Forgotten Sea (1)

127 11 0
                                    

Sang dewa pernah membuat janji kepada pengikutnya. Ikatan abadi telah terjalin.

New myths <Forgotten Sea>

.

.

Ada pepatah lama di sekitar pulau-pulau ini: "Di mana pun angin laut bertiup, ia berada di bawah pengawasan Dewa Laut."

Dewa Laut menuntut lebih banyak pengikut yang taat!

Saat angin bertiup di laut dan air pasang menerjang kapal, para nelayan dan pelaut mengenakan pakaian abu-abu.

Mereka mengaku sebagai utusan Laut Dalam. Mereka membangun kuil di tebing tepi laut, menyalakan api suci, dan menyanyikan lagu-lagu pujian yang asal usulnya meragukan setiap hari.

Mereka bilang Dewa Laut akan memilih pengikutnya yang paling taat di antara manusia dan mengabulkan keinginan mereka.

Sebuah hadiah harus disiapkan untuk Dewa Laut. Terkadang, itu adalah makhluk dari negeri asing, harta karun, atau bahkan seseorang.

"...cepat sekarang! Tumbalnya hilang."

Di tengah badai, sebuah kapal kehilangan arah.

Air laut merembes ke dalam kabin. Mayat di sekitarku kaku dan dingin. Perutku mual, dan aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak muntah.

"Turunkan... layarnya... dan putar... Cepat!"

"Ombaknya terlalu kuat... Air mengalir deras! Separuh kabin sudah terendam banjir!"

"Sekarang... Buang ke Laut!"

Para pelaut itu kerepotan dan kabinnya bergetar hebat. Seorang pelaut menendang mayat-mayat yang membengkak. Meraih kerah bajuku, dia menyeretku ke geladak.

Sebuah lagu aneh datang dari lautan berkabut, membawa serta sedikit suasana mistik.

Ibarat tangan tak kasat mata, ia menenangkan amukan pusaran Samudera. Angin mereda.

Lalu suara asing terdengar.

"Bodoh... Berbuat lebih jauh lagi maka badai akan menjadi hal terakhir yang ada di pikiranmu."

Sebelum kapal berlayar, aku dilempar ke laut. Arus deras yang menderu-deru menenggelamkan permohonanku.

"Tolong... Tolong aku..." Racauku

Air asin menyelimutiku. Namun, sebelum aku kehilangan kesadaran, kehangatan menyelimutiku.

Saat aku muncul ke permukaan, mata terindah yang pernah ku lihat muncul.

"...Apakah kamu baru saja dibuang?"

Dia memegang seruling yang penuh hiasan. Melodi halus menghilang saat dia berhenti memainkannya.

"Selamatkan aku..." Aku memohon padanya.

".... "

Dia duduk di kayu apung. Di bawah langit malam, dia menatapku, sisik di lehernya memancarkan cahaya redup.

Apakah dia seorang Lemurian?

"Apakah kamu meminta bantuanku?" Tanyanya dan dia menjangkau ku.

Namun saat tangan kami bersentuhan, api menyembur keluar dari jari-jarinya.

"...Ha ha ha!"

Dia tersenyum, bangga dengan leluconnya yang sukses. Naluriku untuk bertahan hidup muncul, membuatku mengepalkan tangannya sekuat tenaga.

"....!! Lepaskan aku."

Sisik di lehernya sedikit terangkat.

"...Aku bilang lepaskan aku!"

Dari lubuk pikiranku, aku teringat sebuah cerita lama-

Ciuman Lemurian dapat membuat seseorang bernapas di kedalaman air.

Terperangkap dalam arus yang tak henti-hentinya, aku meraihnya, membuatnya lengah dan menciumnya.

"....!! "

"Selamatkan aku..."

Aku berjuang untuk tetap membuka mataku, tapi aku mati-matian menatap tatapan indah itu.

Setelah keheningan yang lama berlalu, suaranya terngiang di telingaku—rendah, lembut, hampir seperti dia sedang mengucapkan mantra untuk memikat seseorang.

"Aku akan memberimu keselamatan.

Dan sebagai gantinya...

Berikan dirimu, segalanya untukku.

Jadilah pengikutku, manusia."



.

.

🌊🌊

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang