15. mimpi

1K 75 6
                                    

"Salma" seorang wanita itu menoleh kesumber suara

"Kamu ngapain disini" ujar Miko

"Aku hanya rindu kamu dan anak-anak mas" ujar cewek itu sambil melihat Gibran dan Al bermain sepakbola

"Begitu senangnya kan mereka" melihat kedua anaknya tertawa

"Iya kamu benar sal. Mereka sangat bahagia" Miko

"Aku akan membawa salahsatu dari mereka"

"Tidak sal, tidak boleh"

"Kenapa mas"

"Aku tak bisa hidup tanpa mereka berdua sal"

Salma tersenyum "bagaimana dengan keadaan anakmu yang setiap hari harus menahan sakit hatinya" ujar Salma

"Maksudmu"

"Jika kamu tidak bisa membahagiakan dia. Biar aku saya yang membawanya"

"Siapa?"

"Dia terlalu manis mas. Buat terluka lebih dalam Biarpun dia bukan dari rahimku tapi aku saat sayang padanya"

"Sal jangan. Aku mohon"

"Aku sayang dia mas. Maaf jika sewaktu-waktu aku akan menjemputnya"

"Tidak sal. Aku tidak akan membiarkan kamu membawa anakku"

"Aku hanya belum bisa melupakan kejadian itu. Aku belum rela kamu pergi" Miko sambil bergeleng

"Mas dia tidak salah. Ini adalah takdir. Kamu harus sadar dengan hal ini semua. Jangan menyesal kemudian hari"

"Aku tidak mau merasakan kehilangan lagi" Salma tersenyum mendengar ucapan Miko itu

Miko mengingat mimpinya itu waktu dia menghukum Gibran dengan cambukan ketika tau Gibran main sepakbola.

Malam itu beberapa kali Miko langsung mengecek kondisi Gibran dikamar Al.

*****

Gibran yang lagi melamun dimeja belajar nya. Membuka buku tangannya ada polpen.

Al memasuki kamar adeknya itu melihat adiknya yang sedang mengelamun

"Dek kenapa"

"Astaghfirullah kak ngangetin deh" ujar Gibran yang kanget

"Siapa juga yang ngengetin orang kakak udah ngetok gak nyaut. Jadi kakak masuk aja"

"Mikirin apa sih lo dek" tambahan Al

"Gak ada ini bingung nyari rumus nya gak nemu-nemu"

Al melihat bukunya lalu tersenyum buku seni tidak ada rumus disana

"Kamu boong ya"

"Ngapain"

"Dek ini buku seni. Lo belajar seni kenapa nyari rumus" Gibran langsung terdiam

"Dek pipi kamu kok memar" ucap Al yang melihat pipi Gibran sebelah kiri merah

"Biasa ayah Lo"

"Dek tadi kenapa lo manggil ayah dengan sebutan Om"

"Dia juga yang mau kok. Dia yang bilang aku ponakan nya ke temennya jadi aku harus manggil Om kan"

"Ha kapan"

"Tadi siang pas dia minta tolong ke aku suruh anterin berkasnya"

"Dek mungkin ayah lagi sibuk banyak pikiran jadi gitu"

Aku Dan Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang