Sea of Golden Sand (5)

91 11 0
                                    

© love and deepspace

.

.

Di balik bukit pasir, aku melangkah dengan susah payah karena bergelut dengan renda gaunku.

"Yang Mulia cerdas karena meminta seorang pelayan menghadiri pesta dansa."

"Saya tidak perlu khawatir. Dia mengambil pelajaran etiket yang sama dengan saya ketika kami masih anak-anak. Orang-orang tidak akan tahu bedanya. Untuk sekarang."

"Apakah Yang Mulia memerlukan bantuan saya?"

Aku menarik lengan baju dan berpakaian lalu mendaki pasir. Aku kembali ke sisi Rafayel, mengenakan pakaian yang sama dengannya.

Rafayel tengah duduk diatas pasir sambil memandangku.

"Duduklah." Ujarnya menepuk posisi di sebelahnya dan kembali berkata lagi sambil membenarkan pakaian ku.

"Jika Yang Mulia tidak ingin menjadi gerbil yang terbakar di siang hari atau membeku di malam hari, maka diperlukan pakaian tertentu (tebal) ."

"Tapi anda tidak memakai pakaian yang tebal.. " Ujarku

"Ini... Tidak akan berarti sedikit pun. Kehidupan seorang Lemurian menerima dukungan melalui bantuan ini." Rafayel mengeluarkan sebuah kantung, "Penasaran? Ulurkan tangan anda."

Aku pun mengulurkan satu tanganku.

"Keduanya." Jelas Rafayel

Saat dua tanganku terulur padanya, sebuah kantung Rafayel taruh di telapak tanganku.

"Seekor gerbil?"

"Beri makan gerbilnya atau- panggang dengan baik di atas api."

"Kalau anda memberikan gerbil ini sebagai hadiah ulang tahun, sebaiknya saya tidak mengkonsumsinya."

"Tenang saja. Itu bukan hadiah. Lagipula gerbil berkeliaran di malam hari. Yang Mulia bisa menangkapnya kapan pun.. "

Rafayel membuka poketnya dan mengeluarkan sesuatu.

"Ini dia. Rasanya enak, hanya itu yang perlu Anda ketahui."

Sejenak aku hanya menatapnya sebelum benar-benar memakannya dari tangan Rafayel.

"Ini kue yang dipanggang di pasir, dibuat dengan susu unta dan tapioka." Ujarnya menjelaskan

"Saya ragu orang Lemurian benar-benar memakan ini."

"Menurut Yang Mulia, apa yang kami makan?"

"Hmm... Ikan besar memakan ikan kecil, dan ikan kecil memakan udang. Kalau begitu, orang Lemurian harus makan cangkang?" Ujarku menebak

"Bukankah mereka juga berenang mengikuti arus, menunggangi monster laut dengan hiu dan pari di belakangnya?" Balas Rafayel

Percakapan kami saling berbalas dan semakin panjang. Aku bersama Rafayel hingga matahari terbenam. Langit senja dengan pasir emas. Kami menghabiskan waktu bersama di bawah cakrawala barat.

Hingga pandanganku teralihkan menatapnya dan Rafayel melakukan hal yang sama. Bagaimanapun waktu terus berlalu. Aku menghela nafas mengingat perpisahan kami yang semakin dekat.

"Rafayel, terima kasih sudah menemani saya. Anda pernah memanggil ikan dan sekarang monster laut... Dengan trisula, anda bisa menjadi Dewa Laut yang sebenarnya."

Aku sebenarnya hanya berkata asal tapi wajah Rafayel mengalami perubahan.

"Rumit. Saya tidak menyukainya." Ujarnya

"Tuan Dewa Laut, saya punya permintaan lain. Saya berharap anda bisa menunjukkan pada saya sebuah laut..."

Rafayel tetap diam, pandangannya tertunduk. Keheningan yang meresahkan menggantung di udara, seolah-olah dia mengatakan keinginan seperti itu mustahil.

Rafayel's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang