When Light Fall

266 17 0
                                    

00.00

-



Aku bergegas ke rumah sakit, tapi sepertinya Rafayel sudah lama duduk di taman. Dia bersandar di bangku cadangan, menatap ke kejauhan, tapi aku tidak tahu apa yang dia lihat.

Aku berjalan ke arahnya dan melambaikan tanganku di depan matanya.

"Aku hanya buta sementara lho? Aku tidak tuli dan indraku yang lain berfungsi."

"Apa kata dokternya?" Tanyaku tanpa basa-basi

"Katanya tidak terlalu buruk. Istirahat dua hari sudah cukup."

"Benarkah? Kamu tidak menyembunyikan apa pun dariku, kan?" Tanyaku memastikan

"Apa yang harus aku sembunyikan? Bahwa aku sakit parah dan berencana mati sendirian dan keinginan terakhirku adalah bertemu denganmu sekali lagi?"

"Ugh, jangan membawa sial."

Rafayel berdiri dan menunjukkan kepadaku sebuah tas yang diayunkan dari jarinya. Aku mengulurkan tangan dan mengambilnya. "Dokter menuliskan bagaimana dan kapan aku harus meminum obat-obatan ini sesuai resepnya. Dia memintaku agar anggota keluargaku membacakannya untukku."

"... Aku akan membacanya setelah kita kembali."

Lalu tiba-tiba Rafayel mengulurkan tangannya.

"Huh... ?"

"Aku tidak bisa melihat loh. Apa kamu tidak akan memegang tanganku dan membimbingku?" Katanya masih dengan mengulurkan tangannya

"Tunggu dulu, kalau kamu tidak bisa melihat, lalu bagaimana kamu bisa sampai ke rumah sakit?"

"Aku baru saja menelepon taksi dan menyuruh sopir untuk mengantarku ke sini. Setelah keluar dari taksi, aku memanggil seorang pejalan kaki yang baik hati, mengatakan kepadanya bahwa aku tidak dapat melihat dan meminta dia membawaku ke departemen oftalmologi." Jelasnya panjang lebar

"...Mengapa kamu tidak meneleponku untuk meminta bantuan?"

Mendengar itu Rafayel memiringkan kepalanya sedikit, ekspresi wajahnya sedikit bingung.

"Mungkin... Aku hanya tidak ingin kamu panik dan mengganggu para dokter dengan teriakanmu."

"uh, kamu..!" Bahkan saat seperti ini dia masih memiliki kesempatan untuk menggodaku.

Rafayel terkekeh dan merangkul bahuku. " Antar aku pulang. Aku lelah, oke? "

Kupikir Rafayel perlu berpegang padaku untuk mendapatkan sandaran, tapi ternyata dia bisa berjalan sendiri. Kami kembali ke rumahnya dan dia membuka kunci pintu dengan sidik jarinya.

"Bagaimana kamu tiba-tiba menjadi buta? Apakah ini pernah terjadi sebelumnya?"

"Terlalu banyak melakukan aktivitas larut malam. Itu cukup normal."

"Normal?  Berapa lama kamu begadang?"

"Dua hari."

Jawaban itu cukup memukulku,
".... Memangnya apa yang telah kamu kerjakan begitu keras?"

"Di sana."

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang