Sea of Golden Sand (6)

72 9 0
                                    

.

.

Pantulan bulan terletak di sungai yang tenang. Sebuah perahu kecil berwarna ungu di dayung melawan arus Danau Moonbath.

Malam telah tiba ketika Rafayel dan aku kembali ke pinggiran kota. Semua orang sudah berada di tengah-tengah perayaan. Sepertinya hanya kami berdua yang berada di dekat pintu belakang istana.

"Anda berenang di sungai ini... setelah saya bebaskan?"

Rafayel berdiri di hadapanku, menggambar pola di permukaan air dengan dayung.

"Yang Mulia belum pernah ke kota. Danau Moonbath memiliki delapan sungai yang mengalir ke delapan arah berbeda, masing-masing mengalir dari pusat kota. Di luar Distrik Imperium tempat para bangsawan tinggal, setiap sungai terbagi menjadi delapan aliran berbeda. Ada 64 sungai yang mengalir keluar ibu kota. Dengan jalur sebanyak itu saya tidak ingat jalur mana yang saya lalui. "Jelasnya panjang lebar

"Di luar istana, ada tembok, dan di balik tembok, jaringan lorong tersembunyi... Pasti sulit. Apa yang terjadi setelah kita berpisah? Apakah anda dihadiahkan kepada orang lain? Atau..."

Aku penasaran. Sebenarnya apa saja yang terjadi padanya setelah perpisahan kami saat itu.

"Menurut Yang Mulia? Jika saya kembali menjadi hadiah, tuan saya yang seharusnya menyerahkan saya." Jawab Rafayel

"...saya berbeda dari para bangsawan yang memperlakukan Lemurian seperti hadiah." Ujarku

"Jangan khawatir, saya hanya dapat ditangkap jika saya menginginkan itu terjadi."

"Dengan kata lain... Anda membiarkan diri Anda ditangkap? Untuk menemui saya?"

".... "

Aku berkata seperti itu untuk sekedar lelucon, tapi saat Rafayel hanya diam aku merasa canggung.

"Apakah itu kebenarannya? Jadi, Anda memang menginginkan sesuatu. Kalau tidak, kenapa..."

".... "

Rafayel tetap diam, lalu dia membungkuk di hadapanku.

"Bahkan jika saya memiliki rencana di ujung jari saya. .. Saya akan jujur."

Begitu kami sampai di tengah danau, dia menjatuhkan dayungnya.

"Yang Mulia bisa kembali ke istana dari sini."

Sebelum aku tahu apakah Rafayel bercanda atau tidak dari ekspresinya, dia sudah siap-siap pergi.

"Ini jauh dari pantai. Apakah anda benar-benar meninggalkan saya di sini?" Tanyaku

"Yang Mulia bisa mendayung perahu. Ini dayungnya."

Bertolak dengan keinginan hatiku. Dia menjawab dengan hati yang ringan.

"...Seperti inikah anda membalas dendam? Karena saya mengetahui rahasia anda? Dasar picik." Cemoohku

"Yang terbaik bagi semua makhluk laut dalam adalah memiliki ingatan yang sempurna."

Niatku ingin merajuk namun begitu dia selesai mengatakannya, Rafayel pergi begitu saja.

"Rafayel!" Panggilku berteriak

Rafayel berdiri di permukaan air dan menoleh ke arahku.

"Apakah Yang Mulia punya permintaan lain?"

"Tidak..." Memutar mata, aku berusaha mencari alasan, "Itu—"

Mataku tertuju pada apa yang ada dibawah kakinya. "...berjalan di atas air sepertinya menyenangkan."

".... "

"....saya ingin melakukannya juga."

Sudut mulutnya melengkung, dan dia perlahan berjalan mundur. Bukannya meraih tanganku, dia menatapku.

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang