Myths

222 12 0
                                    

00:00

-

.

.

"Terima kasih atas bantuan Anda. Saya berharap bisa bekerja dengan Anda lagi."

Setelah menyelesaikan misi di Distrik Tua Linkon, aku mengucapkan selamat tinggal kepada informanku. Saat aku berbalik untuk pergi, aku melihat sosok familiar berdiri di pinggir jalan.

"Keira, senang melihatmu di sini. Apakah Distrik Tua kini berada di bawah pengawasanmu juga?"

"Rafayel? Mengapa kamu di sini?"

"Ponselku tidak mengizinkanku membeli minuman dari mesin penjual otomatis ini. Mau membantuku? "

".... Minuman apa yang kamu mau?" Tawarku

"Akhirnya! Kukira aku akan mati kehausan" Responnya berlebihan

"Seorang artis terkenal meninggal karena dehidrasi saat mencari inspirasi. Sebuah kerugian besar bagi dunia seni." Ujarku

"Inspirasi seperti kucing yang sulit dipahami. Semakin kamu mencarinya, semakin banyak ia bersembunyi darimu. Jika kamu seorang seniman, kamu akan terbiasa dengan hal itu" Jawab Rafayel

"Tapi aku tidak sedang mencari inspirasi hari ini. Aku baru saja menyelesaikan lukisanku kemarin. Aku di sini hanya untuk bersantai dan mencari udara segar." Lanjutnya "Ayo, jalan-jalan sebentar. Jalan-jalan di gang bersama, mungkin?"

"Aku baru saja di sana. Jika kamu di sini untuk bersantai, mengapa kamu harus mengajakku?"

"Well,aplikasi pembayaran seluler milikku tidak berfungsi. Aku mungkin tidak bisa kembali ke rumah jika kamu meninggalkanku di sini. Aku yakin kamu tidak sekejam itu."

"Ditambah lagi, pekerjaanmu sepertinya sudah selesai hari ini. Kita harus mencari udara segar bersama karena kita berdua sedang libur kerja."

"Oke, baiklah. Kamu berhasil meyakinkanku"

LnD


"Halo. Tolong satu tusuk sate stroberi?"

"Ini dia! Dan satu lagi untuk wanita itu?" Tanya penjual mengarah padaku

"Tidak. Dia di sini hanya untuk membayarku." Jawab pria ungu ini tanpa dosa

"Sepertinya aku cukup berguna untukmu" Sindirku padanya

Tapi yang disindir tak merepotkan dirinya untuk meresponku. Rafayel justru membuka bungkus tanghulu.

"Ini, cobalah dan lihat bagaimana rasanya." Ujar Rafayel padaku

"Rasanya sedikit asam... Sepertinya stroberi ini belum cukup matang."

"Sungguh? Padahal stroberinya terlihat sangat merah padam. Warnanya intens, bahkan menakjubkan."

"Kita memakan stroberi, bukan mengecatnya. Kamu tidak bisa mengetahui apakah sudah matang hanya berdasarkan warnanya."

"Ini di luar bidang keahlianku. Baiklah, mereka menjual permen kapas di sana. Mari kita lihat."

Sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang panjang.

"Halo, bolehkah saya..." Ujar Rafayel pada salah satu pedagang lainnya namun belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, dia..

"Sudahlah. Saya baru saja berubah pikiran."

Setelah kami agak menjauh, aku bertanya padanya,

"Kenapa kamu tidak membelinya? Walau aku tidak mampu membayar makanan mahal yang biasa kamu makan, tapi aku yakin aku mampu membeli makanan ringan." Ujarku meyakinkan

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang