Whalefall Lament

142 12 0
                                    

.

.

Suara dentingan bel berbunyi berkali-kali. Tak lama Rafayel terlihat dari balik pintu.

"Uhh.. Ini masih pagi sekali... Aku yakin meninggalkan instruksi untuk meninggalkan kiriman di bawah dan tidak mengirimkannya..." Ujarnya setengah mengantuk

Sepertinya dia berpikir jika yang mengetuk pintunya adalah pengirim paket

"Rafayel, aku mempunyai sesuatu yang sangat mendesak sehingga aku memerlukan bantuanmu!" Ucapku tanpa basa-basi padanya

"....Hah? Kamu?"

"Ingat bayi paus yang terdampar yang kita selamatkan dua bulan lalu?"

"Memangnya ada apa? Ia berubah menjadi manusia dan mengunjungimu?" Tanyanya asal

"Tidak, itu hilang!"

"...Hah?"

Rafayel memegang secangkir es kopi sambil duduk di sofa, merenungkan apa yang baru saja kukatakan padanya.

"Jadi, maksudmu... Divisi Penelitian Kehidupan Laut tidak bisa mendeteksi pergerakannya, dan mungkin terluka parah?"

"Aku khawatir ini mungkin lebih buruk dari sekadar cedera."

Aku masih ingat betapa kecil dan rapuhnya bayi paus itu.

"Yah...Itu bukan tidak mungkin, tapi survival of the fittest adalah aturan lautan." Jawab Rafayel "Jika ia terluka dan tidak dapat kembali ke posisinya, besar kemungkinan sesuatu yang buruk telah terjadi padanya."

"Tapi aku pernah membaca artikel tentang hal itu setiap hari. Aku telah mengembangkan keterikatan terhadapnya dengan melihat gambarnya."

"Jangan terlalu marah. Hari ini akan tiba untuk semua makhluk hidup." Ucapnya

"Apa yang kamu bicarakan?!"

"Maksudku, kamu akan bertemu lagi jika takdir menghendakinya."

Uhh.. Itu mengerikan.

"Sebenarnya, aku datang ke sini hari ini untuk menanyakan apakah kamu punya cara untuk menemukannya?" Tanyaku

"Hey.. Itu ikan paus, bukan anjing atau kucing. Apa kamu menyarankanku untuk menyiarkan pengumuman paus yang hilang di bawah air atau menyuruh kepiting untuk membagikan brosur paus yang hilang?"

"Kalian berdua kan makhluk laut. Mungkin kalian memiliki semacam telepati." Jawabku dan ada jeda sebelum Rafayel kembali melanjutkan

"..... "

".... "

".... baiklah ada caranya, tapi ingatlah kalau aku tidak bisa menjamin itu akan berhasil." Tekan Rafayel padaku
"dan meskipun kita menemukannya, kamu hanya diperbolehkan menontonnya dari jauh."

"Aku mengerti! Aku senang selama kamu bersedia membantu." Ujarku tulus tersenyum padanya

"Kalau begitu ikutlah denganku."

Aku tidak pernah menyangka Rafayel benar-benar akan membawaku ke pelabuhan terdekat.

Dia menyewa kapal pesiar dan kami berlayar ke tengah laut.

"Tempat ini seharusnya berfungsi. Biar ku jelaskan bahwa mencari ikan paus di laut tidak ada bedanya dengan mencari jarum di tumpukan jerami. Jangan terlalu berharap." Ujarnya

"Tentu saja. Aku lebih dari siap." Jawabku mantap

"Jadi. Siapa yang menyelam duluan? Kamu atau aku?"

Tanpa menjawab pertanyaannya, aku memakai kacamata dan menyeret Rafayel ke laut bersamaku.

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang