Sea of Golden Sand (3)

100 10 0
                                    

©LoveandDeepspace

.

.

#3

"Apakah gaun itu sesuai dengan selera Yang Mulia?"

"Ya."

"Terlalu suram... Bagaimana dengan yang ini?"

"Ya, ya, pilihlah yang sesuai dengan keinginanmu."

"Hufft... Upacara kedewasaan Yang Mulia akan diadakan beberapa hari lagi. Sebuah peristiwa yang memerlukan kegembiraan, menurut saya."

Aku berbaring di lantai dan mengetuk mangkuk kaca. Ikan biru kecil di dalamnya mengejar jariku.

"Nona Natasha, apakah kamu ingat siapa yang memberiku ikan ini?
Kami bertemu lagi beberapa hari yang lalu!" Ujarku

Sudah berapa lama?

Aku telah membaca tentang Lemuria untuk pertama kalinya.

Tahun itu, para bangsawan mengirimkan hadiah yang tak terhitung jumlahnya untuk ulang tahunku.

Di antara mereka ada hadiah yang melebihi yang lainnya, yaitu-

-seorang 𝕷𝖊𝖒𝖚𝖗𝖎𝖆𝖓.

Pria muda itu seumuran denganku, mata merah jambu kebiruannya dingin namun indah.

Buku itu mengatakan Lemuria adalah peradaban kuno Deep (laut dalam). Hidup di bawah ombak, Dewa Laut melindungi mereka sejak dahulu kala.

Setiap Lemurian diberkati dengan keindahan. Air mata mereka berubah menjadi mutiara yang berkilauan, suara mereka membawa mimpi yang menakjubkan, darah mereka membuat seseorang hidup selamanya atau bahkan dapat membangkitkan orang mati.

Setelah kamu menjinakkan seorang Lemurian, maka mereka akan menjadi pelayan yang paling setia dan kuat. Mereka mendengarkan setiap perintah, bahkan jika itu mengorbankan nyawa mereka.

Sebagai simbol kemewahan, para bangsawan melakukan segalanya untuk mendapatkan seorang Lemurian. Memelihara mainan eksotik berarti memamerkan kekayaan dan status seseorang.

Oleh karena itu, meskipun aku memiliki segalanya, aku masih menerima hadiah yang sangat langka.

Malam itu, aku melepaskan Lemurian ke Danau Moonbath yang terletak di taman istana.

**

"Apakah kamu diculik dari laut dalam? Bisakah kamu ceritakan padaku tentang laut?" Tanyaku saat itu pada Lemurian

Tapi dia tidak menjawab apapun.

"Kamu... Tidak bisa berbicara..."

".... "

"Oh, kudengar Lemurian bisa memikat siapa pun dengan sebuah lagu. Apakah mereka memotong lidahmu?" Tanyaku lagi

"Ha ha."

Lemurian itu mulai membuka mulutnya. Suaranya terdengar.

"Kamu masih memilikinya... Bagus." Kataku

Aku menatap tatapan waspada kepadanya, lalu melepaskan belenggunya.

"Menyelamlah ke bawah danau, dan kamu akan berada di sungai kota. Teruslah berenang, dan kamu akan bebas sebelum fajar menyingsing."

Anak laki-laki itu menatapku tidak percaya. Mengonfirmasi bahwa aku benar-benar membebaskannya, dia meraih pergelangan tanganku.

"Ikutlah denganku." Katanya

Aku memandangi permukaan danau yang luas.

"Aku ingin sekali, tapi aku seorang putri... Aku juga tidak tahu cara berenang." Jawabku. "Kembalilah ke laut. Jangan menemui bahaya atau tertangkap lagi."

".... aku akan kembali suatu hari nanti dan menemukanmu. "

Dia meraih tanganku.

Yang mengejutkan, seekor ikan biru kecil berenang di antara telapak tangan kami.

"Ikan adalah utusan Dewa Laut. Ini adalah sumpahku padamu."

Itu adalah kalimat terakhirnya sebelum kami berpisah.

**

"Yang Mulia keluar bersama Lemurian malam itu?"

Nona Natasha nampak tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Aku meminta dia datang menemuiku lagi. Tapi jika dia tidak datang..."

Aku mengetuk mangkuk kaca. Ikan biru memperhatikanku dari mangkuknya.

"Blu-Blu, bukankah kamu utusan Dewa Laut? Bisakah kamu memintanya untukku?" Ujarku

"Yang Mulia harus menghentikan segala upaya untuk melakukan hal-hal secara terbuka. Dengarkan saya."

Nona Natasha bergegas ke sisiku dan berbisik di telingaku.

"Saat ini banyak penduduk Lemurian yang menyelinap ke kota. Berbahaya jika mendekatinya!"

".... "

Kekhawatirannya bukan tanpa alasan. Aneh rasanya Rafayel bisa muncul di danau malam itu, tapi...

"Mungkin kita terlalu berlebihan memikirkannya. Bukankah Lemurian mudah dijinakkan? Lagi pula, Rafayel mengenalku. Dia tidak akan mencoba melakukan apa pun padaku."

Ikan kecil itu tiba-tiba berbalik, melihat ke balkon. Aku melihat panah kecil di dekat pagar.

Anak panahnya sedikit bergetar, begitu pula hatiku.

'Itu pasti Rafayel..! '

Aku mengusir Nona Natasha dan mengambil panahnya.

Terlampir pada fletching itu adalah sebuah catatan kecil dengan benda mirip buntut ikan.

"Tiga hari. Senja. " Bacaku

Lalu ku panggil Nona Natasha.

"Nona Natasha!"

"Ada apa, Yang Mulia?"

"Aku... merasa aku akan terbaring di tempat tidur minggu ini. Istirahat malam yang baik adalah hal yang saya perlukan. Jangan biarkan siapa pun menggangguku." Kataku

"Tapi Yang Mulia, upacara kedewasaan akan diadakan tiga hari lagi!"

...

notes:
'.... ' dalam hati
".... " Dialog Flashback

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang