Hipnosis

306 30 13
                                    

"Hoamm!"

Pemuda yang satu ini menutup mulutnya saat menguap. Bertahan menatap layar laptopnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kali ini, ia yang berjaga dirumah sakit bersama Taufan, yang lain tidur dirumah mereka.

Taufan sendiri sudah tidur disofa kecil dengan kaki yang dinaikkan ke senderan sofa. Gempa juga sudah tertidur diranjangnya. Anak itu sudah semakin membaik.

Setelah kejadian Gempa yang ditusuk oleh Rena, dokter pun melakukan scan untuk memastikan tulang Gempa baik-baik saja. Terlebih lagi setelah pengakuan Gempa tentang dirinya yang selalu mendapat perlakuan buruk dan keji dari tentenya itu saat disidang berikutnya.

Tulangnya hanya retak sedikit karena tekanan dari tangan Rena. Ototnya jelas sudah koyak akibat tusukan pisaunya yang juga diputar, karena itu ia melakukan rawat inap. Kulit dan dagingnya robek, mungkin tercipta lubang disana.

Setelah beberapa hari melakukan rawat inap, perlahan luka tusuk dibahu kanannya mulai membaik. Ototnya mulai terjalin lagi. Tulangnya yang sudah kembali seperti semula. Juga kulit dan dagingnya yang mulai tertutup seiring berjalannya waktu. Namun semua itu membutuhkan usaha karena rasa sakit dan nyeri tak henti-hentinya datang dikala melakukan pengobatan.

Rawat inap sendiri dilakukan atas keputusan seluruh saudaranya. Selain karena agar tetap dalam pengawasan dokter, juga dikarenakan kondisi rumah yang masih tidak aman.

Krekk!

Krekk!

Pemuda bernama Halilintar itu merenggangkan badannya. Tubuhnya remuk sangat. Ia harus mengejar mata kuliah juga tugas dadakan yang selalu diberikan oleh Angkasa. Waktunya benar-benar tersita banyak bahkan hanya untuk beristirahat sejenak.

Halilintar menutup laptopnya saat ini setelah akhirnya ia menyelesaikan tugasnya. Ia melihat malam ini yang sedang menunjukkan jam setengah empat. Memijat pelipisnya karena pusing. Wajah tampannya dapat tercetak jelas kantong mata berwarna hitam akibat seringnya bergadang selama Gempa keluar dari ruang tahanan.

Halilintar berdiri mengambil minum yang tersedia didekat Gempa. Sepertinya pergerakan Halilintar didekat ranjang milik Gempa dapat mengusik ketenangan tidur adik kembarnya.

"Eugh!" Gempa menggeliat tak nyaman. Presensi Halilintar didekatnya dapat membuat Gempa tidak nyaman. Bukan apa, namun Halilintar tidak sengaja menjepit selang infus yang berada dekatnya. Jelas Gempa merasakan tangannya yang kebas karena aliran infusnya yang tidak nyaman.

Gempa terbangun saat merasakan punggung tangan kanannya nyeri. Ya ampun, padahal bahunya sendiri sudah sangat nyeri, tapi kali ini ditambah dengan nyeri dipunggung tangannya.

Gempa melihat Halilintar yang berpegangan dengan pinggiran ranjang. Sepertinya tubuhnya oleng karena pusing dikepalanya menyerang.

"Kak, belum tidur?" Tanya Gempa mengusap kepala kakaknya. Halilintar menggeleng lemah. "Belum," Katanya. Perhatian Gempa beralih kepada selang infusnya yang tidak sengaja terjepit oleh tangan Halilintar. Ia mengulum bibirnya sebelum bicara.

"Euh, Kak. Selang infusnya jangan dijepit," cicit Gempa merasa tidak enak. Mendengar Gempa, Hali langsung melihat wajah Gempa yang berbicara padanya lalu berdiri dari posisi sebelumnya.

"Maaf." Gempa mengangguk tidak masalah. Yang penting, sekarang tangannya sudah terasa lebih baik.

"Kau belum tidur, Kak?" Tanya Gempa. Halilintar mengangguk, bibirnya kelu untuk menjawab pertanyaan Gempa karena tubuhnya sudah lemas karena belum beristirahat dengan benar selama 2 hari berturut-turut.

Setelah tante Rena dinyatakan bersalah dan dinyatakan hukuman mati 2 hari yang lalu, ia juga harus menerima banyak pekerjaan karena akhirnya seluruh aset tantenya terbengkalai begitu saja. Dan itu yang menbuatnya harus mengambil alih pekerjaan ayahnya selama beberapa hari.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now