Forgotten Sea (8)

47 7 5
                                    

Aku akan memotong hatimu dengan belati yang diasah, sayangku. Dan atas nama Cinta, hatimu akan menjadi keyakinanku.

Tubuhmu akan dibasuh bersih, bersinar seperti mutiara.

Aku akan menjaga hatimu.

Hingga kita bertemu lagi dan kamu mendapatkannya kembali untuk dirimu sendiri.

-Balada Siren, Babak III: Muia

Mimpi : Di Tepi Pasir Dan Lautan

.

.

.

Aku pernah bermimpi.

Kakiku tenggelam ke dalam pasir, langit kuning tak berujung. Tanaman tumbuh di sepanjang dasar sungai yang kering.

Aku berjalan di sampingnya untuk waktu yang sangat lama. Kulit jariku kering, pecah-pecah. Kakiku mulai berdarah.

Di tepi dasar sungai ada seorang pemuda dan makhluk laut raksasa. Aku tidak bisa melihat ciri-cirinya, tapi menurutku dia sedang merasakan kehangatan binatang itu.

Dia tampak menyanyikan sebuah melodi. Ini aneh, memikat.

Tapi aku hampir tidak bisa mendengar nada apa pun karena suaranya nyaris berbisik.

Aku mengambil beberapa langkah, ingin mendengarnya lebih baik. Saat dia mendongak, aku langsung mengenali matanya.

Dia berdiri dan mengulurkan tangan padaku, seolah aku adalah teman lama yang kembali dari perjalanan jauh.

"Disanalah Kota Whalefall." Dia menunjuk pada tulang belulang makhluk laut yang sudah lama mati. Di kejauhan, mereka beristirahat di bukit pasir.

"Di situlah aku bisa melihat laut?"

"...Ya."

Aku meraih tangannya.

Kami tiba di tujuan saat matahari terbit.

Remaja itu menoleh padaku.

Sebuah belati menancap di dadaku. Darah panas menetes dan meresap ke dalam pasir. Aku menyaksikan saat dia merobek dadaku dan memegang jantungku dengan tangannya, yang merah karena darahku.

Nyala api kecil memakan darah segarku. Kristal berkilau, memancarkan cahaya aneh, terletak di tengah api.

Ada suara di udara, berbisik, "Alasan kami meninggalkan gurun bukan untuk menemukan oasis... Kami di sini demi sebuah hati, untuk mengambilnya kembali dan menjadikannya ibadah kami."

.

.

"Sudah lama aku tidak diberkahi mimpi... Kenapa rasanya nyata?"

Aku merasa seperti tercekik, seolah jantungku telah dicabut dari dadaku.

Keong Keajaiban Ajaib di luar Kota Whalefall telah membawa banyak rumor tentang dunia permukaan beberapa hari terakhir ini.

Tumbal Dewa Laut yang hilang membuat Dia marah. Dalam murka ilahi-Nya, Dia membakar sebuah kuil untuk menghukum para pengikut-Nya.

Dan kemudian Utusan tertua terbaring di tempat tidur dan meninggal.

"Siapa peduli? Besok akan menjadi Upacara Dewa Laut." Ujar Algie

"Seperti apa itu?" Tanyaku

"Itu... aku... aku tidak yakin bagaimana menjelaskannya!"

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang