3. tak ada

1.2K 71 0
                                    

"Bun Raka harus kuliah ada kuliah sore, bunda mau Raka Anter pulang dulu apa gimana"

"Bunda masih mau disini"

"Ya udah Raka biar sama temen aja nanti bunda bawa mobil+ nanti Gibran biar kawal" Metta menggangguk

Raka pergi dari cafenya Metta yang dari tadi hanya duduk dimeja itu meminum jusnya melihat Gibran Bekerja. Tak pernah bosen melihat nya

"Gibran nanti kalau mau tutup bilang ke Tante ya. Tante mau keruangan Raka"

"Siap tan"

*****
Jam 9 malam waktunya cafe tutup dan semuanya udah beres

"Sep udah semua"

"Udah gib"

"Gua mau ke ruangan bang Raka dulu. Jangan kalian tutup" kepada 3 pengawai lainnya

Disini ada 2 sif. Sing dan malam 4 orang persifnya namun Gibran hanya mengambil sif malam karena Gibran harus sekolah

Tok to tok

"Tan. Cafe udah mau ditutup anak-anak udah nunggu didepan. Yok kita pulang" suara Gibran di balik pintu

"Udah semua ya gib, ya udah ayo"

Gibran menepati janjinya. Dia mengawal Metta sampai dirumahnya menggunakan motor dibelakang mobil Metta

Gibran melihat mobil itu masuk kedalam kawasan rumah besar itu. Dan memfoto nya dari belakang

Mengirim foto ke Raka

"Bos besar aman" isi chat singkatnya. Lalu dia pergi begitu saja nanpa berpamitan dengan orang rumah

"Assalamualaikum" ujar Metta memasuki rumah

"Bunda" Eby yang ada diruang tamu itu sambil belajar

Eby bersalaman sama bundanya
"Bunda sendiri bun. Abang Raka kemana?"

"Bunda sama Gibran kok, Abang mu ada kelas sore katanya. Bentar lagi juga pulang"

"Lah Gibran nya gak mampir dulu"

"Yah kayak gak tau aja kamu by, pastinya Gibran langsung pulang. Mana mau dia mampir-mampir"

Sudah kebiasaan Gibran mengantar keluarga Raka namun dia tak pernah singgah.

*****

"Kak gimana sih mainnya. Bisa gak sih" Miko yang lagi bermain PS bersama Al

"Tenang aja ayah pasti kalah"

"Kamu tuh, muka kamu udah cemong kok mau menang. Jhahahah"

"Pahlawan emang kalah diawal"

"Pahlawan dari Hongkong kalau kamu kak"

Plekkk (bunyi pintu)

Gibran yang memasuki rumah tersebut mereka langsung terdiam hanya melihatnya sekilas dan melanjutkan bermain gamenya

Padahal jam sudah menunjukkan jam 10 malam. Namun kedua orang itu masih bisa tertawa dan tidak ada yang mencari Gibran

"Lihat yah. Kakak akan menang"

"Iya deh kamu kan emang anak ayah satu-satunya" sambil mengacak-acak rambut Al

Melihat itu dan melihat itu Gibran hanya tersenyum getir

Gibran sudah beberapa kali melihatnya romantis seorang ayah kepada anaknya. Dan mendengar hal tersebut

Gibran langsung memasuki kamarnya. Kamarnya sebelah Al dilantai 2

Melembar tasnya dikasur. Dan jaketnya kesembarang tempat Melihat dirinya dicermin besar itu. Terlihat sangat tampan memakai kaos hitam padahal Gibran belum mandi

"Gua emang bukan anaknya ya" sambil menatap kaca

"Kalau bukan kenapa dia masih nampung aku"

"Akhhhh" memegangi kepalanya yang terasa sakit

Dia langsung mencari obatnya dilaci
Dan meminum beberapa obat disana

Dia merangkul kakinya sendiri tangan satunya masih memegang kepalanya yang terasa sakit

Beberapa menit rasa sakit itu hilang

"Sialan. Kalau mau gua mati langsung aja dicabut malaikat Izrail gak udah di kasih penyakit sialan ini" sambil merebahkan badannya diatas kasur

"Lo pikir beli obat-obatan itu murah" ngomelnya

"Ehh jangan gua belum bahagia disini masak lo mau cabut nyawa gua. Kalau gua masuk surga nih gapapa. Tapi gua gak nyakin kalau masuk. Gua aja temenan sama setan" menyadari hal yang konyol baginya

"Ya setidaknya gua bahagia gitu disini. Sebelum lo cabut" dia mengocel sendiri. Seperti ada yang mengajaknya mengobrol

"Gua sebenarnya dirumah ini penting gak sih, gua ada gak sih dipikiran mereka"

"Gib. Yok semangat yok. Sebelum malaikat Izrail nyabut nyawa lo, lo harus dapet yang lo mau" Gibran yang mulai gila

Pada dasarnya dirumah ini dia pulang atau tidak pun tidak ada yang peduli.
Miko yang selalu memanggil dengan sebutan pembawa sial, semenjak umur 6 tahun Gibran tak pernah dipanggil Adik atau anakku.

Walaupun Miko memberi uang 1 bulan sekali 2 jt hidup di Jakarta belum cukup apalagi anak remaja.

Itu pun biasanya Miko sering lupa untuk mengasih Gibran uang. Makanya Gibran memilih untuk bekerja

Lagipun kalau dia langsung pulang kerumah dia akan melihat pemandangan seperti tadi yang membuat hatinya semakin sakit

2jt untuk Gibran hanya uang kecil apalagi sekarang dia membutuhkan uang yang saat banyak

Terdiam tiba-tiba dia merasakan cairan di hidungnya. Dia langsung bangun dan mengelap dengan tisu

"Terjadi lagi"

******

Jam 11 malam perut Gibran terasa sangat laper dia memutuskan pergi ke dapur

Melihat kulkas berbagai isinya

"Masak nasi goreng aja lah"

Beberapa menit nasgor itu siap baunya sangat enak sampai orang-orang rumah terbangun. Gibran menyantap nya dengan lahap dimeja makan dapur itu

Al yang terbangun karena bau nasgor itu. Berpura-pura mengambil air

"Kalau mau makan aja. Gak usah dilihatin"

"Tumben bibi masak jam segini"

"Gua yang masak"

"Gak percaya"

"Siapa yang nyuruh lo percaya" sambil mencuci piringnya. Dan langsung pergi dari sana

Melihat Gibran yang sudah pergi Al membawa piring dan memakannya

Satu suapan membuat Al ketagihan

"Enakk" gumam Al

Gibran yang sebenarnya belum benar-benar pergi melihat Al makan dengan begitu nikmat. Dia tersenyum tipis

Dia langsung naik tangga dan masuk kekamarnya

"Kak makan apa. Enak bener kayaknya" Miko yang juga terbangun karena bau masakan

"Nasgor yah. Cobain enak"

"Kamu beli. Apa bibi bikin"

"Udah makan aja yah. Aku abisin nih"

Miko langsung membawa piringnya

Nasgor itu benar-benar habis tak tersisa "enak kak kamu beli dimana"

Namun Al terdiam
"Masakan bibi gak seenak ini" Miko

"Gibran yang bikin" Al

Miko terdiam sejenak "ngaco kamu kak, mana bisa anak itu masak" sambil mengacak rambut Al langsung pergi

******

Aku Dan Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang