.
.
Drrrrttt..... Drrrrrttttt....
" Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak ingin menerima panggilan telepon. Silakan coba lagi nanti."
Terdengar suara Rafayel dari pesan suara yang kudapat dari penantian panjang panggilannya. Ini sudah beberapa hari lewat semenjak dia tidak menggangguku untuk mencarikannya bahan-bahan melukisnya dan sekarang tidak terdengar lagi kabar tentangnya.
"Dia tidak dalam masalah, kan?" Gumamku khawatir padanya.
Kuputuskan untuk datang ke galerinya.
"Siapa...? Ah, ini masih terlalu dini..."
Samar-samar terdengar gerutunya dari balik pintu. Hingga pintu itu benar-benar terbuka menampilkan dirinya dalam kondisi 'biasanya'.
"Terlalu dini? Matahari sudah terbit! Mengapa kamu terdengar sangat grogi? Apa kamu sedang tidur?" Cecarku sedetik setelah mendengarnya
"Uhh.. Entahlah, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku tidur. Siklus tidurku kacau akhir-akhir ini." Jawabnya setengah-setengah, "Mengapa kamu tidak bilang kalau kamu akan datang?" Tanyanya tanpa dosa
"Aku sudah meneleponmu beberapa kali, tetapi kamu tidak mengangkatnya. Ku pikir kamu telah diculik!" Jawabku asal
"Aku? Diculik? " Nada menjengkelkan terdengar dari mulutnya, biasanya jika nada ini sudah terdengar maka kalimat penuh rasa percaya dirilah yang akan keluar dari bibirnya. "Puh-lease... Justru para penculik itu akan memohon padaku untuk melepaskan mereka."
Tuh kan.
"Ngomong-ngomong aku tidak ingat di mana aku menaruh ponselku. Mungkin sudah mati sekarang. Bantu aku mencarinya, ya?"
Aku masuk dan membantunya. Kondisi galerinya sama seperti biasa hingga dia tertarik pada apa yang kubawa.
"Apa itu yang ada di tanganmu?" Tanya Rafayel
"Aku membeli beberapa makanan ringan dari toko serba ada sebelum datang..."
"Sepertinya kamu tidak begitu peduli padaku. Kamu hanya mengambil makanan untuk dirimu sendiri sebelum datang menyelamatkanku."
"Apa yang kamu harapkan dariku? Membuang camilan dan menangis memelukmu?" Jawabku dramatis
"Pernahkah kamu menonton film di mana pemeran utama wanita mengetahui pemeran utama pria dalam masalah, menjatuhkan makanan lezat yang dipegangnya, dan meninggalkan rumah sambil menangis mencarinya?"
"Hah, dalam mimpimu. Aku menghabiskan uang untuk ini." Kataku lalu mataku tertuju pada setumpuk kotak diujung ruangan
"Hei, apa kamu mau pindah? Mengapa ada kotak karton dan gambar di mana-mana?"
"Kotak-kotak itu adalah barang yang kubeli secara online. Kalau gambar-gambar itu, aku tidak membutuhkannya lagi." Jawab Rafayel
Aku baru mengetahui jika dia melakukan belanja secara online. Well, karena selama ini dia selalu menyeretku kesana kemari untuk menemaninya belanja sampai dia puas.
-maksudku, belanja perlengkapan melukisnya.
"Mereka terlihat cukup bagus. Aku dapat membantumu mendaur ulangnya secara gratis. Apa yang kamu beli?"
"Aku tidak ingat. Aku hanya membuat sketsa dan menunggu inspirasi datang. Setiap kali aku membuang sketsa yang tidak ku sukai, aku melakukan pembelian lagi." Jawabnya
"Aku tidak mengira artis-artis hebat juga akan menggunakan belanja online untuk menunda-nunda...eh, menghilangkan stres." Buru-buru aku meralat ucapan terakhirku, walau sepertinya sudah terdengar jelas di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafayel's moments
Romancesource: Love and Deepspace Terjemahan pribadi. Tidak mengambil keuntungan apapun dari terjemahan ini. Berisi myths, anecdots, etc yang berkaitan dengan Rafayel. 'MC =Keira Agatha'