Bonus Chapter +++

319 32 29
                                    

Mereka di sini. Di sebuah acara pernikahan yang begitu megah. Laut tampil dengan begitu mempesona. Hannie dengan anggun menyambut tangan Laut yang akan memasangkan cincin di jarinya.

Mereka bertujuh, maksudnya, saudara kembar tujuh itu juga hadir di sana. Memakai setelan baju yang tidak kalah menarik. Mereka bersorak kala Laut sudah resmi memiliki pasangan.

Acara terus berlanjut hingga waktu makan-makan. Yah, acara makan itu dalam bentuk prasmanan.

Gempa menekuk wajahnya malu saat melihat Taufan yang makan di sebelahnya. Masalahnya, Taufan makannya lahap sekali.

Kalian pikir hanya Taufan saja yang makan begitu lahap? Oh, tentu tidak!

Blaze tersenyum lebar saat melihat susunan potongan paha bawahnya berhasil ia satukan membentuk satu ayam utuh. Rakitan potongan paha bawah itu benar-benar seperti bentuk satu ekor ayam utuh!

"Ais, lihat! Gabungan paha ayam ini jadi satu ekor ayam utuh!" Seru Blaze. Dia pernah bertanya-tanya saat melihat Ibunya memotong ayam utuh. Padahal, kan, kaki ayam hanya ada dua, tapi kenapa setelah dipotong paha bawahnya jadi ada banyak?

Dan akhirnya, setelah menyatukan seluruh paha bawah ayam itu, Blaze jadi girang. Ternyata beberapa potong paha bawah bisa dirakit menjadi satu ekor ayam utuh.

"Oh, ayolah! Kau tidak malu dilihat banyak orang begitu?" Tanya Ais kepada Blaze. Blaze menyengir lebar mendengarnya. "Ayolah! Ini cuman ayam."

Ais sendiri tidak kalah memalukan menurut Gempa. Kalau dilihat-lihat, Ais tampak makan dengan tenang tanpa memalukan sedikit pun. Tapi siapa sangka, ternyata dia sudah berburu banyak makanan. Makanan manis yang tersaji di sana pun ludes dimakan oleh Ais semenjak acara belum dimulai.

Em, bagaimana dengan Solar dan Duri?

Mereka berdua makan bersama. Solar makan dengan anggunly. Oke, oke, mari kesampingkan rumor tentang Solar akhir-akhir ini. Solar makan seperti seorang pangeran. Persis seperti Halilintar. Tapi jangan salah, mereka berdua sudah menambah hampir 4 piring.

Ingatkan Gempa untuk menghukum mereka semua di rumah, eh, di istana mereka nanti.

Lalu ada Duri. Oh, sepertinya Gempa harus menanggung banyak malu hari ini.

Duri unik. Dia sudah menghabiskan satu meja penuh makanan yang terhidang. Orang-orang enggan untuk melangkah ke meja tersebut untuk mengambil hidangannya karena takut Duri akan mengaum bak orang kelaparan.

Seperti yang Angkasa bilang, mereka itu perutnya melar seperti karet. Em, sebenarnya Angkasa belum mengatakannya karena dirinya baru saja melihat hal itu untuk pertama kalinya.

"Ya Ampun, mereka malu-maluin." Gempa semakin menundukkan kepalanya saat melihatnya. Benar-benar ia bingung akan menaruh wajahnya di mana setelah ini.

"Sudahlah, Gem. Tidak usah merasa malu begitu. Sepertinya kau lupa dengan itu," kata Taufan di sela makannya sembari menunjuk ke dua paperbag yang menggembung di kursi sebelah Gempa. Gempa mengekor ke arah tangan Taufan menunjuk. Lalu setelah dia tersenyum watados.

"Apa aja isinya tu?" Tanya Taufan mengejek. Gempa bersemu malu. Memang sepertinya dia harus berkaca terlebih dahulu sebelum mengejek saudaranya.

"Lagian nih, ya! Laut itu kaya, Gem. Mau kau kuras dompetnya itu tidak bakal habis tujuh turunan." Taufan melanjutkan makannya. Halilintar yang duduk di sebelah Taufan juga mengangguk.

"Walaupun perusahaan Ayah dikorupsi juga perusahaannya dibuat hancur, tapi uang yang dia punya masih banyak bahkan mampu buat biayain kehidupan cucu cicitnya nanti," sambung Halilintar membuat Gempa melongo. Benar juga si. Memang sebanyak itu kekayaan mereka, eh, maksudnya kekayaan Ayah mereka.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now