Aku bingung mau ngapain."

"Eh, bersih-bersih rumah munkin?" Saran Gempa. Halilintar menggeleng. "Aku sudah mengerjakan tugas, bersih-bersih rumah, bantu bu Nala menyiram tanaman, semua sudah ku lakukan."

"Eh, terus, mau ngapain? Bincang bareng ayah?" Tanya Gempa memberi saran lagi. "Kau yakin? Bagaimana kalau dengan Ais? Kurasa anak itu terlalu tertutup?" Tawar Hali yang sedikit ragu.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now