"Gibran melewati masa komanya. Bukan bearti dia selamat. Kalian harus ingat kankernya masih ada" Liam
"Tapi bisa hilang kan kak" Metta
"Kita coba perlahan dulu ya. Jika tubuh Gibran bisa kita coba"
"Kalian harus selalu mengawasi Gibran jangan lalai, dan jangan bikin dia mikir berat-berat atau mengingat sesuatu yang buat dia mikir"
"Kita harus jaga Gibran dengan semaksimal mungkin. Sewaktu-waktu penyakit Gibran bisa kambuh kapan aja"
"Sekarang kalian boleh keluar. Kalau ada apa-apa panggil aku ya"
Keluarga itu keluar.
*****
"Gibran mau apa dek" Al
"Gibran maafin abang ya. Jika aja kamu..."
"Udah jangan ngomong itu lagi. Gua ikhlas bang" suara Gibran dari tadi Gibran hanya terdiam. Mereka mengajak Gibran berbicara namun Gibran hanya milih terdiam
Dia bingung harus bersikap bagaimana. Keluarga nya itu sibuk meminta maaf padanya
"Tapi gara-gara gua ....
"Kalau lo ngomong lagi gua ambil ginjal nya kita mati sama-sama" ujar Gibran dirungan itu terdiam
"Gua lebih baik mati sama elo dari pada gua....
"AKKHSSSS" teriak Gibran sambil memegangi kepalanya menahan rasa sakit
"Gib. Kenapa. Cepat panggil dokter" Al Eby langsung berlari
"Jangan dipukul kepala Gib" rakha
"Sa-sakit" Al yang sudah memeluk adeknya itu
Liam datang bersama Miko. Fatir
"Akhhhhh" Gibran terus berteriak Rakha menahan tangannya agar tidak memukuli kepalanya sendiri sedang kan Al terus merangkul dan mengucap kepala adeknya
"Aaakhhshsh sa-sakit" Gibran sambil menahan rasa sakit itu
Liam langsung memeriksa nya, Gibran sepertinya sudah menahan kesakitan. Tak habis akal Liam menguntikan obat ketubuh Gibran
"Sabar dek bentar lagi hilang kok" Al menahan tangisnya dia tidak mau terlihat lemah
Semua orang terlihat panik. Rakha juga mengusap kepala Gibran dengan satu tangan karena tangan satunya menahan tangan Gibran
Miko dan lainnya hendak membantu namun kesusahan sudah ada Al dan Rakha apalagi ada Liam juga
Beberapa menit Gibran tertidur karena obat yang diberikan oleh Liam
Al sadar adeknya itu tidak teriak dia sudah memejamkan matanya dia berhati-hati menaruhnya kepala Gibran agar dia tidak merasakan sakit
"Gibran aku berikan obat penenang. Kalian bisa keluar dulu, aku mau periksa"
Semua keluar dan melihat aktifitas didalam. Liam memasangkan oksigen kembali. Mengecek impuls dan berbagai nya
Rakha meneteskan air mata baru pertama kali ini dia melihat Gibran kesakitan.
Yang dia tau Gibran tahan sakit. tahan banting juga Gibran tak pernah mengeluh tentang apapun
Al menguatkan Rakha. Sebenarnya yang dibutuhkan saat ini saling menguatkan bukan saling menyalakan keadaan
Liam keluar dari ruangan tersebut
"Apakah kalian membuat pertanyaan sulit atau kata-kata yang membuat Gibran kepikiran" tanya Liam
Al dan Eby langsung menatap Rakha. Liam seperti mengerti
"Rakha apakah kamu menyalakan dirimu sendiri dihadapan Gibran"
"Aku hanya mengucapkan apa yang aku rasa om. Aku menyesal menerima ginjal dia. Aku..."
"Rakha stop. Yang terjadi biar terjadi. Jangan ulangi lagi jika kamu ingin Gibran hidup. Bisa kamu lihat bagaimana sakit nya Gibran tadi"
"Jadi saya mohon kamu semangatin dia bukan menyalahkan diri mu sendiri"
Rakha menggangguk.
*****
1 minggu sudah keadaan Gibran juga semakin membaik tapi tak luput dengan sakitnya
"Gua mau pulang kak"
"Tapi dek kamu..."
"Kak ayo lah aku rindu rumah. Aku mau sekolah. Atau main game bersama. Capek baring terus" beberapa hari ini Gibran sudah berbicara agak panjang
"Pulang kerumah mama nya ada bang rakha. Eby juga kan ramai"
"Gak mau. Mau pulang kerumah ayah. Boleh kan yah"
"Boleh banget dong"
"Tapi mama pengen rawat kamu juga"
"Ya udah mama tinggal dirumah ayah kalau begitu" Gibran
Metta melihat Fatir
"3 hari dirumah ayah. 3 haru dirumah mama kalau Gibran masih hidup" Gibran yang paham. Jika mamanya dan ayahnya gak akan kembali. Apalagi sekarang mamanya sudah berkeluarga lagi
"Gibran lo ngomong apa sih lo akan hidup dan menua sama kita" Eby
"Iye deh"
"Dek kakak gak mau nya kamu ngomong itu lagi. Gak suka" Al
"Abangkan udah janji apapun Abang lakukan demi kamu" Rakha
Bukan Al tidak mau mendonorkan ginjal nya. Namun ginjalnya tidak cocok dengan Gibran, walaupun 1 ayah
Gibran memejamkan matanya kepalanya sedikit sakit. Tapi dia tidak mau memperlihatkan kesehatan itu. Karena dia tak mau tinggal lama-lama dirumah sakit
"Kenapa Gib" Rakha
Gibran berpura-pura beguap
"Ngantuk bang"
"Ya udah tidur aja" Al
"Nanti kalau mau pulang bangunin Gibran ya"
Gibran memejamkan matanya agar kepalanya tidak merasakan sakit.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Waktu (Tamat)
Teen Fiction#Seorang anak mencari jati diri #pemuda tak menyerah Gibran mempunyai keluarga pada umumnya namun semua berubah 85 derajat. #lelaki yang ingin dicintai #dia dikejar oleh waktu waktu terus berjalan namun dirinya belum mendapatkan yang dia cari